Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita di Balik Menu Bubur Ayam Hotel Indonesia Kempinski Jakarta

KOMPAS.com - Hotel yang dibangun sebagai penginapan delegasi ajang Asian Games ke-4 pada tahun 1962 di Jakarta adalah Hotel Indonesia. Saat itu, hotel tersebut menjadi salah satu hotel kebanggaan masyarakat Indonesia.

Tak hanya megah, hotel bintang lima ini memiliki banyak kisah dan sejarah yang menarik.

Hotel Indonesia yang kini dikelola oleh Kempinski berada di pusat Kota Jakarta, tepatnya di samping Tugu Selamat Datang. Sejak 1993, Hotel Indonesia ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta.

Saat Kompas.com mengikuti Jakarta Walking Tour bersama Jakarta Good Guide, Minggu (23/1/2022), bangunan ini disebut memiliki sejarah yang panjang.

Dibangun oleh arsitek luar negeri dengan standar internasional

Sebagai penggagas Hotel Indonesia, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, tidak ingin pembangunannya berjalan setengah-setengah.

Oleh karena itu, ia menugaskan arsitek asal Amerika Serikat keturunan Denmark, yaitu Abel Sorensen dan istrinya, Wendy, untuk berkolaborasi merancang hotel ini.

"Mereka berdua dihubungi langsung oleh Soekarno. Alasannya, ia kagum saat melihat gedung markas PBB di New York, yang mana arsiteknya adalah Abel Sorensen," jelas tour guide bernama Farid.

Setelah bertemu dengan Sorensen, dimulailah pembangunan proyek hotel bintang lima pertama di Indonesia ini dengan area seluas 25.085 meter persegi.

Meski desainnya dibuat modern, sentuhan khas Indonesia, seperti relief, banyak digunakan. Terlebih, Soekarno dikenal menyukai patung dan relief.

"Ada yang tahu, enggak, apa makanan khas atau signature dish dari Hotel Indonesia?" tanya Farid kepada para peserta tur waktu itu. 

Setelah sebagian besar orang menjawab kurang tepat, ternyata ada satu jawaban yang benar.

"Ya, makanan terkenalnya adalah bubur ayam. Sebenarnya, ini bukan menu asli atau original mereka," jawabnya. 

Ia lalu menjelaskan bahwa, konon, menu tersebut berawal dari tahun 1960 - 1970-an.

"Konon, awalnya karena, tahun 1960-1970-an, ada club yang terkenal di hotel ini. Tamu hotel kalau sudah selesai berpesta pukul 3 atau 4 pagi biasanya kelaparan, lalu minta dibuatkan bubur ayam ke restoran hotel sebagai makanan pereda dan pengisi perut," lanjutnya. 

Akhirnya, lama-kelamaan bubur ayam menjadi salah satu makanan yang paling dikenal dari Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Masa kejayaan Hotel Indonesia pada tahun 1962 - 1970-an membuat hotel ini menjadi tempat berkumpulnya para sosialita. 

Hal itu dibuktikan dengan harga seporsi bubur ayam di hotel saat itu yang senilai Rp 1.000, padahal harga seporsi bubur di luar hotel hanya Rp 10.

"Sekarang, harga bubur ayamnya sekitar Rp 110.000, dan katanya bisa buat sharing (dimakan bersama-sama)," kata dia.

Hotel, yang diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962 ini, telah menjadi sebuah landmark bersejarah.

Menurut Farid, Hotel Indonesia juga dianggap sebagai wajah dari Jakarta pada waktu itu dan hingga kini.

"Seolah ikut menyambut semua orang yang datang ke Jakarta," ujar dia.

Konon, gunting peresmian yang digunakan Soekarno untuk membuka Hotel Indonesia masih disimpan di dalam ruangan khusus.

Memiliki elevator pertama di Indonesia

Tak hanya mempunyai beragam fasilitas, seperti kolam renang di luar ruangan dan ruangan dansa, hotel ini juga memiliki elevator pertama di Indonesia.

Elevator tersebut masih dapat ditemukan di bangunan hotel dan, menurut informasi yang beredar, masih beroperasi.

"Konon, elevatornya masih digunakan sampai saat ini. Tapi dengan kapasitas 4-5 orang saja," ujar Farid.

Selain berbagai fakta menarik sebelumnya, Hotel Indonesia diketahui banyak dikunjungi oleh tamu-tamu penting.

Melansir laman resmi Kempinski, beberapa tamu tersebut, di antaranya Pangeran Kamboja Norodom Sihanouk yang datang pada tahun 1962 dan Presiden Filipina Diosdado Macapagal pada 1964.

https://travel.kompas.com/read/2022/01/27/180600127/cerita-di-balik-menu-bubur-ayam-hotel-indonesia-kempinski-jakarta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke