Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah di Balik Landmark Kota Jenewa di Swiss, Awalnya Kesalahan Teknis

KOMPAS.com – Kota Jenewa dikenal sebagai pusat diplomasi global lantaran menjadi tempat di mana Konvensi Jenewa terjadi.

Kendati demikian, Jenewa memiliki hal unik lainnya, yakni Jet d’Eau yang merupakan salah satu landmark paling populer di sana.

“Ada jet air yang bisa muncrat sampai ketinggian lebih dari 28 meter. Ini untuk mengelola air yang ada di danau Jenewa saat musim panas supaya jadi tenaga pendingin hotel-hotel bintang tiga,” kata Tour Leader Jonny Ivo Kwok.

Hal tersebut dia sampaikan dalam acara Live Instagram Kompas.com Travel Talk “Wisata Swiss, Nikmati Alam Memesona”, Rabu (18/11/2020).

Ivo melanjutkan, air yang telah dikelola melalui Jet d’Eau digunakan sebagai pendingin ramah lingkungan saat musim panas, sehingga AC tidak menggunakan listrik.

Melansir Houseofswitzerland.org, meski wisatawan kerap berkunjung ke Jet d’Eau untuk melihat keindahannya, ternyata pancuran air tersebut tidak selalu menjadi atraksi wisata.

Bermula dari kesalahan teknis

Jet d’Eau dengan semburan air setinggi 140 meter dari tepi danau Eaux-Vives merupakan ikon yang melambangkan ambisi dan vitalitas kota dan sudah ada sejak abad ke-19.

Anggota departemen lingkungan di Services Industriels de Geneve (SIG) yang mengoperasikan Jet d’Eau, Herve Guinand, mengatakan bahwa air mancur tersebut muncul karena kesalahan teknis.

“Agak kebetulan ada jet air di Jenewa,” ujar dia, mengutip Houseofswitzerland.org.

Kala itu pada 1886, Jenewa tengah berkembang dengan pesat. Dari hanya 64.000 penduduk pada 1850, populasi berkembang hingga 100.000 pada 1890.

Hal ini membuat kota membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin yang menjalankan industri dan perdagangan. Alhasil, pabrik hidrolik di le Couluvreniere pun dibangun.

Guinand menjelaskan, pompa hidrolik memanfaatkan air untuk menyalakan mesin, terutama pada bengkel pembuatan jam.

Namun, para perajin berhenti bekerja pada malam hari. Tekanan berlebihan yang menumpuk dalam sistem membuat para ahli mesin di Coulouvreniere harus buru-buru menghentikan pompa satu per satu.

Katup pengaman pun segera ditambahkan untuk mengontrol tekanan yang membuat pompa menyemburkan air yang pada saat itu hanya setinggi 30 meter dan terjadi pada malam hari.

Pemandangan yang disukai warga setempat

Adanya inovasi dalam teknik mesin membuat pompa tidak perlu menyemburkan air untuk menghindari tekanan yang menumpuk.

Namun pada 1891, warga setempat yang kerap berjalan melintasi Jet d’Eau telah menyukai pemandangan dari semburan air yang akhirnya dijadikan sebagai obyek wisata Kota Jenewa.

Jet d’Eau kedua pun dibangun di tempat yang lebih terlihat, yakni di dermaga danau Eaux-Vives dan masih dapat dilihat hingga kini.

Diresmikan untuk Federal Gymnastics Festival pada 1891, Jet d’Eau tersebut menyemburkan air setinggi 90 meter dan dinyalakan pertama kalinya untuk merayakan ulang tahun ke-600 Konfederasi Swiss.

Awalnya, Jet d’Eau hanya dinyalakan pada Minggu dan hari libur nasional sebelum dinyalakan setiap hari sejak 1906.

Pada 1951, pompa air tersebut dimodifikasi hingga semburan air mencapai ketinggian 140 meter. Saat ini, Jet d’Eau bahkan memiliki kotak proyektor LED yang membuat air terlihat warna-warni.

Menurut informasi dalam Myswitzerland.com, pompa yang menyemburkan 500 liter air danau setiap detik dengan kecepatan hampir 200 kilometer per jam tersebut paling bagus dilihat dari Bains de Paquis.

Adapun, Bains de Paquis merupakan kolam renang paling populer yang kerap dijadikan sebagai tempat sauna pada musim dingin oleh warga setempat.

https://travel.kompas.com/read/2020/11/22/170500627/kisah-di-balik-landmark-kota-jenewa-di-swiss-awalnya-kesalahan-teknis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke