Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kapal Terbakar di Labuan Bajo, Ini Protokol Penyelamatannya

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan berbagai lembaga dan instansi terkait termasuk BOPLBF melakukan beberapa simulasi penanganan situasi bencana di destinasi super prioritas.

Tempat pertama di mana simulasi dilakukan adalah di Labuan Bajo. Dalam “Simulasi Health Safety and Security Protocol Destinasi Super Prioritas” yang disiarkan langsung dari Labuan Bajo melalui akun YouTube Kemenparekraf, Kamis (12/11/2020).

“Kita sudah lakukan simulasi sebagai satu bagian dari bagaimana mengolaborasikan semua stake holder untuk bisa memahami petanya seperti apa di sini. Kecelakaan yang sering terjadi dan bagaimana kita akan menanganinya,” jelas Shana.

Salah satu simulasi yang dilakukan adalah simulasi penanganan kapal terbakar dan tenggelam. Berikut protokol penanganannya.

Dalam simulasi yang disiarkan langsung dari Labuan Bajo tersebut terlihat sebuah kapal wisata berwarna putih dengan nama Azymut 3167.

Kapal ini sedang menuju dermaga Pulau Komodo dari dermaga utama Labuan Bajo dengan membawa 13 orang, 10 orang wisatawan asing dan tiga orang kru.

Tiba-tiba kapal terlihat terbakar dan mengeluarkan asap yang cukup pekat. Kemudian kapten kapal diperlihatkan meminta bantuan evakuasi SAR pada Posko Terpadu yang didirikan BOPLBF.

Dalam saat yang bersamaan, kru kapal akan mengaktifkan alat emergency position-indicating radiobeacon (EPIRB). Alat tersebut berfungsi untuk meminta bantuan SAR jika terjadi keadaan darurat di kapal.

Kapten kapal menginformasikan rincian lokasi kejadian. Termasuk kondisi dan jumlah orang yang berada di dalam kapal.

Sementara itu, para penumpang kapal Azymut terlihat terjun ke air sambil mengenakan pelampung. Mereka mulai berenang untuk menunggu bantuan yang datang.

2. Koordinasi dengan instansi terkait

Selanjutnya, sinyal bahaya yang dipancarkan EPIRB akan ditangkap oleh satelit SAR. Sinyal tersebut kemudian diteruskan ke local user terminal yang dimiliki oleh Badan SAR Nasional (Basarnas).

Selanjutnya petugas Basarnas Command Center (BCC) yang siaga 24 jam akan menindaklanjuti sinyal marabahaya tersebut. Mereka akan memerintahkan kantor SAR Maumere untuk menindaklanjuti penanganan kondisi tersebut.

Kantor SAR Maumere kemudian menghubungi Posko Terpadu untuk berkoordinasi terkait penanganan sinyal marabahaya tersebut.

Posko Terpadu pun menginformasikan pada Basarnas tentang permintaan bantuan dari kapal Azymut dengan posisi yang jelas. Mereka meminta bantuan Basarnas untuk melakasanakan operasi SAR.

3. Proses evakuasi udara

SAR Mission Coordinator (SMC) yang adalah SAR Maumere segera mengerahkan unsur SAR terpadu untuk melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan.

Unsur tersebut terdiri dari SAR Labuan Bajo, TNI, Polri, otoritas pelabuhan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan potensi SAR yang lain.

SMC mengerahkan operasi darat, laut, dan udara. Unsur udara terdiri dari helikopter Basarnas. Operasi yang pertama kali dilakukan adalah operasi dari unsur udara.

Pasalnya dalam situasi darurat waktu adalah faktor yang sangat penting untuk menyelamatkan survivor. Karena dengan helikopter bisa menghemat banyak waktu, maka tim helikopter rescue jadi yang pertama digerakkan.

Survivor diperlihatkan menyalakan flare berwarna merah untuk memberi tanda di mana posisi mereka pada helikopter yang mendekat.

Setelah posisi survivor ditemukan, rescuer atau penyelamat dari dalam helikopter bersiap turun ke laut.

Ada dua teknik penyelamatan yang disimulasikan di sini. Pertama yakni dengan cara free jump. Penyelamat akan turun ke laut dengan cara melompat dari helikopter. Mereka lalu berenang hingga menemukan dan mencapai survivor untuk diangkut ke atas.

Setelah ditemukan, teknik kedua pun dilakukan. Yakni teknik hoisting yang menggunakan kabel khusus. Kabel ini akan mengangkat survivor dan rescuer ke atas helikopter.

Rescuer menunjukkan teknik tandem, di mana ia dan satu survivor diangkat bersamaan dengan kabel ke atas helikopter. Teknik ini dilakukan untuk menyelamatkan satu korban.

Korban tersebut harus berada dalam kondisi sadar dan tidak mengalami luka atau cedera serius.

4. Proses evakuasi laut

Setelah evakuasi dengan helikopter selesai, evakuasi jalur laut pun dilakukan. Ada lima search and rescue unit (SRU) yang sudah tiba di area pencarian. Kelima SRU ini berasal dari Angkatan Laut, Polda NTT, KP Gelatik, dan Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP)

Para SRU laut akan melemparkan ring boy atau alat apung yang akan membantu korban. Korban mencapai ring boy tersebut dan akan ditarik ke kapal.

SRU menggunakan kapal jenis sea rider. Kapal ini merupakan kapal taktis yang dirancang mampu beroperasi di perairan pantai teluk dan pedalaman sungai dengan fungsi utama sebagai kapal patrol cepat.

5. Protokol selesai

Setelah semua korban berhasil diangkut helikopter maupun kapal, maka akan dibawa ke darat. Di dermaga sudah terdapat ambulans yang siap mengangkut para survivor tersebut.

Mereka akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan bantuan medis lebih lanjut. Para petugas medis ini juga akan memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai untuk mencegah Covid-19.

Jika dipastikan semua survivor sudah dievakuasi, maka SRU Basarnas yang mengibarkan bendera putih. Bendera itu untuk menginformasikan bahwa semua survivor telah berhasil dievakuasi.

https://travel.kompas.com/read/2020/11/13/121700227/kapal-terbakar-di-labuan-bajo-ini-protokol-penyelamatannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke