Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menengok Keindahan Piaynemo Raja Ampat yang Kini Sepi Turis

KOMPAS.com – Deretan pulau panjang dan tebing karang menjulang tinggi pada sisi kanan kiri kapal yang tengah membelah lautan Papua Barat.

Kapal cepat berwarna putih itu membawa penumpang dari Kota Waisai, Pulau Waigeo menuju Piaynemo di Desa Pam, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.

Terik matahari, terpaan angin kencang, dan cipratan air laut menemani wisatawan yang duduk manis sambil menikmati pemandangan pada perjalanan Selasa (26/10/2021). Sesekali terdengar kicauan burung di tengah bisingnya mesin kapal.

Lambat laun, sebuah pulau besar yang dihiasi oleh deretan huruf berwarna putih bertuliskan “Geosite PIAYNEMO” mulai terlihat.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1 jam 30 menit dari pelabuhan kecil dekat penginapan bernama Waigeo Villa, saya tiba di salah satu tempat wisata yang terkenal akan pemandangan gugusan pulaunya itu.

Pintu masuk Piaynemo

Sebuah pulau karang besar bertuliskan “Geosite PIAYNEMO” tampak dari kejauhan. Pulau karang ini dikelilingi oleh beberapa pulau yang dihiasi oleh pepohonan berdaun hijau.

Pulau raksasa yang menyendiri di tengah laut biru nan jernih ini dapat dikatakan sebagai pintu masuk menuju kawasan wisata Piaynemo.

Mesin kapal yang membawa Kompas.com beserta rombongan media Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 pun dimatikan tepat di titik yang sejajar dengan pulau tersebut.

Mesin kapal dimatikan untuk memudahkan navigasi ke arah kanan pulau dan menuju dermaga. Lokasinya tidak jauh dari titik kami berhenti.

Disambut sunyi

Tak lama waktu berselang, terlihat sebuah dermaga dengan gapura bertuliskan “Piaynemo”. Dermaga ini memiliki deretan area penjualan makanan dan minuman.

Salah satu area dagang para warga lokal ini menjual kelapa hijau seharga Rp 15.00 per buah dan beberapa botol kecil berisi minyak kelapa.

Di belakang area jual-beli adalah pepohonan rindang berdaun hijau yang menjulang tinggi. Pada sisi kirinya, terdapat sebuah tebing tinggi. Salah satu tebing melandai ke arah permukaan air.

Dermaga Piaynemo memiliki beberapa jalur bercabang untuk memudahkan masyarakat menapakkan kaki usai keluar dari kapal dan perahu.

Cabang jalur dermaga paling luar terlihat seperti pagar pembatas bagi air laut. Pada satu sisi jalur itu, air lautnya berwarna hijau tosca sementara pada sisi lainnya adalah biru pekat.

Pemilik Waigeo Villa di Kota Waisai, Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat bernama Ade Setiabudi mengatakan, biasanya Piaynemo dipenuhi oleh wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus).

Namun, ini terjadi sebelum pandemi Covid-19 melanda. Saking ramainya, tempat wisata itu bahkan menerapkan pembatasan kapasitas kunjungan di dua dermaganya dan di puncak Piaynemo.

“Saat ada yang naik sesuai batas, biasanya yang di dermaga disuruh tunggu dulu di dermaga supaya beli kelapa dan kopi. Di sini ada dua dermaga, satu dari arah selatan dan satu dari arah utara,” ungkapnya.

Ade menuturkan masing-masing dermaga bisa menampung sampai sepuluh kapal pada saat sebelum pandemi Covid-19.

Cerita dari Ade seputar ramainya Piaynemo berbanding terbalik dengan yang saya lihat. Pada saat itu, dermaga dipenuhi oleh beberapa kapal kecil.

Namun, kapal-kapal tersebut adalah transportasi milik warga setempat. Sementara kunjungan kapal wisatawan terpantau sepi, hanya ada tiga kapal yang membawa wisatawan.

Saat saya turun dari kapal, hanya suara angin yang berhembus di antara dedaunan pohon saja yang menyambut. Terdengar juga suara warga setempat yang sedang berbincang.

Suara wisatawan yang biasa meramaikan Piaynemo sebelum pandemi Covid-19, benar-benar tidak ada.

Ekosistem bawah laut yang terlihat jelas

Kabupaten Raja Ampat terkenal akan hamparan lautnya yang jernih dan bersih. Salah satu spot untuk menikmati pemandangan ini adalah area dermaga tempat wisata Piaynemo.

Tidak perlu menyelam untuk menikmati pemandangan ekosistem bawah laut. Cukup dengan berdiri di tepi dermaga, deretan batuan karang akan dengan mudah terlihat.

Beberapa kelompok ikan warna-warni pun terlihat sedang berenang santai ke sana dan kemari.

Ada kelompok ikan berbentuk panjang berwarna abu-abu yang tidak pernah berenang jauh dari bagian bawah kapal. Ikan-ikan terlihat mirip dengan ikan jenis barakuda.

Ada juga kelompok ikan berwarna hitam dan putih yang tidak pernah berenang jauh dari permukaan air. Mereka terkadang menampakkan diri ke permukaan.

Naik tangga menuju puncak

Piaynemo memiliki lebih kurang 300 anak tangga menuju puncak. Anak tangga ini akan membawa wisatawan berjalan kaki di tengah hutan rindang menuju ke puncak.

Puncak bukit atau kerap disebut Top View of Piaynemo merupakan spot untuk menikmati pemandangan gugusan pulau di tengah laut lepas.

Perjalanan dari anak tangga pertama yang letaknya di dekat area toilet hingga menuju Top View of Piaynemo memakan waktu lebih kurang 30-45 menit.

Pada beberapa titik, terdapat tempat duduk untuk istirahat sejenak pada sisi kanan dan kiri jembatan kayu.

Suasananya begitu sejuk karena hembusan angin walau di tengah terik matahari. Pancaran sinar matahari terlihat dari sela-sela pohon berdaun rindang.

Heningnya kawasan wisata Piaynemo membuat saya sesekali bisa mendengar desahan napas dari beberapa rekan seperjalanan.

Titik pemberhentian

Untuk menuju ke puncak Piaynemo, terdapat satu titik pemberhentian. Di sisi kiri jalurnya terdapat sebuah gazebo kecil yang terlindung dalam rimbunan dedaunan.

Titik pemberhentian ini memiliki tiga jalur yakni jalur menuju ke bawah ke arah dermaga lain, jalur yang menuju langsung ke Top View of Piaynemo, dan jalur yang menuju ke spot pemandangan tepat di bawah Top View of Piaynemo.

Jalur yang mengarah langsung ke Top View of Piaynemo letaknya lebih tinggi dari dua jalur lainnya. Letak jalur ini berada di antara dua jalur tersebut.

Perjalanan dari titik pemberhentian menuju puncak Piaynemo tidak memakan waktu lebih dari 3 menit. Sesaat setelah berada pada anak tangga terakhir, hamparan laut biru dan hijau tosca menyambut mata.

Semilir angin laut berhembus dengan kencang di tengah teriknya matahari yang menyilaukan. Seekor burung berwarna hitam terlihat sedang terbang dari ranting ke ranting. Sesekali dia mengeluarkan suara mengikik.

Ujung gardu pandang yang tidak dikelilingi bayangan pohon rindang. menawarkan pemandangan laut yang tidah terhalang oleh dedaunan hijau.

Titik ini cocok untuk menikmati panorama depan mata. Sekitar tujuh pulau kecil bertebaran di depan mata. Sementara pulau lainnya berukuran besar, bahkan ada yang memanjang.

Di ujung laut lepas, ada beberapa pulau memanjang yang siluetnya membentuk pemandangan bak pegunungan.

Belasan pulau kecil dan besar yang terlihat dari Piaynemo dihiasi oleh tumbuhan, rerumputan, dan pepohonan hijau pada bagian atasnya.

Sementara pada bagian bawah pulau-pulau tersebut adalah air laut berwarna hijau tosca dengan gradasi biru pekat.

Perbedaan warna ini menandakan bahwa air berwarna biru lebih dalam dari air berwarna hijau tosca.

Jika memandang perairan berwarna hijau tosca dengan mengernyitkan mata, wisatawan akan disuguhi oleh pemandangan batuan karang yang indah karena air lautnya sangat jernih.

“Puas-puasin foto di sini, lihat pemandangannya mumpung lagi sepi cuma kita aja. Soalnya kalau sebelum pandemi, lihat pemandangan dan foto-foto di sini sampai berebutan,” kata Ade.

https://travel.kompas.com/read/2021/11/03/182340527/menengok-keindahan-piaynemo-raja-ampat-yang-kini-sepi-turis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke