Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Suku Baduy yang Baju Adatnya Dipakai Presiden Jokowi Saat Sidang Tahunan MPR 2021

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memakai baju adat Suku Baduy atau Urang Kanekes dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR, DPD, pada Senin (16/8/2021).

Jokowi mengenakan pakaian berwarna hitam dengan penutup kepala ciri khas pakaian adat suku Baduy berwarna biru.

"Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat suku Baduy. Saya suka karena desainnya yang sederhana, simpel, dan nyaman dipakai," kata Jokowi dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR, Senin (16/8/2021).

Desa Adat Baduy yang terletak di Desa Kenekes, Kabupaten Lebak, Banten, adalah salah satu desa adat yang masih berpegang teguh dengan adat istiadatnya. Komunitas Baduy yang menetap di sana adalah masyarakat adat penganut Sunda Wiwitan.

Dilansir dari Kompas.com, Minggu (23/2/2021), Suku Baduy adalah salah satu suku asli Banten dengan jumlah penduduk sekitar 11.000 orang.

Lokasinya yang berada di kaki pegunungan Kendeng membuat wisatawan yang ingin berkunjung harus berjalan kaki sekitar tiga hingga empat jam jika ingin menuju ke Baduy Dalam.

Wilayah suku yang menyebut diri mereka sebagai Urang Kanekes ini terbagi menjadi dua, Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Suku Baduy Dalam adalah penduduk yang masih berpegang erat terhadap adat istiadat mereka. Sedangkan Baduy Luar sudah berbaur dengan masyarakat sekitar.

Meskipun terdapat perbedaan, Baduy Luar dan Baduy Dalam keduanya memiliki ciri umum kehidupan yang sama, yaitu hidup berdampingan dengan damai bersama alam sekitar.

Fakta menarik Suku Baduy

Selain kekentalan adat istiadat pada Urang Kanekes, berikut beberapa fakta menarik lain mengenai Suku Baduy.

1. Mandi tanpa sabun

Saat sedang berkunjung ke Desa Kanekes, wisatawan tidak diperbolehkan menggunakan sabun, sampo, dan pasta gigi saat mandi di sungai, terutama di Baduy Dalam. Aturan ini diperlakukan untuk menjaga kejernihan air.

Peralatan mandi yang mengandung bahan kimia atau berbahan plastik dikhawatirkan dapat merusak alam disekitarnya. 

2. Larangan membawa perangkat elektronik

Beberapa barang lain yang juga dilrang untuk dibawa adalah radio, pemutar musik, senjata api, dan pengeras suara.

Dikhawatirkan perangkat teknologi yang dibawa oleh wisatawan dapat mengalihkan perhatian warga dari aktivitas normal.

Tidak hanya itu, wisatawan juga tidak diperbolehkan untuk mengambil foto maupun video selama berada di dalam kawasan Suku Baduy.

3. Saba Budaya Baduy

Warga Baduy meminta agar nama Wisata Baduy diganti menjadi Saba Budaya Baduy.

"Kalau Saba, berkunjung ke sini untuk silaturahim, bertemu dan interaksi dengan kami. Sementara Jika wisata, orang Baduy jadi tontonan," ucap Kepala Desa Kanekes Jaro Saija pada Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).

Menurut Saija, penyebutan Saba Budaya Baduy sebetulnya sudah ada sejak beberapa tahun lalu dan sudah dibentuk peraturan desa mengenai Saba Budaya.

4. Pemerintahan Suku Baduy

Suku Baduy mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu nasional yang mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat sesuai kepercayaan masyarakat setempat. Kedua sistem tersebut digabungkan agar tidak terjadi benturan atau konflik.

Secara nasional, warga dipimpin oleh kepala desa yang disebut jaro pamarentah. Sedangkan secara adat, mereka dipimpin oleh pimpinan adat tertinggi yang disebut pu'un.

5. Upacara adat tiga kali setahun

Salah satu tradisi Suku Baduy adalah Kawalu. Diberitakan Kompas.com, Minggu (25/4/2021), masyarakat Baduy melaksanakan kawalu sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu pada Bulan Kasa, Karo, dan Katiga.

Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pertanian yang diwujudkan dengan berpuasa. Berpuasa dilakukan untuk membersihkan diri dari hawa nafsu yang buruk.

https://travel.kompas.com/read/2021/08/17/090044927/mengenal-suku-baduy-yang-baju-adatnya-dipakai-presiden-jokowi-saat-sidang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke