Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mansorandak, Tradisi Injak Piring di Desa Wisata Arborek Raja Ampat

KOMPAS.com – Desa Wisata Arborek di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat memiliki tradisi penyambutan yang cukup unik, yakni tradisi injak piring.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Arborek bernama Ronald Mambrasar mengatakan, nama tradisi ini adalah Mansorandak. Biasanya, tradisi dilakukan kepada tamu-tamu tertentu yang dianggap spesial.

“Tamu-tamu seperti orang Kementerian atau Pemda. Tapi kalau tamu biasa, mereka hanya akan disambut oleh tarian penyambutan dari atas kapal,” kata dia kepada Kompas.com di Desa Wisata Arborek, Kabupaten Raja Ampat, Rabu (27/10/2021).

Filosofi di balik Mansorandak

Mansorandak merupakan tradisi yang sudah ada selama turun temurun di tanah Papua, termasuk di Desa Wisata Arborek.

Ronald menjelaskan, tradisi ini memiliki filosofi tersendiri bagi orang-orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Arborek.

“Mansorandak artinya ‘untuk mencuci muka’. Kita merayakan orang yang pertama kali datang ke tempat kita, ritualnya begitu. Dari dulu sudah ada,” ujar dia.

Mengutip situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia kelolaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi, tradisi Mansorandak adalah upacara untuk menyambut orang-orang yang pergi atau pulang dari tempat yang baru dikunjungi.

Pemaknaan di balik tradisi ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur lantaran orang tersebut kembali atau tiba dengan selamat.

Tidak hanya untuk yang baru tiba di Desa Arborek

Ronald mengatakan bahwa tradisi Mansorandak tidak hanya dilakukan untuk menyambut tamu yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Desa Arborek.

Menurut dia, tradisi ini juga dilakukan oleh warga setempat untuk menyambut keluarganya yang baru pertama kali berkunjung ke suatu tempat.

“Contohnya ketika saya baru pertama kali ke Jakarta. Ketika saya kembali, om-om saya dari keluarga ibu akan membuatkan acara adat Mansorandak karena saya baru pertama kali ke Jakarta,” ucapnya.

Menurut situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia, penyambutan akan dilakukan di tempat sesuai dengan jenis transportasi yang digunakan oleh orang yang bersangkutan.

Misalnya adalah saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno yang berkunjung ke Desa Wisata Arborek dengan kapal cepat pada Rabu. Saat itu, dia langsung disambut oleh warga Arborek dengan tradisi Mansorandak di dermaga.

Prosesi Mansorandak

Melansir Antara, Rabu, prosesi Mansorandak saat kedatangan Sandiaga dilakukan dengan pembaaan puji dan syukur oleh Tua Adat Kampung Arborek menggunakan bahasa Biak Raja Ampat.

Adapun, pengucapan puji dan syukur ini dilakukan karena Sandiaga beserta rombongannya sudah tiba dengan selamat.

Selanjutnya, kaki Sandiaga dibasuh oleh Tua Adat Kampung Arborek di atas piring besar. Piring ini diletakkan di atas senat.

Mengutip Antara, Rabu (11/12/2019), senat merupakan tikar serbaguna dan juga salah satu produk ekonomi kreatif asli Raja Ampat.

Merujuk pada informasi dalam situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia, tradisi Mansorandak yang sebenarnya ternyata lebih panjang karena menyangkut pengadaan pesta di rumah.

Makanan yang disiapkan akan digantung dengan tali seperti ketupat. Dalam prosesi itu, pihak yang merayakan akan menyiapkan buaya (wonggor) yang dibuat dengan pasir putih. Buaya ini memiliki lambang tersendiri.

Maknanya adalah orang yang baru tiba sudah melewati rintangan tanjung dan lautan yang luas. Buaya yang dianggap sebagai raja laut dijadikan simbol pemaknaan tersebut.

Selain buaya, ada juga pasir putih yang dibentuk seperti penyu (wau). Lalu sembilan piring yang diletakkan secara berbaris di depan pintu rumah. Sembilan piring ini melambangkan sembilan marga suku Doreri.

Piring-piring ini diletakkan memanjang dari arah buaya ke penyu. Orang yang dirayakan kedatangannya harus berjalan mengitari ke arah kanan piring sebanyak sembilan kali.

Setelah putaran pertama, kaki orang tersebut akan dibasuh oleh Tua Adat yang memandu tradisi Mansorandak. Pembasuhan kaki dilakukan pada setiap putaran hingga putaran kesembilan.

Setelah putaran dan pembasuhan kaki selesai, sembilan piring tersebut akan dipindahkan. Orang yang bersangkutan kemudian akan menginjak kepala buaya dan penyu hingga hancur.

https://travel.kompas.com/read/2021/11/09/150300027/mansorandak-tradisi-injak-piring-di-desa-wisata-arborek-raja-ampat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke