KOMPAS.com – Changi Chapel and Museum di Singapura akan dibuka lagi pada 19 Mei 2021 setelah ditutup pada 2018 untuk renovasi besar-besaran guna meningkatkan infrastruktur dan konten museum.
Beradasarkan siaran pers yang Kompas.com terima, Selasa (11/5/2021), kini museum tersebut memiliki artefak yang menjelaskan kisah pribadi para tawanan perang, serta warga sipil yang ditahan di kamp penjara Changi selama Pendudukan Jepang.
Beberapa artefak yang ada adalah buku harian 400 halaman yang belum pernah dilihat sebelumnya, menu makan malam, dan sikat gigi yang dibuat dari nol.
Adapun, barang-barang tersebut merupakan sumbangan dan pinjaman dari keluarga para interniran. Museum ini akan menampilkan 114 artefak di delapan galeri yang ada.
“Changi Chapel and Museum secara luas dikenal karena penggambaran sensitif dari kisah pribadi para tawanan perang dan tahanan sipil yang hidup dalam kondisi dan keadaan yang sulit,” kata Director National Museum of Singapore, Chung May Khuen.
Dia melanjutkan, pihaknya berterima kasih kepada museum-museum di luar negeri, serta keluarga para interniran yang telah menyumbangkan artefak yang disajikan di Changi Chapel and Museum.
Koleksi museum yang penuh sejarah
Changi Chapel and Museum memiliki fokus yang kuat pada narasi Perang Dunia II. Koleksi terbaru di sana tidak hanya melengkapi seluruh narasi yang diceritakan dalam galeri National Museum’s World War Two, juga institusi Perang Dunia II lainnya di Singapura.
Salah satunya adalah Former Ford Factory dan pusat peringatan Perang Dunia II yang telah direnovasi di Bukit Chandu. Adapun, pusat peringatan tersebut akan dibuka kembali pada akhir 2021.
Sebelumnya, disebutkan bahwa museum ini memiliki delapan galeri yang menampilkan beberapa artefak yang berkaitan dengan kependudukan Jepang di Singapura.
Adapun, delapan galeri tersebut memiliki tema masing-masing yakni sebagai berikut:
Bagian ini memperkenalkan sejarah Changi yang pada abad ke-19 sebagian besar areanya ditutupi oleh rawa bakau dan hutan hujan.
Bagian ini membahas jatuhnya Singapura, serta nasib yang dihadapi oleh para tentara dan warga sipil setelahnya.
Bagian ini menyoroti kisah para pria, wanita, dan anak-anak yang ditahan di Changi. Diceritakan bahwa sekitar 48.000 tentara dan warga sipil digiring ke Changi yang diubah menjadi kamp penjara yang luas.
Bagian ini memperkenalkan kehidupan sehari-hari para tawanan di kamp penjara Changi, serta sisa-sisa dari Changi Gaol—penjara Changi—yang sebenarnya.
Bagian ini menawarkan sekilas tentang kehidupan yang dihadapi para tawanan, serta bagaimana mereka merespons situasi tersebut.
Bagian ini menampilkan karya-karya yang dihasilkan dari kreativitas para tawanan selama berada di kamp penjara. Pada saat itu, mereka menemukan cara untuk menulis, menggambar, membaca, membuat kerajinan, berolahraga, bahkan mementaskan konser dan drama.
Bagian ini menapilkan perasaan para interniran tentang pembebasan mereka saat Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945.
Pada bagian ini, wisatawan dapat mencari nama dan cerita para interan dan melihat beberapa artefak untuk mengingat bagaimana mereka selamat dari penahanan.
Selain mengunjungi delapan galeri tersebut, wisatawan bisa berkunjung ke sel Changi Gaol yang dibuat ulang agar mereka dapat merasakan keterbatasan hidup para interan.
Adapun, sel yang dibuat ulang tersebut mencakup rekaman sejarah percakapan para interan yang memberi gambaran tentang kondisi kehidupan dan pengalaman mereka sehari-hari.
https://travel.kompas.com/read/2021/05/12/142700627/ada-yang-baru-di-changi-chapel-and-museum-di-singapura-apa-saja-
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan