Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah dan Makna Lampion Saat Imlek, Lebih dari Sekadar Hiasan

KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan pemasangan lampion warna merah di sejumlah tempat, di antaranya tempat ibadah, kawasan pecinan, pinggir jalan, dan area publik lainnya. 

Rasanya mungkin tidak akan lengkap jika Imlek dirayakan tanpa semarak lampion tersebut. Warga Tionghoa juga banyak yang berburu lampion untuk dipasang di rumah masing-masing.

Ternyata, lampion atau lentara khas China tersebut bukan sekadar dekorasi biasa. Lampion memiliki nilai sejarah serta mengandung makna filosofis yang dipercaya oleh warga Tionghoa.

Dosen Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Prihantoro mengatakan, lampion mulanya adalah alat penerangan masyarakat China sejak ribuan tahun yang lalu.

Tepatnya, pada masa Dinasti Han Barat yang memimpin pada periode 206 Sebelum Masehi hingga 9 Masehi, serta Dinasti Han Timur periode 25–220 Masehi.

Alat penerangan tersebut kemudian diberi pelindung dari kertas di seluruh sisinya agar tidak mudah mati tertiup angin.

“Lampion ini sudah beribu-ribu tahun, artinya memang tradisi di China. Awalnya, semacam lampu penerangan, kemudian supaya tidak mati karena angin mereka tutup di sampingnya, itu dari sisi sejarahnya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/01/2022) melalui sambungan telepon.

Dalam perjalanannya, lanjut Fahmi, lampion diadopsi para biksu. Para pemuka agama tersebut menjadikan lampion sebagai bagian dari tradisi kegiatan keagamaan.

“Kemudian lampion berkembang di China dan diadopsi oleh para biksu menjadi bagian dari tradisi keagamaan,” imbuhnya.

Senada dengan Fahmi, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Provinsi DKI Jakarta Glenn Wijaya mengatakan awal mula kemunculan lampion adalah pada era Dinasti Han Barat dan Dinasti Han Timur.

Saat itu, lampion digunakan untuk ritual penyembahan ke Taiyi Shen. Namun, dalam perkembangannya lampion juga digunakan untuk ritual agama Buddha.

Ia mengatakan, lampion identik dengan Imlek, lantaran puncak perayaan Imlek adalah Yuan Xiao Jie, atau festival lampion dalam Bahasa Indonesia. Yuan Xiao Jie jatuh pada tanggal 15 penanggalan lunar, yang bertepatan dengan Cap Go Meh.

“Imlek identik dengan lampion karena perayaan Imlek dirayakan dengan puncaknya yaitu Yuan Xiao Jie atau dalam Bahasa Indonesia kita sebut sebagai festival lampion,” terangnya.

Tradisi masyarakat Tionghoa memasang lampion saat perayaan Imlek bukan tanpa makna atau sekadar dekorasi belaka.

Glenn menjelaskan bahwa lampion merupakan simbol keberuntungan. Kehadiran lampion saat perayaan Imlek mengandung harapan akan banyaknya keberuntungan pada tahun yang baru bagi penganut Tri Dharma.

“Kini, lampion dipakai di mana-mana untuk menjadi simbol hoki (keberuntungan) dan warna merah dari lampion melambangkan kekayaan serta kesuksesan,” tutur Glenn. 

  • 6 Tempat Wisata di Bogor yang Bisa Dikunjungi saat Imlek
  • 20 Ucapan Imlek 2022 dalam Bahasa Inggris, Lengkap dengan Artinya

Senada, Fahmi menuturkan bahwa warna merah di lampion melambangkan kemakmuran, kebahagiaan, dan kesejahteraan.

Selain perayaan imlek, masyarakat Tionghoa biasanya memasang lampion pada acara spesial, salah satunya pernikahan.

“Lampion sudah menjadi identitas China secara keseluruhan. Jadi, lampion biasanya digunakan untuk hari-hari besar, dan khususnya Imlek karena perayaan paling besar itu Imlek,” katanya.

https://travel.kompas.com/read/2022/01/31/163100527/sejarah-dan-makna-lampion-saat-imlek-lebih-dari-sekadar-hiasan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke