Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kegigihan Industri Perhotelan di Tengah Pandemi dan PPKM Jawa-Bali

KOMPAS.com – Sektor perhotelan merupakan salah satu dari beragam sektor di industri pariwisata Indonesia yang terdampak Covid-19.

Alih-alih hanya menerima tantangan dari pandemi, mereka masih harus terkena imbas dari pembatasan mobilitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Level 1-4 di Jawa dan Bali, serta daerah lain di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut membuat banyak hotel menutup operasionalnya lantaran tidak ada permintaan menginap dari masyarakat.

CEO Accor Group For Southeast Asia, Japan Garth Simmons mengatakan, pihaknya melakukan berbagai cara agar tetap beroperasi.

  • Tren Wisatawan Nusantara, Fungsi Hotel Berubah dari Akomodasi Jadi Tempat Wisata
  • Diskon Kamar Hotel untuk yang Sudah Vaksin, Strategi Baru Pengusaha Hotel
  • Bukti Vaksin Covid-19 Bikin Rugi Hotel di Daerah dengan Tingkat Vaksinasi Rendah
  • Aplikasi PeduliLindungi di Hotel, Anak di Bawah 12 Tahun Bakal Sulit Menginap

“Saya rasa kami telah melakukan berbagai cara tergantung kebutuhan. Di Jakarta, kami bekerja sama dengan pemerintah dan rumah sakit untuk penyediaan ruang karantina,” tuturnya.

Simmons mengatakan hal tersebut dalam Global Tourism Forum: Hybrid Event Leaders Summit Asia Indonesia 2021 hari kedua pada Kamis (16/9/2021).

Menurutnya, orang-orang yang bekerja di bidang perhotelan telah melakukan berbagai cara yang kreatif untuk bertahan di tengah pandemi dengan mencari peluang.

Saat ini, tidak jarang hotel-hotel di Jakarta yang menjadi hotel karantina untuk warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) yang tiba di Tanah Air.

Ada juga hotel yang menjual paket isolasi mandiri berbayar bagi pasien tanpa gejala Covid-19, dan menjual harga khusus bagi masyarakat yang sudah divaksin Covid-19.

Saling pengertian antarpekerja hotel

President Commissionair Sahid Group Wiryanti Sukamdani juga mengatakan hal senada pada kesempatan yang sama.

Namun, dia lebih menitikberatkan pada adanya komunikasi antarpekerja hotel untuk saling memahami situasi pandemi yang menghantam sektor perhotelan.

“Kami tidak bisa menyangkal bahwa bagi hotel, beroperasi secara penuh dengan sumber daya manusia (SDM) yang penuh merupakan hal yang tidak memungkinkan,” ucap Wiryanti.

“Makanya saat memiliki okupansi hotel yang rendah, kami berbicara dengan para pekerja tentang kondisi itu. Kami membuat kesepakatan dengan mereka,” lanjutnya.

  • Tingkat Okupansi Hotel di Puncak Cipanas Naik 70 Persen saat Akhir Pekan
  • 5 Hotel Unik di Subang Jawa Barat, Cocok untuk Melepas Penat
  • Penerimaan WNA di Hotel Karantina Menurun akibat PPKM
  • 3.150 Karyawan Hotel di Banyuwangi Terancam PHK, Jika Pariwisata Tetap Tutup

Adapun, pihaknya memiliki tiga jenis karyawan yaitu karyawan permanen, karyawan kontrak, dan karyawan harian.

Langkah yang dilakukan pihak Wiryanti dengan para karyawan tersebut tergantung dengan okupansi hotel. Misalnya adalah jadwal kerja secara bergantian (shift).

“Beberapa ada yang bekerja dari rumah, terlebih divisi administrasi. Sementara yang harus kontak langsung dengan tamu, mereka bergantian shifting,” jelas Wiryanti.

“Kalau okupansi rendah, mereka akan bekerja sesuai dengan okupansi. Contohnya tahun lalu, okupansi kami terkadang di bawah 10 persen. Kami punya pekerja untuk okupansi 200 persen. Bicaralah dengan karyawan agar mereka mengerti,” imbuhnya.

https://travel.kompas.com/read/2021/09/17/111800127/kegigihan-industri-perhotelan-di-tengah-pandemi-dan-ppkm-jawa-bali

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke