Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semakin Diminati, Kemenparekraf Gencar Promosi Desa Wisata

KOMPAS.com – Desa wisata atau rural tourism merupakan salah satu sektor pariwisata yang tengah digencarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).

Pasalnya, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Uno, sektor tersebut tengah menjadi tren pariwisata di dunia saat ini sehingga peminatnya juga banyak. 

Hal itu, kata Sandiaga, lantaran desa wisata menawarkan pengalaman tamasya yang berbeda. Wisatawan dapat berinteraksi dengan alam, budaya, dan masyarakat lokal.

Pengelolaan desa wisata di Indonesia sendiri merupakan bagian dari program pengembangan pariwisata berkelanjutan dan masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Adapun rencana tersebut bertujuan mempercepat kebangkitan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Melihat urgensi tersebut, pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri.

Namun, Sandiaga menekankan, langkah pengembangan desa wisata tidak akan berjalan maksimal tanpa kontribusi komunitas pendukung.

Guna memperkuat pengembangan desa wisata, Kemenparekraf/Baparekraf juga berkolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Adapun tugas Kemendes PDTT, yaitu mendorong infrastruktur dari sebuah desa wisata. Sementara, Kemenparekraf/Baparekraf berperan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta sarana prasarana terkait pariwisata dan ekonomi kreatif di desa wisata tersebut.

Masuknya desa wisata sebagai salah satu prioritas pengembangan Kemenparekraf/Baparekraf bukan tanpa alasan. Sandiaga berkata, desa wisata di Indonesia punya potensi besar untuk menyumbang pendapatan negara.

“Sebanyak 15 persen dari total kapasitas amenitas Eropa berada di desa wisata yang berkelanjutan. Begitu juga dengan serapan tenaga kerja, desa wisata memiliki kontribusi yang besar untuk mengatasi masalah pengangguran,” kata Sandiaga dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (12/5/2021).

Di Inggris, Sandiaga melanjutkan, sebayak 12 persen lapangan kerja disumbang dari desa wisata. Jika jumlah tersebut mampu diadaptasi di Indonesia, desa wisata dapat menjadi solusi bagi permasalahan tenaga kerja di Tanah Air.

“Indonesia memiliki 74.000 desa yang dapat dioptimalkan sebagai desa wisata. Masing-masing desa itu pun punya kearifan lokal tersendiri. Hal ini akan menambah nilai bagi wisatawan yang ingin berkunjung,” kata Sandiaga.

Kontribusi komunitas dalam pembangunan desa wisata

Dalam rangka mempercepat perkembangan desa wisata, pemerintah juga melakukan strategi promosi digital. Dengan menggandeng industri kreatif, seperti Traval.co dan Caventer, Kemenparekraf/Baparekraf mengadakan tur virtual ke 10 desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia.

Adapun acara bertajuk “Surga yang Tersembunyi” tersebut digelar pada 30 Januari hingga 28 Februari 2021.

Sandiaga kembali mengatakan bahwa Kemenparekraf/Baparekraf mengusung konsep kolaborasi pentahelix dalam membangun ekosistem desa wisata bersama komunitas. Dengan begitu, masyarakat tidak dijadikan sebagai objek pengembangan, melainkan subjek.

“Pengembangan desa wisata di Indonesia berbasis komunitas atau community based tourism. Langkah ini mampu menjadi jawaban atas tantangan wisata berkelanjutan. Kolaborasi juga merupakan inti utama sebuah desa wisata dapat berkembang menjadi desa wisata mandiri,” jelasnya.

Adapun komunitas yang turut ambil bagian dalam pengembangan desa wisata saat ini adalah Generasi Pesona Indonesia (GenPI), Generasi Wonderful Indonesia (GenWI), beberapa kelompok sadar wisata (Pokdarwis) serta komunitas kreatif terkait sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

GenPI sendiri adalah komunitas nirlaba yang memiliki ketertarikan pada bidang pariwisata. Anggota peguyuban ini terdiri dari berbagai kalangan yang berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia.

Umumnya, anggota GenPI adalah anak muda kreatif yang punya ketertarikan untuk berselancar di media sosial. Karena itu, dalam pengembangan desa wisata di Indonesia, selain aktif melakukan kunjungan, GenPI juga mempromosikan desa wisata melalui media sosial.

Salah satu contoh promosi yang dilakukan GenPI adalah artikel berjudul “Bermalam di Desa Wisata Sauwandarek” yang dimuat pada situs resmi komunitas tersebut.

Artikel tersebut berisi tentang ulasan salah satu anggota selama berkunjung ke desa wisata. Tidak sekadar mengulas, GenPI juga mengajak pembaca untuk melakukan kunjungan ke desa wisata.

Hingga saat ini, jumlah anggota GenPI tercatat mencapai lebih dari 18.000 orang. Karenanya, komunitas tersebut diharapkan dapat menyumbang lebih banyak wisatawan ke desa wisata.

Hal serupa juga diharapkan dari GenWI. Pasalnya, komunitas ini memiliki anggota yang tersebar di mancanegara dan aktif di media sosial. Dengan begitu, pesona Indonesia bisa sampai ke telinga warga internasional.

Selain GenPI dan GenWI, ada pula beberapa pokdarwis yang turut aktif dalam mengembangkan program desa wisata di Indonesia.

Kehadiran komunitas-komunitas tersebut diharapkan mampu menjadi jembatan bagi wisatawan dengan pengelola desa wisata.

Harapannya, kerja sama antar berbagai pihak atau community based tourism ini dapat terus berlangsung. Dengan demikian, target desa wisata mandiri di Indonesia diharapkan tercapai pada 2024 mendatang.

https://travel.kompas.com/read/2021/05/16/135308627/semakin-diminati-kemenparekraf-gencar-promosi-desa-wisata

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke