Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Kelenteng Fat Cu Kung Jakarta Barat, Tempat Berdoa Kepada Dewa Rezeki

KOMPAS.com - Kawasan Glodok di Jakarta Barat dihuni sejumlah kelenteng dan wihara bagi umat beragama Buddha dan Kong Hu Cu untuk beribadah. Salah satunya Kelenteng Fat Cu Kung, dewa keberuntungan yang menjadi "tuan rumah".

Nama Fat Cu Kung Bio atau Kelenteng Fat Cu Kung diberikan karena dewa yang dipuja di tempat ini bernama Fat Cu Kung. Fat Cu Kung dikenal sebagai dewa rezeki oleh umat Buddha, Taoisme, dan Kong Hu Cu.

"Banyak yang bilang kelenteng ini untuk Dewa Judi. Kalau dari pengelola di sini, nyebutnya bukan Dewa Judi, tapi Dewa Keberuntungan," kata pemandu wisata Hans dari Jakarta Good Guide saat kegiatan Lunar Festival Walking Tour, Minggu (30/1/2022).

"Jadi pada saat itu, ketika dia sedang melakukan semacam gambling, dia berdoa dulu dan membawa semacam jimat ke semua tempat yang dia datangi dan selalu beruntung," lanjut dia.

  • Sejarah Kedatangan Etnis Tionghoa dan Cerita di Balik Arti Nama Glodok
  • Bagua dan Berbagai Tradisi Tionghoa yang Masih Dilakukan Hingga Kini

Alasan itulah yang menjadi latar di balik penyebutan Dewa Keberuntungan. Menurut Hans, siapa pun orang yang datang dan berdoa ke kelenteng tersebut diharapkan akan selalu mendapat keberuntungan.

Oleh karena itu, beberapa dari orang Tionghoa yang ingin 'mengadu nasib' ke tempat-tempat misalnya Las vegas, Macau, atau semacamnya, seringkali singgah terlebih dahulu di kelenteng ini.

Memasuki halaman depan Kelenteng Fat Cu Kung, tim Kompas.com melihat beberapa patung, dupa, dan foto-foto yang dipajang di dinding.

"Pemiliknya yang ini ya, orangnya masih muda. Baru wafat tahun 2020 atau 2021 karena covid. Fotonya ada di sini, yang di belakang Pak Ahok," jelas Hans menunjukkan salah satu foto.

Sementara itu di bagian depan kelenteng, terlihat sebuah patung Buddha dengan muka berjumlah empat.

"Biasanya ini yang ada di Thailand, tapi salah satu dari sekian banyak aliran Buddha yang mempercayainya juga ada di sini," lanjut dia.

Biasanya, setiap kelenteng memiliki festival atau pesta budaya Gotong Toa Pekong. Salah satu tradisinya adalah mengirimkan Rupang atau patung Dewa Buddha.

"Nanti setiap kelenteng akan mengirimkan rupang yang itu disesuaikan dengan izin dari dewanya. Misalnya untuk dewa apa dan yang mana dikeluarkan, itu akan dibersihkan, dan akan digotong lalu dibawa ke festival".

Ia melanjutkan, Gotong Toa Pekong biasanya dilakukan setiap tahun. Namun selama pandemi, belum dilakukan lagi karena tidak boleh ada kerumunan.

Menjelang Imlek, sejumlah kelenteng termasuk Fat Cu Kung akan semakin ramai didatangi para umat yang bersembahyang.

"Macam-macam orang yang dateng sih sebetulnya, tapi mereka rata-rata memang mau berdoa kepada tuhannya dengan perantara-perantara benda tertentu," tutur Hans.

Kelenteng Fat Cu Kung terletak di Jalan Kemenangan Raya, RT 8/RW.3, Glodok, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.

Ternyata, kelenteng ini merupakan salah satu yang terpadat dan ramai dikunjungi karena jalur tempatnya yang tidak jauh dari Vihara Dharma bakti dan Toa Se Bio.

https://travel.kompas.com/read/2022/02/06/170500827/kisah-kelenteng-fat-cu-kung-jakarta-barat-tempat-berdoa-kepada-dewa-rezeki

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke