Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bregodo Jogo, Prajurit Keraton Yogyakarta Sejak Hamengkubowono I

KOMPAS.com – Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menurunkan sekelompok Bregodo Jogo di kawasan Malioboro.

Hal itu dilakukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban protokol kesehatan di sana, sekaligus jadi atraksi wisata untuk menarik pengunjung.

Sebelum jadi prajurit penjaga di Malioboro, ternyata sejarah Bregodo Jogo bisa dirunut jauh hingga masa Sultan Hamengkubuwono I.

Menurut Carik Tepas Museum Kraton Yogyakarta RA Siti Amieroel N, Bregodo Jogo merupakan brigade pasukan yang dimiliki sultan.

“Kalau zaman dulu sampai zaman Hamengkubuwono V, mereka punya kuasa militer. Masing-masing ada infanteri, kavaleri, sama seperti yang lainnya,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Dahulu, Bregedo Jogo jadi kekuatan militer Sultan Hamengkubowono I sampai Hamengkubuwono V. Namun setelah kedatangan Belanda, kekuatan militer sultan pun dilucuti. Bregodo Jogo tak lagi jadi kekuatan militer.

Dahulu, ada lebih dari 26 pasukan Bregodo Jogo, termasuk dua Bregodo Jogo yang berisikan prajurit perempuan bernama Langen Kusumo dan Langen Sari. Namun, kini pasukan perempuan tersebut sudah tidak ada lagi.

Bregodo Jogo masa kini

Bregodo Jogo kini masih ada, meski fungsinya tak lagi sama seperti dulu. Sekarang, Bregodo Jogo biasa berfungsi sebagai pasukan pengamanan untuk acara seremonial Keraton Yogyakarta.

Saat ini ada delapan Bregodo Jogo yang dimiliki Keraton Yogyakarta, ditambah dua Bregodo Jogo dari Kepatihan dan putra mahkota.

Delapan Bregodo Jogo milik Keraton Yogyakarta tersebut adalah Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Ketanggung, Jagakariya, Prawiratama, Mantrijero, dan Nyutra. Sementara milik Kepatihan bernama Bugis dan Surokarto dimiliki putra mahkota.

Bregodo Jogo akan bertugas sekitar tiga kali dalam setahunk ketika Keraton Yogyakarta mengadakan seremoni besar yang disebut grebeg.

Menurut Amieroel, Keraton Yogyakarta biasa mengadakan tiga kali grebeg dalam setahun, yakni memperingati Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha.

“Jadi tiga seremoni besar itu, Bregodo Jogo biasanya keluar dengan pakaian kebesaran mereka untuk mengawal,” ujar dia.

Setiap pasukan Bregodo Jogo biasanya terdiri dari 70-100 orang. Biasanya mereka berasal dari para abdi dalem Keraton Yogyakarta yang bertugas sebagai petugas keamanan.

Bregodo Jogo Malioboro

Kini, Bregodo Jogo tak lagi eksklusif dimiliki pihak Keraton Yogyakarta. Beberapa asosiasi, lembaga, partai, hingga pemerintahan memiliki pasukan Bregodo Jogo masing-masing.

Salah satu pemilik Bregodo Jogo adalah Dinas Pariwisata DIY yang menugaskan mereka di sekitar kawasan Jalan Malioboro.

“Itu fungsinya selain untuk meningkatkan citra pariwisata berbasis budaya, juga dalam rangka mengingatkan protokol kesehatan,” kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Para prajurit keraton tersebut diposisikan di lima titik Jalan Malioboro setiap akhir pekan, yakni lima titik di timur Malioboro dan lima titik di barat Malioboro.

Mereka tampil dengan pakaian prajurit keraton dan akan mengingatkan wisatawan yang lupa memakai masker.

Mereka juga akan menegur orang yang melawan arus pergerakan pejalan kaki selama kebijakan bebas kendaraan berlangsung, termasuk jika terjadi kerumunan orang.

“Ternyata pendekatan budaya seperti itu lebih bagus. Respons wisatawan jauh lebih memperhatikan,” tutur Singgih.

Masyarakat maupun wisatawan yang ada di kawasan Malioboro juga sering memanfaatkan pasukan Brejogo Godo Malioboro tersebut untuk berfoto bersama.

https://travel.kompas.com/read/2020/11/13/180600527/bregodo-jogo-prajurit-keraton-yogyakarta-sejak-hamengkubowono-i

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke