Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Guru Besar FIB UI: Borobudur Lebih dari Sekadar Tempat Selfie

KOMPAS.com - Candi Borobudur bukan hanya sekadar tempat untuk selfie, tetapi juga sebagai lumbung ilmu pengetahuan dan budaya.

Hal itu disampaikan Dewan Pakar Sound of Borobudur sekaligus guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Melani Budianta. 

"Ada banyak pengetahuan yang bisa digali dari relief-relief Candi Borobudur," ucapnya dalam konferensi pers virtual peluncuran Konferensi Internasional Sound of Borobudur, Senin (7/6/2021).

Melani melanjutkan bahwa salah satu pengetahuan yang ada di relief Candi Borobudur adalah musik.

"Dengan masuk di satu dimensi saja, sudah begitu banyak pengetahuan dan gerak yang bisa dilakukan. Multi dimensi dari segi penggalian musiknya, jejaringnya, ajakannya manggil orang untuk mengeksplorasi," ujar dia.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (7/6/2021), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan menggelar kegiatan konferensi Internasional di Lima Destinasi Super Prioritas, salah satunya Borobudur.

Acara yang mengusung tema "Sound of Borobudur-Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" itu akan diadakan pada tanggal 24-25 Juni 2021.

Konferensi ini bertujuan untuk menggali serta menghidupkan kembali jejak persaudaraan lintas bangsa yang diwariskan para leluhur melalui musik, seperti gambar yang terpahat pada relief Candi Borobudur.

Sound of Borobudur (SOB) nantinya akan menghadirkan kembali alat-alat musik yang tergambar pada relief Candi Borobudur dalam wujud fisik dan membunyikannya dalam bentuk orkestrasi.

Dengan musik pula, pihaknya akan mendorong pariwisata berbasis budaya sebagai upaya pelestarian warisan-warisan budaya berkelanjutan.

Candi Borobudur, lumbung budaya untuk semua orang

Lebih lanjut, Melani mengatakan bahwa Candi Borobudur merupakan lumbung budaya untuk semua orang. Oleh karena itu, ia melihat tim dari SOB telah bekerja sejak lima tahun lalu untuk mendapatkan inspirasi dari panel-panel candi, kemudian mempelajarinya.

"Mereka mencari kaitannya dengan alat-alat musik yang ada lalu membuat replikanya, mencoba memainkannya dan lain sebagainya," tutur Melani.

Pada April 2021, ia mengatakan bahwa para ahli juga sudah berkumpul. Sebab untuk membuat klaim pengetahuan, diperlukan sebuah proses akademik.

Mulai dari etnomusikologi, sejarawan, hingga akelog, mereka bersama membahas dan mengupas panel-panel Candi Borobudur.

Dari diskusi dan pembelajaran tersebut, Melani mengatakan bahwa para ahli tersebut melaporkan adanya beberapa temuan.

Salah satunya ada 200 jenis alat musik dan menegaskan kembali bahwa Borobudur adalah sumber data artefaktual tertua yang paling banyak menggambarkan orkestrasi musik dengan beragam kompleksitasnya.

Adapun, penemuan 44 panel di Candi Borobudur menunjukkan aspek-aspek yang muncul dari musik. Musik bukan hanya dalam tataran spiritual dan religi, tetapi juga sebagai hiburan, sarana mencari nafkah, dan sebagai penyembuhan atau meditasi.

Purwa Caraka dari Yayasan Padma Sada Svargantara yang turut hadir dalam konferensi pers virtual tersebut juga menyampaikan bahwa selama 13 abad, Borobudur ada di tempatnya. Namun, tidak ada yang berusaha mengeksplorasi lebih dari sekadar batu mati.

Oleh karena itu, gagasan membunyikan alat musik yang ada di relief candi adalah keputusan yang cerdas dan orisinil, serta perlu ditindaklanjuti dengan baik oleh semua pihak.

Menurut dia dengan ratusan gambar relief alat-alat musik, 40 relief panel lebih menunjukkan adanya aktivitas musik  di tempat itu pada 13 abad lalu. Sejauh ini, alat musik itu pun belum ditemukan di tempat lain.

Menariknya, sebagian besar alat-alat musik itu pun tidak ditemukan lagi di Jawa Tengah. Alat musik itu sudah menyebar di 34 provinsi di Indonesia, bahkan ditemukan kemiripannya di 40 negara lain.

Ia juga menyampaikan bahwa bukti Borobudur sebagai pusat musik dunia sekaligus memberikan penguatan kajian-kajian ilmiah mengenai Borobudur di berbagai bidang keilmuan.

Sound of Borobudur

Nantinya, SOB akan menampilkan musisi dari dalam negeri dan musisi dari 10 negara Asia untuk berkolaborasi membunyikan alat-alat musik seperti yang terdapat pada relief Candi Borobudur.

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa dalam kesempatan yang sama.

Akan ada pula seminar dengan para pakar untuk menggali kolaborasi bersama. Tak ketinggalan, ada pameran 10 UMKM di kawasan Borobudur untuk menawarkan keunikan, kekhasan, serta produk unggulan lokal.

Kegiatan konferensi internasional ini merupakan kolaborasi antara Kemenparekraf dengan Yayasan Padma Sada Svargantara, dan media Harian Kompas.

Ia mengatakan, kegiatan Sound of Borobudur ini akan membantu pihaknya kembali mengatur strategi untuk mendatangkan kunjungan wisata, baik itu domestik maupun mancanegara dengan cara yang benar.

https://travel.kompas.com/read/2021/06/08/111100627/guru-besar-fib-ui--borobudur-lebih-dari-sekadar-tempat-selfie

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke