Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menelusuri Peristiwa G30S di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya

KOMPAS.com -  Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya merupakan saksi tragedi penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal TNI AD yang bermula dari 30 September 1965. Tragedi terebut dikenal dengan nama G30S.

Monumen ini dibangun sebagai penghormatan bagi korban yang gugur dalam peristiwa tragis tersebut.

Kini, kiya bisa mengunjunginya dan melihat benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa G30S.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, monumen tersebut dibangun di sekitar lokasi pembuangan jasad para korban.

Monumen Pancasila Sakti terletak di Jalan Pondok Gede, Lubang Buaya, Cipayung, jakarta Timur. Lokasinya tak jauh dari Terminal Pinang Ranti, yaitu sekitar 17 menit perjalanan menggunakan mobil.

Berikut ini adalah jejak peristiwa G30S yang bisa ditemukan di Monumen Pancasila Sakti.

Sebelum dibangun menjadi monumen, kawasan tersebut merupakan perkebunan dan tanah kosong.

Pengunjung monumen dapat melihat sebuah sumur tua yang dulunya menjadi tempat jasad para Pahlawan Revolusi dibuang.

Sumur tua yang juga dikenal sebagai Sumur Maut ini memiliki kedalaman 12 meter dan berdiameter 75 sentimeter.

Adapun korban penculikan dan pembunuhan dalam tragedi tersebut antara lain, Letjen A. Yani, Mayjen TNI Suprapto, Majen TNI S. Parman, Mayjen TNI M.T. Hartono, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, dan Lettu Piere Tendean.

Keberadaan sumur berhasil ditemukan pada 3 Oktober 1965 berkat Sukitman, saksi mata yang berhasil melarikan diri.

Jenazah ketujuh korban kemudian dievakuasi pada 4 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ketujuh korban tersebut juga diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Tak jauh dari sumur maut, terdapat sebuah rumah kecil yang dikenal dengan nama Rumah Penyiksaan.

Serambi bangunan tersebut digunakan oleh kelompok G30S sebagai tempat penyekapan dan penyiksaan terhadap para tokoh TNI waktu itu.

Rumah itu awalnya dimiliki olah seorang simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) bernama Bambang Harjono, dan dulunya berfungsi sebagai Sekolah Rakyat.

Akan tetapi, sejak diserahkan pada PKI, bangunan tersebut kemudian beralih fungsi.

Kini pengunjung dapat menyaksikan diorama yang menggambarkan penyiksaan terhadap perwira TNI di dalam bangunan tersebut.

Diorama itu kabarnya dibuat berdasarkan hasil Berita Acara Pemeriksaaan (BAP) para pelaku penyiksaan dan pembunuhan dalam sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).

Selain itu, diorama juga dibuat berdasarkan kesaksian Sukitman.

Pos Komando merupakan sebuah bangunan yang dulunya digunakan Letkol Untung mempersipkan penculikan terhadap tujuh Jenderal TNI AD. Bangunan ini terletak tak jauh dari rumah penyiksaan.

Bangunan berukuran kecil tersebut sebelumnya merupakan rumah milik warga Lubang Buaya bernama Sueb.

Pos Komando ini masih dijaga keasliannya, termasuk barang-barang yang ada di dalamnya.

Pihak pengelola museum berupaya merawat lemari, meja, kursi, tempat tidur, mesin jahit, bufet, dan kamar depan yang sudah ada sejak peristiwa G30S terjadi.

Pengunjung juga dapat menjumpai beberapa bangunan lain, salah satunya dapur umum yang digunakan oleh kelompok G30S untuk mengolah makanan.

Monumen Pancasila Sakti menyimpan kendaraan-kendaraan tua yang digunakan untuk mengangkut para jenderal TNI menuju markas mereka di Lubang Buaya.

Pengunjung juga dapat menjumpai dua buah mobil tua yang merupakan mobil dinas dari Ahmad Yani dan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Ada pula Panser Saracen yang digunakan untuk mengangkut jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti adalah sebuah bangunan dengan patung para Pahlawan Revolusi yang berdiri berjajar di depannya. Bangunan ini terletak sejauh 45 meter sebelah utara Sumur Maut.

Pengunjung dapat melihat dinding setinggi 17 meter dengan hiasan patung Garuda Pancasila di belakang deretan patung tersebut.

Ketujuh patung tersebut dibangun berderet membentuk setegah lingkaran dari barat ke timur secara urutan adalah sebagai berikut:

Saat berada di Museum Pengkhianatan PKI, pengunjung dapat menjumpai beberapa diorama tentang pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok G30S.

Diorama tersebut menggambarkan pemberontakan yang terjadi di beberapa daerah pada masa itu.

Mereka juga dapat melihat tiga foto mozaik. Foto pertama menunjukkan korban keganasan PKI di Madiun, Jawa Timur, pada 1948.

Foto kedua menunjukkan penggalian dan pengangkatan jenazah dari sumur tua pada 1965, sementara yang ketiga merupakan foto sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) terhadap tokoh-tokoh G30S.

Ada pula peta relief yang menggambarkan lokasi Monumen Pancasila Sakti sebelum 1 Oktober 1965.

Museum Paseban

Museum yang ada di kawasan Monumen Pancasila Sakti ini menyimpan barang-barang pribadi milik ketujuh korban saat diculik.

Pengunjung dapat menyaksikan pakaian, peluru yang ditemukan pada tubuh jenazah, serta barang-barang pribadi lain yang digunakan korban dalam tragedi tersebut.

Tidak hanya itu, terdapat pula foto-foto pribadi serta foto jenazah setelah dikeluarkan dari sumur tua.

https://travel.kompas.com/read/2021/09/30/200926927/menelusuri-peristiwa-g30s-di-monumen-pancasila-sakti-lubang-buaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke