Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perbaikan Kualitas WC di Tempat Wisata, Jangan Lupakan Kearifan Lokal

KOMPAS.com – Guru Besar Pariwisata Universitas Udaya I Gede Pitana mengatakan bahwa dalam perbaikan WC di tempat wisata, ada baiknya tidak melupakan kearifan lokal lokasi toilet tersebut berada.

“Toilet harus menggunakan kearifan lokal, tapi dengan standar internasional,” jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Berbicara tentang standar internasional, Pitana mengatakan bahwa pengelola tempat wisata harus mengedepankan standar kebersihan dan sanitasi, terlebih selama pandemi Covid-19.

Jika memungkinkan, toilet pun dapat didesain sedemikian rupa agar wisatawan yang menggunakannya dapat meminimalkan kontak dengan fasilitas toilet.

“Secara teknis, banyak hal yan dilakukan, tapi prinsipnya kebersihan dan sanitasi. Terlebih selama Covid-19, kebersihan menjadi suatu keharusan,” ucap Pitana.

Sementara untuk kearifan lokal, sebagai contoh, jika lokasi toilet berada di area yang mayoritasnya memiliki bentuk seperti rumah khas Bali, maka toilet dimodel dengan kearifan lokal khas Bali, misal dari bentuk atapnya.

Sementara untuk toilet yang berada dalam area dengan mayoritas gaya bangunan khas Jawa atau terletak di area Jawa, maka toilet dapat menyerupai bangunan joglo.

“Tapi kualitasnya harus gunakan standar internasional. Tingkat kebersihan seperti ada tisu, WC duduk atau ada juga yang jongkok disesuaikan. Di luar toilet harus ada tempat cuci tangan,” ujar Pitana.

Menurut dia, dalam pariwisata memanr harus mengombinasikan standar internasional dengan local wisdom.

Selain itu, dia mengimbau agar pengelola tempat wisata tidak membangun toilet bergaya khas negara lain, misalnya Jepang guna mempertahankan identitas budaya Nusantara.

Seberapa penting kualitas WC di tempat wisata?

Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomaves) Luhut Binsar Pandjaitan memberi usulan terkait persiapan pemulihan pariwisata pada masa pandemi Covid-19.

Selain meminta pembangunan hotel di destinasi wisata dikurangi, Luhut juga meminta agar spot wisatawan dan fasilitas penunjang diperbaiki kualitasnya.

“Soal-soal kecil seperti WC, itu juga saya kira perlu diperbaiki sehingga ketika orang datang ke spot itu tidak kapok,” tegasnya dalam pemberitaan Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Menanggapi hal tersebut, Pitana mengatakan bahwa toilet merupakan fasilitas penunjang yang teramat sangat penting sekali dalam industri pariwisata.

“70 persen orang turun dari pesawat, yang pertama dicari adalah toilet. Sekitar 60 persen orang di destinasi tempat wisata seperti Ancol, Ubud, Kuta, dan sebagainya mencari toilet,” ungkapnya.

Jika diibaratkan melalui perspektif pariwisata, menurut Pitana toilet adalah etalase sebuah destinasi tempat wisata.

Dengan kata lain, toilet juga dapat menggambarkan kondisi tempat wisata yang sedang dikunjungi oleh wisatawan lantaran toilet merupakan indikator kebersihan atau kualitasnya.

Kebersihan bagian dari indeks daya saing pariwisata Indonesia

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Kamis (5/9/2019), kesehatan dan kebersihan merupakan salah satu dari pilar yang memengaruhi indeks daya saing pariwisata Indonesia.

Pada 2019, daya saing pariwisata Nusantara di dunia naik menjadi peringkat 40 setelah berada pada peringkat 42 pada 2017.

Data tersebut berdasarkan laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF).

Selain kebersihan, pilar lain yang dinilai adalah lingkungan bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan lapangan kerja, keberlanjutan lingkungan dan lainnya.

Dari pilar-pilar tersebut, Indonesia berhasil meraih skor 4,3. Skala penilaian yakni 1 untuk terburuk dan 7 untuk terbaik.

Skor di atas 5 yang diperoleh Indonesia adalah prioritas pariwisata. Pilar higienitas menjadi salah satu perbaikan yang dilakukan oleh Indonesia dan dinilai baik.

https://travel.kompas.com/read/2021/01/12/150300127/perbaikan-kualitas-wc-di-tempat-wisata-jangan-lupakan-kearifan-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke