Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Maladewa, Kisah Pariwisata Internasional yang Sukses pada 2020

KOMPAS.com – Di sebagian besar destinasi wisata, berkurangnya jutaan turis akibat bencana alam yang mengerikan merupakan sebuah kekhawatiran yang besar.

Akan tetapi, hal tersebut adalah kekhawatiran yang dirasa sebelum 2020, tepatnya sebelum pandemi Covid-19 yang merubah cara orang-orang melancong selamanya.

Untuk Maladewa sendiri, melansir CNN, Rabu (17/2/2021), negara tersebut biasanya dikunjungi oleh 1,7 juta wisatawan per tahun. Namun, tahun lalu negara tersebut hanya memiliki sekitar 500.000 pelancong.

Meski angkanya berkurang secara signifikan, hal tersebut tetap menandai salah satu kisah pariwisata internasional paling sukses di tengah pandemi.

Tetap buka perbatasan demi pendapatan

Saat banyak negara lain menutup perbatasannya pada Juli 2020, Maladewa memutuskan untuk membuka kembali perbatasan secara penuh bagi wisatawan dari negara mana pun terlepas dari status Covid-19 di negara asalnya.

Keputusan tersebut diambil demi pendapatan. Menurut data dari Michigan State University, pariwisata Maladewa menyumbang 28 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)—salah satu total paling tinggi di dunia.

Geografi negara tersebut juga cocok dengan protokol kesehatan. Banyak hotel dan resor berada di pulau pribadinya sendiri.

Selain itu, terdapat lebih dari seribu pulau di Maladewa yang bisa dipilih, bahkan sebelum pulau buatan manusia masuk dalam hitungan. Hal ini membuat isolasi dan menjaga jarak sosial menjadi sangat mudah.

Selama pandemi, negara-negara di Asia dan Pasifik memang lebih berhati-hati dalam pembukaan kembali dibandingkan dengan negara-negara di Eropa dan Amerika Utara.

Artinya, wisatawan di kawasan tersebut memiliki pilihan tempat yang sedikit untuk dikunjungi.
Tempat liburan populer di Asia dan Pasifik seperti Tahiti, Bali, dan Phuket saat itu tidak bisa dikunjungi. Melihat hal ini, Maladewa pun memanfaatkan situasi.

Sebab, Maladewa berada dalam kondisi yang relatif baik terkait Covid-19. Tempat-tempat yang telah dibuka kembali, mereka melakukannya dengan kehati-hatian yang signifikan.

Sebagai contoh, Thailand dan Sri Lanka mewajibkan karantina di hotel selama dua minggu sebelum wisatawan dapat melakukan perjalanan ke tempat lain dalam dua negara tersebut.


Pembukaan kembali Maladewa

Awalnya, Maladewa berencana untuk dibuka kembali tanpa syarat pada Juli sebelum diundur menjadi September.

Negara tersebut juga mewajibkan seluruh pelancong untuk menunjukkan bukti negatif tes Covid-19 pada saat kedatangan.

Ketergantungan Maladewa pada resor-resor mewah menguntungkan negara dalam hal pengujian dan jaga jarak.

Contohnya adalah beberapa properti kelas atas melakukan pengujian Covid-19 tambahan di dalam resor. Hal tersebut dilakukan sebagai lapisan perlindungan tambahan terhadap penyebaran Covid-19.

Managing Director Maldives Marketing & PR Corporation Thoyyib Mohamed mengatakan, negaranya menerima sebanyak 555.494 pengunjung pada 2020.

Angka tersebut melebihi perkiraan kedatangan mereka yaitu 500.000 kedatangan pada akhir tahun lalu.

“Keuntungan terbesar kami adalah fitur geografis yang unik,” tuturnya, mengutip CNN.

Dia menambahkan bahwa penerapan protokol kesehatan ketat yang diikombinasikan dengan kemudahan penyebaran orang di berbaga pulau merupakan kombinasi menarik bagi wisatawan yang ingin menjauh dari hal tersebut.

“Kami mempromosikan Maladewa sebagai tempat berlindung yang aman bagi wisatawan,” sambung Mohamed.

Infrastruktur di negara tersebut juga memiliki peran tersendiri. Banyak resor memiliki transfer perahu atau pesawat dalam paketnya.

Melalui hal tersebut, pengunjung yang tiba di Maladewa dapat langsung menuju tujuan akhir tanpa bertemu dengan wisatawan lain.


Respons penginapan di Maladewa

General Manager One&Only Reethi Rah Jan Tibaldi mengatakan bahwa meski mereka tidak memiliki jumlah wisatawan yang lebih banyak dibandingkan pada 2019, terjadi peningkatan besar dalam jumlah waktu yang dihabiskan oleh pengunjung di sana.

Sebagai tanggapan atas meningkatnya jumlah waktu yang dihabiskan wisatawan serta banyak orang menggunakan teknologi untuk sekolah dan kerja, resor tersebut merancang sebuah paket khusus.

Paket menginap selama 28 hari tersebut mencakup makan, internet berkecepatan tinggi, kegiatan kesehatan, dan penggunaan klub anak-anak.

Namun, penginapan tersebut bukanlah satu-satunya. Sebab, Anantara Veli menawarkan paket menginap selama satu tahun untuk pemesanan tak terbatas.

Properti lain seperti The Nautilus Maldives juga menawarkan paket kerja sambil liburan selama tujuh hari.

Perjalanan yang tidak mulus

Meski Maladewa adalah salah satu kisah pariwisata internasional paling sukses pada 2020, negara tersebut tetap harus melewati jalan yang tidak mulus di tengah pandemi Covid-19.

Mereka menutup perbatasannya pada akhir Maret 2020 dengan total sekitar 500 wisatawan masih berada di sana.

Banyak penduduk Maladewa yang bekerja di bidang perhotelan terpaksa tinggal di resor tempat mereka bekerja untuk menjaga sejumlah tamu.

Dua karyawan Kuredu Island Resort & Spa dinyatakan positif Covid-19 pada bulan tersebut. Sebagai tindakan pencegahan, seluruh resor diisolasi.

Meski karantina di pantai tropis yang indah bukanlah sesuatu yang buruk, hal tersebut berbeda bagi para karyawan yang bertugas untuk menjaga tempat tersebut tetap berjalan tanpa batas.

Namun, angka kasus Covid-19 di Maladewa menunjukkan bahwa Maladewa mampu menahan pandemi, meski dibuka kembali.

Pada Februari 2021, negara tersebut memiliki 17.828 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dengan jumlah kematian hanya 58 kasus.

https://travel.kompas.com/read/2021/02/23/090900827/maladewa-kisah-pariwisata-internasional-yang-sukses-pada-2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke