Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

11 Fakta Menarik Gedung Pancasila, Saksi Pergantian Orde di Indonesia

KOMPAS.com – Mempelajari hal-hal berbau Pancasila di Hari Lahir Pancasila yang bertepatan pada Selasa (1/6/2021) merupakan salah satu hal yang menarik untuk dilakukan.

Selain untuk memperluas wawasan tentang sejarah Indonesia, juga mendapat perspektif baru tentang hal yang dipelajari. Terutama seputar Gedung Pancasila yang merupakan saksi bisu pergantian orde di Nusantara.

Melansir Kompas.com, Senin (1/6/2020), saat ini gedung tersebut terkenal sebagai gedung untuk mengadakan kegiatan internasional dan penandatangan perjanjian dengan negara lain atau pertemuan bilateral.

Kegiatan lain yang dilakukan di sana adalah acara jamuan makan pagi (Foreign Policy Breakfast). Pada momen tersebut, Menteri Luar Negeri akan mengundang para pemimpin, serta tokoh dari kelompok masyarakat untuk diskusi seputar kebijakan luar negeri dan masalah hubungan internasional.

Di luar kegunaannya, Gedung Pancasila memiliki fakta-fakta menarik yang perlu diketahui yakni sebagai berikut, Selasa:

1. Salah satu gedung tua di Ibu Kota

Gedung yang dulunya bernama Gedung Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat) ini, kata Sejarawan dan Pendiri Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali, merupakan salah satu dari banyaknya gedung tua di Jakarta.

“Dibangun sejak kapan, menurut cerita resmi dari Kementerian Luar Negeri dan berbagai buku, sekitar tahun 1830-an,” ungkap dia, Jumat (29/5/2020).

Meski begitu, menurut Asep tidak ada yang tahu persis kapan gedung berusia lebih dari 50 tahun dan merupakan cagar budaya itu dibangun.

2. Jadi rumah Panglima Angkatan Perang

Sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, Asep menuturkan, gedung yang terletak di kawasan yang kini disebut sebagai Taman Pejambon dan Lapangan Banteng ini dibangun sebagai tempat peristirahatan.

Selain itu, gedung ini juga dibangun sebagai rumah dinas seorang petinggi Hindia Belanda pada saat itu—tepatnya Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda, merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal.

Dahulu, dia tinggal di gedung tersebut hingga 1916 saat Departemen Urusan Peperangan Hindia Belanda masih berada di Jakarta.

Namun, pada 1914-1917, departemen itu dipindahkan ke Bandung. Alhasil, sang Panglima tersebut harus pindah tempat tinggal.

3. Gedung pemerintahan Hindia Belanda

Usai ditinggalkan sang Panglima, Belanda melihat gedung tersebut cukup memadai untuk dijadikan sebagai tempat persidangan Dewan Perwakilan Raykat.

Alhasil, tempat tersebut dinamakan sebagai Gedung Volksraad dan diresmikan pada Mei 1918 oleh Gubernur Jenderal Limburg Stirum.

“Dalam gedung ini, (pekerja) sebagian orang pribumi, sebagian orang Belanda. (Orang pribumi) ada yang dipilih, ada yang ditentukan,” jelas Asep.

Menurut dia, banyak tokoh Indonesia yang berkiprah di sana. Salah satunya adalah M.H. Thamrin.

4. Tempat pertemuan Raad van Indie sebelum pindah

Saat Gedung Volksraad menjadi gedung pemerintahan Hindia Belanda, di sana juga dijadikan sebagai tempat pertemuan para anggota Dewan Pemerintahan Hindia Belanda (Raad van Indie).

Hal ini tertera dalam katalog Pameran Peringatan Hari Ulang Tahun ke-300 Kota Batavia yang diselenggarakan di Museum Amsterdam pada Juni-Juni 1919.

Namun, pada saat itu pemerintah membangun gedung tersendiri bagi Raad van Indie. Lokasinya di barat Gedung Volksraad di Jalan Pejambon Nomor 2.

Berbeda dengan Gedung Volksraad, gedung untuk Raad van Indie hanya berisi orang-orang pemerintahan Belanda saja.

5. Pemerintah Militer Jepang jadikan gedung sebagai tempat persidangan

Pertahanan Belanda terdesak dalam waktu singkat saat Jepang mulai masuk ke Tanah Air. Ini membuat Panglima Angkatan Bersenjata Belanda, Letnan Jenderal Ter Poorten, menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942.

Pada 1943, Pemerintah Militer Jepang membentuk Tyuuoo Sangi-In (Badan Pertimbangan Pusat). Tugasnya adalah mengajukan usulan kepada pemerintah.

Selain itu, mereka juga bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan pemerintah seputar politik dan memberi pertimbangan seputar tindakan yang harus dilakukan.

Pada 16-20 Oktober 1943, mereka mengadakan sidang pertamanya di Gedung Voklsraad. Sidang-sidang berikutnya pun dilakukan di sana.

6. BPUPKI juga sidang di Gedung Volksraad

Selain Tyuuoo Sangi-In yang mengadakan sidang di Gedung Volksraad, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) juga pernah melakukannya pada 29 Mei-1 Juni, dan 10-17 Juli 1945.

7. Sempat jadi gedung kosong saat peralihan pemerintahan

Asep mengatakan bahwa Gedung Volksraad sempat menjadi gedung kosong saat pergantian pemerintahan dari Belanda ke Jepang.

“Pernah beberapa bulan ditinggalkan. Obyek vital yang terlihat dari udara dihindari oleh pemerintah baru. Atap juga dicat warna gelap agar tidak kena pesawat pembawa bom,” ucapnya.

Meski sempat dikosongkan saat peralihan pemerintahan dari Belanda ke Jepang, gedung tidak dikosongkan saat peralihan pemerintahan dari Jepang ke Indonesia.

8. Tidak ada catatan kapan gedung berubah nama

Hingga saat ini, Asep mengatakan bahwa belum ada catatan dan pihak yang menyatakan kapan Gedung Volksraad berubah nama menjadi Gedung Pancasila.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa gedung terlibat saat para pemimpin negara memutuskan untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan negara Indonesia.

Pada 28 September 1950, Indonesia secara resmi diterima sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada tahun itu, gedung diserahkan kepada Departemen Luar Negeri. Namanya juga semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Hal ini karena pada 1 Juni 1964, departemen tersebut memperingati Hari Lahir Pancasila yang dihadiri oleh Bung Karno dan Moh. Hatta.

“Gedung dinamakan Pancasila karena perayaan upacara Hari Lahir Pancasila. (Terkait penamaan gedung yang pasti, tidak diketahui) yang pasti (gedung disebut) Pancasila karena Pancasila lahir di sana. Jadi namanya dianggapnya itu,” ujar Asep.

9. Jadi tempat pembelajaran

Dahulu, gedung ini sempat dijadikan sebagai tempat perkuliahan ilmu ekonomi yang diberikan oleh Moh. Hatta.

Pada 1960-an, gedung juga sempat digunakan sebagai tempat untuk mendidik para calon diplomat Indonesia melalui beberapa kursus.

10. Konferensi Sekretariat Bersama pernah dilakukan di sini

Pada 1955, tepatnya menjalang Konferensi Asia-Afrika, Gedung Pancasila dijadikan sebagai pusat kegiatan konferensi Sekretariat Bersama.

Kegiatan yang diketuai Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri ini terdiri dari para duta besar Birma, India, Pakistan, dan Sri Lanka.

11. Saksi pergantian orde di Indonesia

Gedung Pancasila dapat dikatakan sebagai saksi bisu pergantian orde di Indonesia, saat orde lama mulai runtuh dan diganti oleh orde baru.

Pada penghujung 1965, gedung ini menjadi sasaran demonstrasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang menentang komunis.

Pada saat itu, massa yang marah membuat Gedung Pancasila mengalami kerusakan di beberapa bagian.

https://travel.kompas.com/read/2021/06/01/171500427/11-fakta-menarik-gedung-pancasila-saksi-pergantian-orde-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke