Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Istana Datu Luwu: Museum Sejarah Luwu di Palopo, Sulawesi Selatan

KOMPAS.com - Museum Istana Datu Luwu atau Istana Langkanae Luwu dibangun pada 1920 dan terletak di jalan Landau No. 18, Batupasi, Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Museum ini menjadi salah satu tempat bersejarah di Kota Palopo.

Dulunya, museum merupakan istana raja yang dibakar habis oleh pasukan kolonial Belanda pada masa penjajahan dulu.

"Dulu ini bangunannya ditinggali raja dan terbuat dari kayu kayak rumah adat Luwu, cuma zaman dulu dibakar habis lalu dibangun kembali," kata penjaga Museum Istana Datu Luwu Opu To Manrasa atau akrab disapa Pak Guru kepada Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

Ia melanjutkan, dibangunnya kembali istana tersebut mungkin ditujukan untuk meningkatkan simpati masyarakat. Saat berada di museum, pengunjung bisa menggunakan halaman museum untuk bersantai atau berfoto.

Namun untuk masuk ke dalam dan melihat koleksi museum, perlu syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu dan menghubungi pihak Dinas Pariwisata.

"Karena kan (museum) ini bekas istana raja, sakral dan harus dijaga juga. Belum lagi sekarang lagi pandemi," ujar Opu.

Ia juga menjelaskan bahwa di masa pandemi, museum belum dibuka untuk umum dan jam kunjungan tidak pasti.

"Jika beruntung dan ada penjaga, orang bisa masuk ke dalam untuk melihat-lihat atau mengambil gambar. Untuk biaya masuknya sendiri kami tidak patok harga, gratis. Kadang ada yang bayar seikhlasnya juga," imbuh Opu.

Bagian dalam Istana Langkanae Luwu

Di dalam istana, ada dua bangunan, yang satu bergaya arsitektur khas Eropa dan di sebelah kirinya miniatur Saoraja atau rumah yang ditempati keturunan raja (kaum bangsawan). Kedua bangunan itu berisikan beberapa peninggalan sejarah Luwu.

Bangunan khas Eropa ini berdominasi warna hijau untuk pintu, serta kusen pada pintu dan jendela.

Temboknya dicat putih polos. Warna emas juga terlihat mendominasi sela-sela jendela. Di depannya juga terdapat halaman yang dihiasi beberapa bunga dan tiang bendera.

Saoraja terbuat dari kayu dengan warna cat dasar coklat tua dan warna emas pada beberapa bagian tangga. Bangunan itu bertingkat dua. Bagian bawah dibuat lapang dan terlihat mobil diparkirkan. Lantai dua untuk menyimpan koleksi museum.

Di depan saoraja, terdapat monumen berbentuk patung tangan yang dibangun pada 23 Januari 1948 berwarna coklat keemasan yang tengah memegang badik ke arah langit.

Monumen itu bertuliskan Toddo’ Puli' Temmalara dengan cat berwarna merah yang bermakna "keberanian memperjuangkan kebenaran".

Aturan berfoto di Museum Istana Datu Luwu

Jika ingin berfoto, pengunjung hanya dapat memanfaatkan daerah halaman dan depan bangunan saja. Ini untuk tetap menjaga kelestarian dan keamanan benda-benda sejarah yang disimpan di museum ini.

"Kalau mau foto-foto yah di luar saja, tidak bisa masuk sampai ke dalam. Atau kalau mau foto di Saoraja hanya bisa di tangga saja dan harus lepas alas kaki," tutur Opu.

Pak Guru juga menjelaskan bahwa di masa pandemi, pengunjung berkurang tapi dari segi finansial tidak terlalu berdampak karena pada awalnya memang tidak ada tarif masuk yang diberikan pada pengunjung.

"Pengunjung berkurang yah karena pandemi jadi orang kan juga menjaga diri. Kalau mau masuk ke sini tetap pakai masker, dan prokes (protokol kesehatan) lainnya. Saya kira begitu," sambung dia.

https://travel.kompas.com/read/2021/03/20/150300127/istana-datu-luwu--museum-sejarah-luwu-di-palopo-sulawesi-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke