Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suku Banjar, Suku Terbesar di Kalimantan Selatan

KOMPAS.com - Suku Banjar adalah suku bangsa yang berasal dari Kalimantan Selatan. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah tersebut.

Dilansir dari Kearifan Religi Masyarakat Banjar Pahuluan karya Alfisyah dan kawan-kawan (dkk), Suku Banjar pada awalnya mendiami wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai pedagang.

Akan tetapi, suku Banjar mulai menempati wilayah-wilayah pedalaman di sekitar Pegunungan Meratus dan beralih menjadi petani karet atau berladang.

"Salah satu wilayah pedalaman yang menjadi pilihan masayarakat Banjar untuk menjalani kehidupan adalah daerah hulu sungan atau disebut pahuluan," jelas Alfisyah dkk.

Melansir Perhiasan Tradisional Indonesia karya Husni dan Siregar, Suku Banjar merupakan penduduk mayoritas di Provinsi Kalimantan Selatan.

"Kerajaan Banjar merupakan akhhir dari kejayaan Sanga-sangan yang menjadi cikal bakal kerajaan asli provinsi Kalimantan Selatan," tulis Husni dan Siregar.

Hubungan orang Banjar dengan orang Jawa

Dikutip dari Menelusuri Jati Diri Orang dan Bahasa Banjar karya Moh. Fatah Yasin, hubungan orang Banjar dangan orang Jawa terjalin sejak zaman dahulu.

Dalam sejumlah literatur lama diketahui bahwa Empu Jatmika bersama kedua putranya, Empu Mandastana dan Empu Lambung Mangkurat berlayar dari Jawa Timur ke Kalimantan. Perjalanan tersebut juga disertai beberapa pengikut setianya.

Konon, mereka berlayar ke Kalimantan untuk menghindari bencana dan perselisihan. Sesampainya di Kalimantan, mereka mendirikan sebuah negeri yang diberi nama Nagaradipa.

Nagaradipa berkembang pesat menjadi sebuah negeri yang kuat. Mereka kemudian melakukan serangan dan menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Negeri Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Pitap, Batang Alai, Batang Hamadit, dan Labuhan Amas menjadi wilayah kekuasaan Nagaradipa dalam sekejap.

Bukti sejarah penaklukan tersebut dapat berupa candi yang ditemukan di Amuntai. Candi tersebut bernama Candi Agung yang dibangun Empu Jatmika.

Candi tersebut menggunakan material berupa batu bata yang menyerupai peninggalan Majapahit di Trowulan. Kejayaan Nagaradipa ini disebut menjadi awal hubungan Jawa dan Banjar.

Sebelum terhubung dengan Jawa, Banjar telah terlebih dahulu memiliki hubungan erat dengan Meayu. Nama Banjar sendiri berasal dari bahasa Melayu yang artinya kampung.

"Suku Banjar adalah penduduk Kalimatan Selatan yang secara historis sebenarnya adalah hasil pembauran bangsa Melayu dengaan penduduk asli Kalimantan, yaitu Maanyan, Lawangan, Bukit atau Ngaju," jelas Yasin.

Legenda Kerajaan Tanjungpura di daerah tabalong yang diidentifikasikan sebagai kerajaan Melayu. menjadi bukti pembauran kebudayaan di daerah tersebut.

Menurut Yasin, Suku Banjar bukanlah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan. Suku ini merupakan hasil percampuran dari sejumlah suku asli dan suku pendatang seperti Melayu dan Jawa. Suku asli dari Kalimantan sendiri adalah Dayak Maanyan, Lawangan, ukit, dan Ngaju.


Agama Suku Banjar

Mayoritas Suku Banjar menganut Agama Islam. Meski begitu, tradisi-tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang masih dipertahankan.

"Demikian pula dalam praktik ritual. Tampak ada beberapa praktik yang tidak umum dilaksanakan pemeluk Islam," tulis Alfisyah dan kawan-kawan.

Agama dan keyakinan yang dianut oleh Suku Banjar menambah warna dalam kehdupan sosial masyarakat Kalimantan Selatan.

Suku Banjar dengan keyakinannya sebagai pemeluk Islam dapat hidup berdampingan dengan Suku Dayak yang memiliki kepercayaan Kaharingan.

Alfisyah juga menyatakan bahwa keberadaan Suku Dayak turut memberikan pengaruh terhadap konsepsi ketuhanan atau teologis.

Bahasa Suku Banjar

Suku Banjar menggunakan bahasa Banjar untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa ini dipakai secara luas di Pulau Kalimantan.

"Bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa di Kalimantan yang wilayah pemakaiannya cukup luas, meliputi wilayah Kalimantan Tengah dan Timur, di samping Kalimantan Selatan sebagai wilayah penutur aslinya," tulis Yasin dalam jurnalnya.

Lebih lanjut, Yasin mengungkapkan bahwa mayoritas penutur bahasa Dayak juga bisa menggunakan bahasa Banjar. Oleh sebab itu, bahasa Banjar kerap digunakan sebagai bahasa penghubung antarsuku.

 


Rumah adat Suku Banjar

Dilansir dari Rumah Adat di Indonesia karya D.C. Tyas, rumah adat provinsi Kalimantan Selatan adalah rumah Banjar. Rumah adat ini disebut juga dengan rumah bubungan tinggi atau rumah lambung mangkurat.

Rumah Banjar memiliki bangunan tinggi dan memancang ke depan. Lantainya dibuat berjenjang.

Seluruh bagian bangunan berbagan dasar kayu, termasuk lantainya. Rumah adat ini memiliki dua tangga yang terletak di bagian depan dan belakang bangunan.

Rumah bubungan tinggi memiliki tiga jenis ruangan yang dirancang sesuai fungsinya. Ruangan terbuka terdiri atas pelataran atau serambi. Ada dua macam serambi pada rumah ini, yaitu serambi muka dan serambi sambutan

Ruang Setengah terbuka diberi pagar rasu yang disebut dengan lapangan pamedangan. Ruangan ini memiliki lantai yang lebih tinggi dan sepasang kursi panjang.

Yang ketiga ruang dalam. Ruang dalam terbagi menjadi pacira dan panurunan, paluaran, paledangan, dan panampik padu atau dapur.


Pakaian adat Suku Banjar

Suku Banjar memiliki beberapa jenis pakaian dan perhiasan tradisional. Mereka mengenakan busana dan perbiasan yang berbeda tergantung pada acara yang dihadiri.

Menurut Husni dan Siregar, Suku Banjar biasa mengenakan baju bernama Lampir saat upacara adat. Baju teluk belanga merupakan pakaian untuk kaum pria, sedangkan kaum perempuan mengenakan kebaya yang dipadukan dengan tapis atau sarung.

Kaum wanita juga menggunakan baju kurung basisit dalam upacara. Bagian bawah baju tersebut memilikki sulaman benang emas atau air suci dan disulam dalam jumlah ganjil.

Pada bagian kepala, para wanita menggunakan sanggul berbentuk bundar bernama galung. Sanggul ini biasanya ditambahkan anyaman delapan yang menandakan si pemakai adalah seorang gadis.

Kaum pria menggunakan penutup kepala berbentuk segitiga yang disebut dengan laung tajak siak. Tutup kepala tersebut ditali dengan lam julalat.

https://travel.kompas.com/read/2021/08/28/101000727/suku-banjar-suku-terbesar-di-kalimantan-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke