KOMPAS.com - Blue Pass, alat untuk membantu mendeteksi kontak erat terkait pandemi Covid-19, sudah digunakan dalam skema perjalanan travel bubble Indonesia-Singapura, khususnya di wilayah Bintan dan Batam di Kepulauan Riau.
Terhitung sejak Senin (24/1/2022), alat pelacak kontak Covid-19 ini menjadi salah satu syarat kedatangan wisatawan mancanegara asal Singapura selain aplikasi PeduliLindungi.
Untuk diketahui, Blue Pass yang digunakan dalam travel bubble sama dengan yang diujicobakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (26/1/2022), mengutip Kompas.com.
"Ya, Blue Pass ini sama dengan yang dipakai BNPB dan direkomendasi Pemerintah Singapura. Sebelumnya sudah kami koordinasi dengan BNPB untuk digunakan karyawan yang mengurus wisata di Lagoi (Bintan)," kata Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Buralimar, kepada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Cara kerja alat Blue Pass
Menurut Buralimar, satu alat Blue Pass akan diberikan kepada masing-masing wisatawan yang masuk ke wilayah Bintan dan Batam, serta diwajibkan untuk dipakai saat bepergian.
"Sebelumnya karyawan di Lagoi sudah pada pakai. Jadi datanya akan terekam sudah pergi dan ketemu siapa saja," lanjut dia.
Ia mengatakan, dalam kurun waktu 15 menit dengan jarak tiga meter, Blue Pass yang saling berdekatan akan merekam ke dalam perangkat pengguna sebagai kontak erat.
Hal ini akan memudahkan pelacakan atau tracing jika tiba-tiba terjadi kasus positif Covid-19.
"Jadi, kalau ternyata salah satu ada yang terkonfirmasi positif, tracing bisa lebih efisien karena tidak perlu dilakukan ke semua orang. Misalnya hanya ketemu lima orang dalam ketentuan tadi, ya hanya mereka yang akan diperiksa," papar Buralimar.
Cara penggunaan alat ini juga sangat mudah, lanjutnya, yaitu hanya dengan selalu dibawa saat bepergian.
"Tinggal dibawa, dikalungkan di leher saja atau dimasukkan dalam kantong. Tapi tidak boleh lepas dari badan," tegas dia.
Pemakaian alat ini akan terus dipantau, terutama jika sudah digunakan oleh wisatawan.
Dengan operator tersendiri, masing-masing wisatawan akan mendapat nama dan nomer mereka di perangkat kecil berwarna biru yang ringan serta tahan air ini.
Bagaimana sistem pengecekan alat pelacak ini?
Buralimar mengatakan, selama tidak ada kasus positif, pihak yang memantau hanya cukup mengawasi saja.
"Kami bebaskan. Tapi misalnya skenario terburuk saat sudah mau pulang, lalu tes PCR atau antigen ada orang yang positif, baru kita tracing melalui aplikasi tadi," papar dia.
Praktik dan penerapan Blue Pass di area Lagoi dan Nongsa
Sejauh ini, Blue Pass yang sudah siap beroperasi berada di wilayah Lagoi, Bintan.
"Karyawan di sana sudah terlatih diajarkan dari BNPB, sehingga bisa mengoperasikan dan memantau dari satu sistem. Kalau di Nongsa Batam masih kami persiapkan," ujar Buralimar.
Ia mengatakan, sambil menunggu proses lebih lanjut pelaksanaan travel bubble dari pemerintah, pihaknya berupaya untuk menerapkan Blue Pass dengan baik.
"Apalagi Blue Pass sudah tersedia cukup banyak. Lagoi sama BNPB kerja sama langsung dalam hal ini," tukas dia.
Meski saat ini Nongsa, Batam, belum mempraktikkan Blue Pass secara langsung, namun syarat masuk wisatawan untuk masuk area travel bubble sudah dipersiapkan.
Mulai dari jajaran petugas bea cukai, imigrasi, polisi, hingga Satgas Covid-19 daerah Batam dan nasional yang mengawasi di pelabuhan.
Wisatawan juga wajib menunjukkan sertifikat vaksinasi, hasil tes PCR, dan penggunaan PeduliLindungi.
Kendati sudah siap, hingga kini belum ditemukan laporan wisatawan mancanegara yang masuk melalui skema travel bubble.
https://travel.kompas.com/read/2022/01/28/211316827/blue-pass-untuk-turis-travel-bubble-bisa-lacak-kontak-erat-covid-19