Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tradisi Perayaan Waisak di Borobudur Sebelum Pandemi Covid-19

KOMPAS.com - Tahun 2021 ini, Hari Raya Waisak jatuh pada Rabu (26/5/2021). Jika pandemi Covid-19 tidak melanda, biasanya Candi Borobudur akan menjadi tempat digelarnya puncak perayaan Waisak.

Koordinator Dewan Sangha Walubi, Maha Bikhsu Dutavira Sthavira mengatakan, tahun ini detik-detik Hari Raya Waisak akan terjadi pada pukul 18.00 WIB.

"Tahun ini jam 18.00 WIB. Jadi arak-arakan biasa jam 13.00 WIB (mulai) jalan dari Candi Mendut," kata pria yang akrab disapa Suhu Benny, Senin (24/5/2021).

Adapun, arak-arakan yang dimaksud Suhu Benny adalah arak-arakan air dan api yang dilakukan oleh para umat Buddha yang dimulai dari Candi Mendut.

Sejarah tradisi perayaan Waisak di Candi Borobudur

Suhu Benny menuturkan, tradisi perayaan Waisak di Candi Borobudur sudah terjadi sejak 65 tahun yang lalu. Tepatnya pada 1956.

Pada saat itu, sekelompok bikhu membuat tradisi Waisak nasional bersama yang dimulai dari mengambil air dan api untuk diarak ke Candi Borobudur.

"Kemudian dari Borobudur, sebelum ke sana, ditaruh di Candi Mendut. Dari Mendut diarak melewati Candi Pawon," ujar dia.

Dahulu, kata Suhu Benny, arak-arakan dilakukan dengan menggunakan delman. Seiring berjalannya waktu, kendaraan seperti mobil truk pun digunakan untuk kegiatan tersebut.

Selama arak-arakan tengah berlangsung, sebagian besar umat Buddha menunggu di Candi Mendut.

Pembentukan panitia Hari Raya Waisak

Sebelum melakukan arak-arak, Suhu Benny mengayakan bahwa para umat Buddha yang melibatkan departemen keagamaan dan majelis, membentuk panitia pelaksanaan Hari Raya Waisak.

Setelah kepanitiaan dibentuk, mereka akan membuka pendaftaran siapa saja umat Buddha yang ingin berpartisipasi dalam prosesi arak-arakan api dan air ke Candi Mendut. Biasanya, pendaftaran akan dilakukan seminggu sebelum Hari Raya Waisak tiba.

"Siapa saja yang mau ikut boleh mengarak. Siapa yang berhak ikut, semua yang mau boleh. Tidak ada yang larang," kata Suhu Benny.

Kendati demikian dalam arak-arakan tersebut, biasanya para bikhu dan pemuka agama akan berjalan terlebih dahulu dalam rombongan arak-arakan api dan air.

Pembacaan doa dan pelepasan lampion

Suhu Benny mengungkapkan bahwa saat pengambilan air dan api untuk dibawa ke Candi Borobudur, mereka yang bertugas mengambilnya akan membacakan doa terlebih dahulu.

"Diambil apinya, doa-doa dulu biar selamat. Ambil air, doa-doa dulu," sambung dia.

Selama perjalanan arak-arakan, pembacaan doa-doa pun kerap dilakukan para umat Buddha yang terlibat.

Air dan api yang telah diambil biasanya masuk ke Candi Mendut sehari sebelum Hari Raya Waisak tiba. Jika saat ini tidak ada pandemi Covid-19, maka air dan api sudah akan ada di candi tersebut pada Selasa (25/5/2021).

"Sudah ada kebaktian demi kebaktian di Candi Mendut," kata Suhu Benny.

Setibanya di Candi Borobudur, para umat Buddha yang sudah ada akan melanjutkan doa. Benny mengatakan, biasanya mereka sudah tiba di sana tiga hari sebelum Waisak.

Bagi sebagian orang, mereka mungkin mengira bahwa umat Buddha beribadah di bangunan candi saat Waisak. Namun, mereka berdoa di pelataran Candi Borobudur.

Selanjutnya, akan ada pemukulan gong sebanyak tiga kali. Usai pemukulan gong, para umat Buddha akan berdiam selama lima menit.

"Habis itu khotbah ritual. (Lalu) masing-masing sembahyang, berdoa kelompok-kelompoknya. Masing-masing kelompok ada figur yang diagungkan. Dia mimpin sembahyang," ujar Suhu Benny.

Setelah masing-masing berdoa sesuai keinginan pribadi, mereka akan melakukan puja-puji. Pada akhir acara, Suhu Benny menuturkan bahwa akan ada pelepasan lampion di Candi Borobudur.

Adapun, pelepasan lampion dilakukan antara pukul 20.00-22.00 WIB. Namun, hal tersebut bergantung pada detik-detik menjelang Waisak. Alhasil, jam pelepasan lampion akan menyesuaikan bulan purnama.

Suhu Benny mengatakan bahwa perayaan Waisak di Candi Borobudur kerap didatangi oleh banyak umat Buddha, termasuk dari luar negeri.

"Tidak dibatasi. Bahkan dari Bangkok, Kamboja, China, Jepang, minimal dari 18 negara. Berdoa tidak boleh di dalam candi, semua di plataran," tuturnya.

https://travel.kompas.com/read/2021/05/25/090900527/tradisi-perayaan-waisak-di-borobudur-sebelum-pandemi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke