KOMPAS.com – Kawasan wisata Kota Tua di Jakarta terkenal akan beragam atraksi wisata yang ditawarkan. Salah satunya adalah deretan manusia patung tematik yang memerankan karakter pahlawan nasional.
Yusuf (28) merupakan salah satu manusia patung di Kota Tua. Pemuda asal Tasikmalaya, Jawa Barat, ini sudah menjadi manusia patung di tempat wisata itu sejak 2012.
“Di Jakarta sudah lama juga, dari 2012 sudah jadi karakter begini (manusia patung),” ungkap dia ketika ditemui Kompas.com di Kota Tua, Jakarta, Rabu (10/11/2021).
Yusuf merupakan anggota dari Komunitas Seni Karakter Kota Tua (KSKT). Dalam komunitas yang dibina oleh Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua ini, dia berperan sebagai W.R. Soepratman.
Dia mengatakan, komunitas ini memiliki 38 manusia patung dengan karakter yang berbeda. Selama menjadi manusia patung W.R. Soepratman, Yusuf mengaku bahwa pendapatannya cukup untuk menafkahi keluarga.
“Pendapatan bersih sebelum pandemi pada hari biasa bisa mencapai kisaran Rp 300.000-Rp 500.000. Sehari bisa diajak foto oleh 50 orang paling sedikit sampai sore. Kalau malam minggu dan akhir pekan sampai 150 orang,” ucap Yusuf.
Sebelum menjadi manusia patung dan memilih W.R. Soepratman untuk diperankan, Yusuf bekerja sebagai bagian dari usaha penyablonan baju.
Kendati demikian, pendapatan yang diraih menurutnya tidak seberapa. Sementara itu, keluarganya harus diberi makan setiap hari.
“Dari situ, saya pikir mending pakai kostum keliling. Kalau kostum, setiap hari megang uang walau tidak banyak. Tapi tetap bersyukur karena ada pegangan untuk makan,” kata Yusuf.
Yusuf melanjutkan, meski pekerjaan sebagai manusia patung melelahkan karena harus memakai kostum dan merias wajahnya dengan cat, dia tetap semangat bekerja demi keluarganya.
Selain menjadi W.R. Soepratman, Yusuf juga memerankan pahlawan lainnya, yakni Soekarno, Moh. Hatta, dan Bung Tomo.
Ketiga peran itu dia lakukan saat mengamen di kampung-kampung Jakarta dan Tangerang. Tepatnya saat Kota Tua tutup selama 1,5 tahun akibat pandemi Covid-19.
“Saya istilahnya ngamen ke kampung-kampung. Dari Jakarta bisa sampai ke Tangerang. Penghasilan setiap keliling kampung bisa sampai Rp 150.000 sehari, ini yang paling gede. Kalau lagi sepi dapat Rp 50.000-Rp 60.000 setelah kerja dari pagi sampai sore,” ucapnya.
Selama kawasan wisata Kota Tua ditutup, pendapatan harian yang dihasilkan dari ngamen bisa mencapai Rp 150.000 jika beruntung.
“Kalau lagi sepi dapat Rp 50.000-Rp 60.000 setelah kerja dari pagi sampai sore,” kata Yusuf.
Namun, pendapatan yang sedikit itu menurutnya juga pengaruh dari kampung-kampung yang dia kunjungi.
“Namanya keliling kampung, kalau setiap hari ke situ-situ terus kan enggak enak ya sama warga. Kadang mereka kalau kita keseringan jadi agak bosen (dan membayar sedikit),” sambungnya.
Kostum dan properti milik sendiri
Yusuf mengungkapkan bahwa seluruh kostum dan properti yang dimiliki merupakan hasil jerih payahnya sendiri.
“Kostum (dan properti) punya sendiri, bikin sendiri dengan lihat-lihat di Google untuk cari referensi,” ujarnya.
W.R. Soepratman merupakan pahlawan nasional yang dia pilih untuk diperankan saat pertama menjajal dunia manusia patung.
Pada saat itu, dia mengatakan bahwa belum ada manusia patung yang memerankan pencipta lagu Indonesia Raya itu di Kota Tua.
“Makanya saya bikin (kostum dan properti). Saya cat, lalu saya kira-kira apa lagi yang kurang. Ternyata banyak perlengkapannya. Mulai dari biola, lalu ada onthel yang menggambarkan suasana tempo dulu,” kata Yusuf.
Untuk biola, saat pertama kali dibuat, dia mengaku bahwa alat musik itu bisa dimainkan. Namun, saat ini kondisinya sudah kurang bagus.
Paki kostum sejak pagi
Sebelum pandemi Covid-19, Yusuf mengatakan bahwa dia sudah mulai bekerja pukul 08.00 WIB sebelum kembali ke rumah pada 22.00 WIB.
Namun, saat ini dirinya hanya bekerja sampai pukul 18.00 WIB mengikuti jam operasional Kota Tua sejak dibuka kembali pada akhir Oktober 2021.
“Biasanya dulu cuma bisa istirahat setiap tiga jam sekali. Kasihan pengunjung kalau ingin foto, tapi kitanya istirahat. Mereka nyariin. Tapi kalau sekarang, kita istirahat sesuai waktu salat sejak stand by dari pagi,” jelas Yusuf.
Sebelum mulai kerja pukul 08.00 WIB, dia sudah bersiap-siap menggunakan kostum sejak pagi dari kediamannya di dekat Kota Tua.
Sementara untuk riasan, Yusuf baru mengenakannya di kawasan wisata agar tidak ribet saat mengendarai onthel dari tempat tinggalnya. Sementara properti lain seperti biola disimpan di gudang di kawasan wisata.
“Kostum sudah dicat dari rumah, waktu persiapannya sekitar 30 menit supaya sempurna. Pakai bajunya berlapis-lapis. Pakai kaus dulu, kemeja, lalu jas. Ini supaya kausnya menyerap keringat, dan tidak tembus ke jas,” pungkas Yusuf.
Apabila ingin berfoto dengan para manusia patung, wisatawan bisa ke Kota Tua yang sudah dibuka lagi dengan jam operasional setiap hari pukul 08.00-18.00 WIB.
Pada masa pandemi seperti saat ini, pastikan saat berkunjung tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, serta tidak bepergian jika demam atau suhu tubuh di atas 37,3 derajat Celsius.
https://travel.kompas.com/read/2021/11/11/184914927/kisah-manusia-patung-di-kota-tua-jakarta-sempat-ngamen-di-kampung-akibat