Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Legenda Dewi Sri: Simbol Kesuburan, Kehidupan, sekaligus Penderitaan

DEWI SRI. Dia punya banyak nama dalam keyakinan dan tradisi di Nusantara. Namun, legenda tentang Dewi Sri sering dilekatkan pada mitos pertanian saja, terutama padi.

Padahal, Dewi Sri punya akar pada keyakinan dan muncul pula dalam banyak tradisi selain pertanian. Dia menjadi simbol dalam banyak perspektif, sekalipun bisa jadi saling bersilangan pula. 

Kerajinan gerabah Kasongan yang masih ada sampai sekarang pun ternyata ada kaitan dengan sosok Dewi Sri. Struktur rumah tradisional Jawa dan rangkaian acara perkawinan tradisional pun ternyata begitu. 

Tulisan ini merupakan pembuka alias yang pertama dari lima tulisan tentang legenda Dewi Sri di Nusantara.

Silang budaya dan agama..

Gösta Liebert, dalam Iconographic dictionary of the Indian religions: Hinduism, Buddhism, Jainism terbitan Cambridge University Press, menyebut bahwa kata Sri berasal dari bahasa sansekerta.

Arti kata itu adalah kesuburan (prosperity), kekayaan (welfare), keberuntungan (good fortune), kesehatan (health), keindahan (beauty), dan personifikasi (personification).

Kamus Merriam Webster memberikan pula arti untuk kata ini secara harfiah adalah keindahan, keagungan—menggunakan pendekatan sejarah dan etimologi. Ini cenderung merujuk pada penggunaan kata tersebut sebagai sebutan penghormatan.

Di Indonesia, Dewi Sri dihubungkan dengan mitos asal-muasal tumbuhan, terutama padi. Temuan naskah tertua di Indonesia yang memuat soal Dewi Sri adalah Teks Tantu Panggelaran.

Tantu Panggelaran merupakan karya sastra Jawa dalam bahasa Jawa-Tengahan, yaitu bahasa di antara bahasa Jawa kuno dan bahasa Jawa sekarang. Diperkirakan, ini dibuat di era Majapahit.

Kisah Dewi Sri di Nusantara dan Teks Tantu Penggelaran antara lain dimuat di buku Nusa Jawa: Silang Budaya - Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris karya Denys Lombard. 

Lombard menyebut, sosok mitologi Dewi Sri berasal dari India. Namun, penghormatan atas Dewi Padi yang di Nusantara diasosiasikan pula dengan Dewi Sri menyebar luas bahkan di wilayah-wilayah yang diyakini tak ada jejak interaksi dengan pejalan dari India. 

Bicara India, bicara pula soal agama Hindu, termasuk tentang Dewi Sri ini. Dalam ajaran Hindu, Dewi Sri adalah istri Dewa Wisnu. Namanya Dewi Laksmi, yang kemudian muncul pula penggabungan nama menjadi Dewi Sri Laksmi.

Dewi Sri pun lekat dengan ajaran Buddha. Ini ditelusuri dari antara lain penggunaan nama lain sridevi yang merupakan personifikasi dari dharmapala, dewi pelindung dalam ajaran Dalai Lama di agama Buddha sekte Lama. 

Namun, dalam perkembangan tradisi dan mitologi di Indonesia, legenda Dewi Sri tidak lagi sepenuhnya mengakar pada ajaran agama Hindu dan Buddha.

Ini sekaligus menjelaskan pula sejumlah temuan perbedaan wujud Dewi Sri dalam arca yang diperkirakan dibuat di era Hindu, Hindu-Buddha, dan sesudahnya.

Bahkan, penggambaran Dewi Sri di Indonesia dan di India—negara yang diyakini sebagai asal agama Hindu dan mayoritas penduduknya beragama Hindu—pun disebut berbeda.

Pembahasan mengenai perbedaan simbolisasi Dewi Sri dalam ajaran agama Hindu, Hindu-Buddha, dan tradisi di Nusantara antara lain dikupas dalam riset Titi Surti Nastiti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Berjudul Dewi Sri dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia, riset tersebut dipublikasikan pada 26 Juni 2020 di jurnal Tumotowa Volume 3 Nomor 1, Juni 2020.

"Berkaitan dengan Dewi Sri, dalam khazanah ikonografi Indonesia ditemukan arca Dewi Sri yang secara ikonografi berbeda penggambarannya dengan Dewi Sri di India," tulis Titi dalam risetnya.

Satu sosok banyak nama dan legenda

Dalam konteks keyakinan, tradisi, dan mitologi di Indonesia, Dewi Sri setidaknya muncul di masyarakat Jawa—terutama Jawa Tengah—, Bali, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Ende.

Dewi Sri dan legenda pertanian adalah versi yang paling banyak dan mudah ditemukan dalam tradisi Nusantara. Namanya saja yang berbeda-beda.

Di Jawa Barat, misalnya, Dewi Sri disebut juga sebagai Dewi Pohaci. Legenda yang berkaitan dengannya antara lain Wawacan Pohaci, Cariyos Sawargaloka, Wawacan Sanghyang Sri, Wawacan Puhaci Dandayang, Wawacan Dewi Sri, dan Wawacan Sulanjana. 

Adapun di Jawa Tengah, salah satu legenda terkait Dewi Sri adalaah Sri Sedana. Di Madura, Jawa Timur, sosok Dewi Sri dituturkan sebagai sosok Ratna Dumilah.

Lalu, di Bali, Dewi Sri disebut juga dengan nama Sri Sadhana, Rambut Sadhana, Dewi Danu, atau Dewa Ayu Manik Galih.

Di Sumatera Utara, sosok dan mitologi Dewi Sri muncul dalam cerita Daru Dayang. Adapun di Ende, kisah Dewi Sri hadir dalam kisah Bobi dan Nombi. Di Ende, Dewi Sri disebut juga sebagai Ine Pare atau Ine Mbu.

Kisah yang merujuk pada Dewi Sri ada juga di Pulau Kei, Maluku, lewat cerita tentang pemuda bernama Letwir. Pengaruh Jawa dan Bali diyakini ada di balik keberadaan kisah ini, karena padi dan beras bukan makanan pokok orang Kei.  

Lalu siapakah Dewi Sri?

Simbol kesuburan, kehidupan, sekaligus penderitaan

Meski punya banyak nama dan ada beragam kisah tentangnya, benang merah di antara semua itu adalah sosok Dewi Sri sebagai perempuan dan simbol kehidupan. 

Sindunata dalam tulisan Ketika Dewi Sri Sudah Pergi, mengaitkan sosok Dewi Sri sebagai perempuan laiknya Bumi yang memberi kehidupan dan kesuburan. 

"Tapi justru karena ia seperti wanita maka Bumi ini adalah obyek penderitaan. Karena itu Bumi ini juga bisa bersedih dan menangis seperti seorang wanita," tulis Sindunata di artikel yang tayang di harian Kompas edisi 24 Juni 1993 tersebut.

Dalam banyak mitologi, lanjut Sindunata, perempuan sebagai simbol kesuburan tanah sering diganggu oleh pelbagai kekuatan jahat yang hendak memusnahkan hidupnya.

Adapun dalam etnologi, perempuan sering dianggap sebagai "unsur kultur" yang berhadapan secara dikotomis dengan lelaki sebagai "unsur nonkultur", manusia yang punya kecenderungan untuk menjadi barbar dan antikultur.

Bila demikian, Bumi sebagai perempuan itulah yang menjadi korbannya.

Dewi Sri, tulis Sindunata mengutip salah satu versi sosok Dewi Sri, adalah dewi kesuburan yang lahir dari kesedihan. Dia lahir dari salah satu telur yang asalnya adalah air mata Dewa Anta, dewa berwujud naga yang tinggal di dunia bawah tanah. 

Dewa Anta merasa kodratnya hina, tak seperti para dewata lainnya. Itu yang membuatnya menitikkan air mata. Air mata itu yang kemudian menjadi sejumlah telur, yang kemudian salah satunya pecah dan darinya lahir perempuan jelita, Dewi Sri Pohaci.

Sri dibesarkan oleh Dewi Uma, permasuri Batara Guru. Bagi Batara Guru, Sri telah menjadi anaknya sendiri.

Batara Guru adalah penguasa kemegahan dan keperkasaan langit. Sri adalah anak yang dilahirkan dari keprihatinan dan kemiskinan Bumi.

Kekerasan langit terhadap Bumi terjadi ketika Batara Guru malah jatuh cinta pada Dewi Sri dan ingin menyetubuhinya. Ini berarti ada konflik antara kekerasan dan kelemahlembutan.

"Karena langit adalah simbol lelaki sebagai 'unsur nonkultur' dan wanita itu adalah simbol Bumi sebagai 'unsur kultur', kisah cinta sepihak ini adalah lelakon kekerasan 'nonkultur'' terhadap 'kultur'," tulis Sindunata.

Sri menolak untuk disetubuhi ayahnya sendiri. Namun, karena terus-menerus dipaksa, ia rela, asal Batara Guru dapat memberinya buah-buahan yang dia idam-idamkan.

Sejak ia menginginkan buah idamannya itu, Sri tak lagi punya selera makan. Badannya menjadi makin lemah seperti pohon yang tak mendapatkan air dan sinar mata hari.

Adapun Batara Guru tak berhasil mendapatkan buah idaman Sri itu. Akhirnya Sri mati.

Namun, kematiannya memberikan kehidupan dan kesuburan bagi para petani. 

Dari kepalanya tumbuh pohon kelapa. Dari pusarnya tumbuh tanaman padi. Dari vaginanya tumbuh pohon aren. Dan dari dadanya mencuat buah gantung berupa kates. Dari tangannya tumbuh mangga. Dan dari kakinya tumbuh buah-buahan pendam seperti ubi dan ketela.

Inilah simbol kehidupan yang menjadi lakon keberadaan mitologi Dewi Sri hingga kini.

Dewi Sri dalam beragam perspektif...

Seri tulisan berikutnya dari Serial Legenda Dewi Sri akan bertutur tentang beragam perspektif yang punya kaitan dengan sosok Dewi Sri. Tentu, pertanian akan menjadi salah satunya.

Jangan dulu merasa sudah tahu ya. Karena ternyata seru juga ketika dikulik lebih dalam.

Tunggu dan jangan terlewat tulisan berikutnya....

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Catatan:

Naskah utuh dari artikel harian Kompas yang dikutip untuk tulisan ini dapat diakses publik melalui layanan Kompas Data. 

https://travel.kompas.com/read/2021/08/04/184222327/legenda-dewi-sri-simbol-kesuburan-kehidupan-sekaligus-penderitaan

Terkini Lainnya

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke