Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta Menarik Panda, Hewan Herbivora Bertaring Tajam

KOMPAS.com - Panda merupakan salah satu hewan khas China yang dilindungi. 

Selain terkenal sebagai ikon dari Negeri Tirai Bambu, hewan pemakan bambu ini juga memiliki keunikan yang menarik perhatian peneliti serta ilmuwan.

Para peneliti mengkaji mulai dari struktur tulang, rahang, gigi, hingga warna bulu panda. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta menarik panda dari sudut pandang ilmu pengetahuan.

Berikut ini adalah beberapa fakta menarik mengenai panda yang telah dirangkum Kompas.com dari beberapa sumber:

Hewan mamalia pemakan bambu ini memiliki bulu berwarna hitam dan putih.

Corak dan letak warna pada bulu panda memiliki fungsi kamuflase dan komunikasi. Kedua warna ini diyakini peneliti muncul sebagai bentuk adaptasi dan evolusi panda untuk bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim.

Dilansir dari Science Daily, warna putih pada sebagian besar tubuh panda berfungsi sebagai alat kamuflase. Panda memiliki warna putih di bagan wajah, leher, berut dan bokongnya.

Warna tersebut digunakan untuk bersembunyi dari predator atau binatang kompetitor di wilayah pegunungan bersalju.

Sedangkan warna hitam yang terdapat pada bagian telinga dan wajah digunakan sebagai alat komunikasi dengan sesama panda.

Warna hitam tersebut juga melambangkan keganasan yang digunakan panda untuk memperingatkan predator.

Menurut Science Daily, panda merupakan binatang herbivora yang hanya mengonsumsi bambu.

Namun, berbeda dengan mayoritas hewan herbivora yang hanya memiliki gigi seri dan geraham, panda memiliki taring yang cukup tajam dan panjang.

Uniknya, keberadaan taring tersebut tak menghalangi gerakan menyamping rahang bawah yang biasanya dilakukan panda saat mengunyah.

Hal tersebut mungkin terjadi karena panda telah mengalami evolusi pada bagian sendi rahang dan gigi premolar.

Adaptasi gigi premolar yang terjadi pada panda disebabkan oleh kebiasaan mereka mengupas bagian bambu yang berwarna hijau sebelum memakannya.

Kulit bambu tersebut diketahui memiliki kadar racun dan zat pengikis yang berbahaya. Oleh sebab itu, sebelum memakan bambu panda akan membuang bagian tersebut.

Bayi panda terlahir dengan ukuran 900 kali lebih kecil dari induknya. Tak hanya itu, bayi panda juga terlahir buta dan memiliki kulit berwarna merah jambu, dikutip dari Science Daily. 

Ada beberapa teori yang dikemukakan ahli terkait fenomena tersebut. Salah satunya adalah masa kehamilan beruang yang rata-rata terjadi berbarengan dengan masa hibernasi.

Panda diketahui salah satu jenis beruang yang tidak melakukan hibernasi. Namun fenomena bayi panda yang super kecil diduga lantaran evolusi genetik beruang yang ada dalam tubuh panda.

Selain teori tersebut, dua orang peneliti asal University of Turku bernama Smith dan Li juga mengungkapkan kemungkinan lain yang menjelaskan fenomena kecilnya bayi panda.

Menurut keduanya, ukuran bayi panda yang baru lahir sangat kecil lantaran pembuahan pada se telur panda betina mengalami penundaan. Pembuahan tersebut terjadi selama satu bulan sebelum sel telur menempel pada dinding rahim seekor panda betina.

Sayangnya, teori-teori tersebut belum dapat menjelaskan secara pasti fenomena bayi panda ini.

Salah satu tempat wisata yang menyediakan atraksi panda adalah Istana Panda Indonesia di Taman Safari Bogor.

Wisatawan dapat melihat secara langsung dan berinteraksi dengan binatang ini. Mereka juga bisa memberi makan dan membelai panda merah yang menjadi koleksi dari kebun binatang tersebut.

Istana Panda Indonesia juga menyediakan sebuah restoran yang menyajikan cupcake dengan hiasan berbentuk panda. 

Istana Panda Indonesia terletak di Taman Safari Bogor, cibeureu, Bogor, Jawa Barat. Selain melihat kehidupan panda secara langsung, pengunjung juga dapat melihat keberadaan hewan langka khas China lainnya.

https://travel.kompas.com/read/2021/10/09/081200927/4-fakta-menarik-panda-hewan-herbivora-bertaring-tajam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke