Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Indonesia

KOMPAS.com - Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan alam yang melimpah.

Bahkan, belum lama ini Indonesia ada di peringkat teratas negara terindah di dunia versi media Inggris, Money.co.uk, lantaran keindahan alaminya.

Di antara banyaknya destinasi wisata di Indonesia, termasuk wisata alam, beberapa di antaranya bahkan sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Tempat-tempat wisata tersebut masuk dalam daftar situs warisan budaya dunia karena dianggap menyimpan warisan dari masa lalu, hari ini, dan sesuatu untuk diwariskan kepada generasi mendatang.

Lokasi tempat wisata yang tercatat sebagai situs warisan dunia ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, jika lokasimu terlalu jauh dari Candi Borobudur, misalnya, kamu juga bisa mengunjungi situs-situs warisan dunia lainnya yang ada di Indonesia.

Tempat Wisata Indonesia yang Diakui UNESCO

1. Kompleks Candi Borobudur

Dikutip dari Kompas.com, (24/04/2020), Kompleks Candi Borobudur adalah salah satu monumen Buddha terbesar di dunia, yang dibangun pada abad 824 Masehi oleh Raja Samaratungga ketika masa Wangsa Syailendra.

Pembangunannya selesai pada 847 Masehi oleh Ratu Prabudawardhani, putri Samaratungga.

Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana.

Candi yang berlokasi di berlokasi di Jalan Badrawati, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini memiliki luas 123 x 123 meter persegi dan terdiri dari 504 patung Budha, 72 stupa terawang, serta satu stupa pusat atau induk.

Bentuk bangunan Borobudur berupa punden berundak-undak yang terdiri dari 10 tingkat. Setiap tingkatannya konon melambangkan tahapan kehidupan manusia.

  • Nama 600 Pemugar Candi Borobudur Diabadikan pada Prasasti
  • Borobudur Edupark, Menggali Makna Luhur Candi Borobudur melalui Karya Seni

Mahzab Buddha Mahayana menyebutkan, setiap orang yang ingin mencapai tingkat (sebagai Buddha) mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Dalam Candi Borobudur terdapat 2.672 panel. Ansambel reliefnya paling lengkap di dunia dan tidak akan tertandingi nilai seninya, karena setiap adegannya merupakan mahakarya yang utuh.

Menurut situs UNESCO, pembagian vertikal Candi Borobudur menjadi tiga, yakni dasar, tubuh, dan suprastruktur, sesuai dengan konsep Alam Semesta dalam kosmologi Buddha.

Pada konsep tersebut, diyakini bahwa alam semesta dibagi menjadi tiga bidang yang saling tumpang tindih, yakni kamadhatu, rapadhatu, dan arupadhatu.

Menurut situs Taman Wisata Candi Borobudur, kamadhatu adalah dunia fenomenal atau dunia yang dihuni oleh orang-orang biasa, sementara rapadhatu adalah lingkup peralihan saat manusia dibebaskan dari urusan duniawi.

Sedangkan arupadhatu adalah lingkungan tertinggi tempat tinggal para dewa.

Kompleks Candi Borobudur terdiri dari tiga monumen, termasuk dua candi yang lebih kecil di sebelah timur, yakni Candi Mendut dan Candi Pawon.

Ketiga monumen tersebut merupakan fase-fase dalam pencapaian Nibbana.


2. Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo berlokasi di antara Pulau Sumba dan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), serta terdiri dari tiga pulau besar, yakni Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan Pulau Padar. Namun, ada banyak pulau-pulau kecil yang juga tergabung di dalamnya, yang semuanya berasal dari gunung berapi.

Menurut UNESCO, tempat ini diidentifikasi sebagai kawasan prioritas konservasi global, yang tediri dari ekosistem darat dan laut, serta mencakup area seluas 219.322 hektar.

Iklim kering di tempat ini memicu adaptasi evolusioner spesisifik pada flora yang ada di sana, yang berkisar mulai dari padang rumput, padang rumput sabana, hutan gugur tropis, dan hutan awan kuasi. 

Tempat ini punya lereng-lereng bukit yang terjal dan vegetasi keringnya sangat kontras dengna pantai berpasir dan perairan birunya yang kaya akan karang.

Penghuni Taman Nasional Komodo adalah Varanus komodoensis atau yang kita kenal dengan komodo.

Spesies kadal terbesar ini tidak ada di tempat lain di dunia dan merupakan wakil terakhir dari populasi peninggalan kadal besar yang pernah hidup di seluruh Indonesia dan Australia.

  • Syarat Berwisata ke Padar Selatan di TN Komodo
  • Tidak Cuma Komodo, Ini 7 Keindahan Pariwisata NTT

Komodo juga dikenal luas sebagai "Komodo Dragons" karena penampilan dan perilaku agresifnya.

Kadal raksasa ini bisa tumbuh dengan panjang rata-rata dua hingga tiga meter.

Selain rumah bagi para komodo, Taman Nasional Komodo juga merupakan rumah perlindungan bagi berbagai spesies darat lain, seperti unggas semak berkaki jingga, tikus endemik, dan rusa Timor.

Ada pula terumbu karang yang cantik dan punya keanekaragaman spesies yang luar biasa, serta penyu, paus, lumba-lumba, dan duyung yang hadir karena tertarik arus laut yang kuat.

3. Candi Prambanan

Dikutip Kompas.com dari situs Perpustakaan Nasional RI, Candi Prambanan terletak di lingkungan Taman Wisata Prambanan, lebih kurang 17 kilometer (km) ke arah timur dari Yogyakarta.

Tepatnya, candi ini berlokasi di Jalan Raya Solo - Yogyakarta No.16, Kranggan, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia.

Mengutip Kompas.com, (03/11/2021), Candi Prambanan dibangun pada masa pemerintahan Raja Pakai Pikatan, yang memerintah Mataram Kuno antara 840-856 Masehi.

Sementara candi-candi kecil lainnya yang berada di kompleks tersebut dibangun pada masa raja-raja berikutnya, bahkan hingga periode kekuasaan Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 Masehi).

Karena lokasinya yang hanya berjarak sekitar 19 km dari Candi Borobudur, beberapa sejarawan menafsirkan latar belakang didirikannya candi ini adalah sebagai respons artistik, politik, dan agama terhadap pembangunan Borobudur.

  • Resmi, Candi Prambanan dan Borobudur Jadi Tempat Peribadatan Dunia
  • Rekomendasi 7 Coffee Shop di Yogyakarta, Bisa Lihat Candi Prambanan

Bangunan Candi Prambanan dipersembahkan untuk Trimurti atau tiga dewa utama Hindu, yaitu Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pemusnah).

Di kompleks candi ini terdapat arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter, yang menunjukkan bahwa dewa Siwa lebih diutamakan

Candi Prambanan dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1991, bersama dengan Candi Borobudur.

Dulunya, jumlah Candi Prambanan mencapai 240 bangunan candi, yang terdiri dari tiga Candi Trimurti, tiga Candi Wahana, dua Candi Apit, empat Candi Kelir, empat Candi Patok, dan 224 Candi Perwara.

Namun, kini hanya tersisa 18 candi, sementara sebagian besar Candi Perwara, yang ukurannya kecil, belum dipugar dan hanya berupa tumpukan batu berserakan.

4. Taman Nasional Ujung Kulon

Dikutip Kompas.com dari situs Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Taman Nasional Ujung Kulon adalah Kawasan Taman Nasional yang terletak di ujung paling barat Pulau Jawa.

Lokasi tepatnya adalah di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Dunia pada 1 Februari 1992.

Taman nasional seluas 122.956 hektar ini merupakan rumah bagi Badak Jawa yang sangat populer, tapi terancam punah.

Selain sebagai taman nasional, destinasi ini juga menjadi tempat wisata alam yang sangat luas dan menarik untuk dijelajahi.

Alamnya yang masih terjaga membuat pengunjung bisa menikmati keindahan vegetasi yang tumbuh bebas. Di beberapa wilayah, pengunjung juga dapat melihat satwa-satwa liar hidup dengan bebas.

  • 5 Tempat Wisata di Ujung Kulon serta Biaya Tiket Masuk, Transportasi hingga Menginap
  • Fauna di Suaka Margasatwa Ujung Kulon

Beberapa wilayah yang biasa dikunjungi wisatawan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon adalah Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, Pulau Handeleum, dan Pulau Panaitan.

Karena menjadi habitat Badak Jawa, pengelolaan wisata untuk Semenanjung Ujung Kulon sangat terbatas agar tak mengganggu habitat satwa tersebut.

Mengutip Kompas.com (26/01/2019), Museum Sangiran atau museum manusia purba berlokasi di Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen. Lokasinya tak begitu jauh dari Solo, hanya sekitar 17 km ke arah utara.

Museum ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen (lebih dari dua juta tahun yang lalu).

Mengutip Kompas.com (21/11/2021), pemandu museum bernama Santoso mengatakan bahwa Sangiran pernah mengalami tiga evolusi lingkungan, dari lingkungan laut, rawa, daratan.

Sangiran dimulai sekitar 2,4 juta tahun lalu. Saat itu, Sangiran masih berupa lautan. Kemudian sekitar 1,8 juta tahun lalu Sangiran mulai diendapkan oleh lahar Gunung Lawu Purba. Lahar ini kemudian mengubah Sangiran laut menjadi rawa.

  • 5 Hal yang Bisa Ditemukan di Museum Purbakala Sangiran
  • Museum Sangiran, Melihat Jejak Peninggalan Peradaban Purba

Menurut Situs Kabupaten Sragen, temuan fosil di Sangiran untuk jenis hominid purba (diduga sebagai asal evolusi manusia) ada 50 jenis atau individu. Fosil yang ditemukan di wilayah ini merupakan 50 persen dari temuan fosil di dunia dan 65 persen dari temuan di Indonesia.

Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil, di mana 2.931 fosil ada di museum dan sisanya disimpan di gudang penyimpanan.

6. Taman Nasional Lorentz

Dikutip dari Kompas.com (04/12/2019), Kawasan Taman Nasional (TN) Lorentz terletak di bagian Tengah-Selatan Papua dan membentang sekitar 2,4 juta hektar atau setara 25.056 kilometer persegi.

Dengan luas tersebut TN Lorentz menjadi taman nasional terluas di Asia Tenggara.

Menurut situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saking luasnya, TN Lorentz masuk ke dalam area 10 Kabupaten di Provinsi Papua yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Jaya Wijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Ndua, dan Kabupaten Asmat.

Kawasan ini membentang di sepanjang gletser khatulistiwa di jajaran pegunungan tinggi Asia Tenggara.

Ekosistem di TN Lorentz berada di ketinggian sekitar 0 – 4.884 meter dari permukaan laut. Spektrum ekosistemnya terbilang sangat lengkap, mulai dari ekosistem pesisir pantai sampai Pegunungan Alpin.

Hal ini menyebabkan TN Lorentz memiliki banyak sekali ekosistem dan tipe vegetasi. Mulai dari hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.

  • Panduan Wisata ke Taman Nasional Lorentz yang Masuk Google Doodle
  • Taman Mangrove Klawalu Sorong, Taman Wisata Mangrove Pertama di Papua

Dilansir dari situs resmi TN Lorentz, cikal bakal penamaan kawasan TN Lorentz adalah dari ekspedisi yang dipimpin oleh Dr. H. A. Lorentz, seorang Belanda pada 1909.

Satu dasawarsa kemudian, TN Lorentz mulai diakui secara resmi dengan ditetapkannya Monumen Alam Lorentz pada masa Hindia Belanda.  Kemudian pada tahun 1978, pemerintah Indonesia menetapkan TN Lorentz sebagai Cagar Alam (Strict Nature Reserve).

Hal itu berlanjut pada 1999 dengan didaftarkannnya TN Lorentz sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) dan pada 2003 menjadi Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Parks) melalui ASEAN Declaration on Heritage Parks.


7. Hutan Hujan Tropis Sumatera

Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera atau Tropical Rainforest Heritage of Sumatra adalah kawasan dari tiga taman nasional, yakni Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan Selatan.

Kawasan yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 2004 ini merupakan salah satu kawasan konservasi terbesar di Asia Tenggara.

Menurut situs UNESCO, kawasan yang berlokasi di jajaran Bukit Barisan ini memiliki potensi terbesar untuk konservasi keanekaragaman hayati Sumatera jangka panjang, termasuk bagi banyak spesies yang terancam punah.

Diperkirakan terdapat sekitar 10.000 spesies tumbuhan di kawasan ini, termasuk 17 genus endemik.

  • Taman Nasional Gunung Leuser: Sejarah, Flora dan Fauna, hingga Tempat Wisata di Dalamnya
  • Wisata Petualangan di Sumut Tak Hanya Danau Toba, Ada Leuser dan Asahan

Ada pula 201 spesies mamalia dan sekitar 580 spesies burung, di mana 465 di antaranya adalah residen dan 21 adalah endemik.

Di antara spesies yang dilindungi di kawasan tersebut ada Orangutan Sumatera, Harimau Sumatera, badak, gajah, dan Beruang Madu Malaya.

8. Sistem Pengairan Subak, Bali

Subak adalah organisasi milik masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur sistem pengairan atau irigasi sawah secara tradisional.

Luas area irigasinya mencapai sekitar 20.000 hektar dan berada dalam lima kabupaten, yaitu Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, dan Tabanan.

Pada 29 Juni 2012, pengajuan Subak sebagai Situs Warisan Dunia disetujui dan ditetapkan oleh UNESCO dalam sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO di Saint Petersburg, Rusia.

Dikutip Kompas.com dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, keberadaan Subak merupakan manifestasi filosofi Tri Hita Karana."Tri" artinya tiga, "Hita" artinya kebahagiaan atau kesejahteraan, dan "Karana" artinya penyebab.

Sehingga, Tri Hita Karana dapat disimpulkan memiliki arti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan.

Penerapannya dalam sistem subak menjadi parahyangan (hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan), pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan sesama), dan pelemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungan).

  • Jadi Primadona Turis Asing, Subak Jatiluwih Tawarkan Wisata Budaya dan Pemandangan
  • Subak Jatiluwih Bali, Warisan Budaya UNESCO yang Hasilkan Beras Merah Unggulan

Bagi masyarakat Bali, subak tak sekadar sistem irigasi melainkan juga konsep kehidupan bagi masyarakat.

Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, SUbak mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya taat pada tradisi leluhur.

Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, serta segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama.

Bahkan, penetapan waktu tanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.

Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga lewat upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura.

Harmonisasi kehidupan inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di Pulau Dewata.

Setiap Subak biasanya memiliki pura yang disebut Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani untuk memuja Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran.

Sistem pengairan ini diatur oleh seorang tokoh adat yang juga merupakan petani. Ia disebut Kelian (Klian), yang memiliki tugas untuk mengawasi dan mengelola Subak.

9. Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto

Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2019.

Dikutip dari Kompas.com (08/07/2019), tempat ini merupakan situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Tempat penambangan ini sudah beroperasi lebih dari satu abad.

Dulunya, tambang ini dikelola oleh pemerintah kolonial, hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk.

Menurut situs resmi UNESCO, penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri.

Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan, guna mendukung kegiatannya.

Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api untuk mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatera.

  • Sejarah Museum Kereta Api Sawahlunto dan Penampakan Mak Itam, Saksi Kejayaan Ombilin
  • Situs Warisan Dunia Tambang Ombilin Bisa Tarik Wisman ke Sawahlunto

Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (dikenal sebagai Teluk Bayur) dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland.

Sementara pada 1887-1892, mereka mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini menuju ke wilayah Sawahlunto.

Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, pemukiman, pemkot.

https://travel.kompas.com/read/2022/02/24/160222727/9-situs-warisan-budaya-dunia-unesco-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke