Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suasana di Bali saat Nyepi 2022, Jalanan Kosong dan Listrik Mati

JAKARTA, KOMPAS.com - Umat Hindu sebentar lagi akan memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 pada Kamis (03/03/2022).

Suasana perayaan Nyepi akan sangat terasa di Pulau Bali lantaran mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Rangkaian perayaan Nyepi 2022 dimulai dengan upacara Melasti dan diakhiri dengan Ngembak Geni.

Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana I Gede Pitana mengatakan, pada Hari Suci Nyepi, umat Hindu akan melakukan Catur Brata Penyepian.

Catur Brata Penyepian meliputi empat pantangan, yakni amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan).

  • 4 Rangkaian Perayaan Nyepi 2022 di Bali, Melasti hingga Ngembak Geni
  • 15 Ucapan Hari Raya Nyepi 2022 yang Penuh Makna

“Tahun baru itu dirayakan dengan melakukan introspeksi diri, sehingga kita melaksanakan dengan cara yang sepi atau menyepi yang merupakan cara terbaik untuk introspeksi diri, jadi orang introspeksi diri akan lebih bagus jika dalam sepi, tidak dalam ramai-ramai,” terangnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (28/02/2022).

Oleh sebab itu, suasana Bali akan sangat berbeda dengan hari-hari biasanya saat perayaan Nyepi tiba. Meskipun dimulai dengan rangkaian upacara yang dihadiri ribuan umat, namun ketika Hari Nyepi tiba, semua umat Hindu akan melaksanakan empat pantangan tersebut.

Berikut gambaran suasana Bali ketika perayaan Nyepi 2022.

Sejumlah umat Hindu di Bali telah mulai melakukan upacara Melasti. Mengutip Antara, Senin (28/02/2022), sekitar 2.000 umat Hindu mendatangani Pantai Padanggalak di Denpasar, Bali kemarin untuk menggelar upacara Melasti.

Upacara Melasti sendiri merupakan rangkain dari perayaan Nyepi yang dilakukan dengan menyucikan sarana sembahyang ke tempat pembersihan seperti laut atau sumber mata air lain yang dianggap suci.

Mendesa atau Pemimpin Desa Adat Peguyangan Denpasar, Bali Ketut Sutama mengatakan, upacara Melasti pada perayaan Nyepi 2022 ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Jadi, jumlah umat yang mengikuti upacara dibatasi sebesar 70 persen dari kapasitas.

Selain itu mereka yang berpartisipasi wajib mematuhi protokol kesehatan.

“Biasanya mencapai 6.000-7.000 umat, sekarang dengan kami adakan pembatsan maksimal, satu pura maksimal jangan lebih dari 20 kalau bisa secukupnya, sekali pergerakan rombongan itu 60 kendaraan, kurang lebih antara 2.000 orang,” ujarnya.

“Makanya, sehari sebelum Nyepi dilakukan upacara untuk mengendalikan segala energi jelek atau negatif yang disebut dengan butha kala yang kemudian disimbolkan dengan membakar ogoh-ogoh,” terangnya.

Festival ini kerap menyedot perhatian wisatawan bahkan mereka bisa turut serta mengarak ogoh-ogoh.

Namun, belum ada kepastian mengenai pawai ogoh-ogoh pada perayaan Nyepi 2022, berkaitan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Berdasarkan informasi Kompas.com, Selasa (15/02/2022), Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali resmi meniadakan pawai ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1944 karena kasus Covid-19 di Bali masih terus melonjak.

Namun, Gubernur Bali Wayan Koster mengizinkan generasi muda atau yowana menggelar parade pawai ogoh-ogoh tersebut, berdasarkan informasi dari Kompas.com, Rabu (16/02/2022).

3. Jalanan kosong

Saat Hari Raya Nyepi tiba, semua umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian. Jalanan yang biasanya ramai menjadi lengang karena tidak ada warga yang melintas kecuali mobil ambulance untuk kondisi darurat. 

Hal ini sejalan dengan pantangan amati lelungan alias tidak bepergian.

“Kalau pergi ke Denpasar, Singaraja, termasuk Kuta yang paling ramai, maka jalan-jalan total sepi, total tidak ada orang,” terang Pitana.

4. Fasilitas publik tutup

Pitana menuturkan semua fasilitas publik, seperti pusat perbelanjaan, pasar, bandara, dan kantor, tutup pada Hari Raya Nyepi. Kecuali yang sifatnya darurat seperti rumah sakit.

Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, misalnya, dipastikan menutup operasional bandara selama 24 jam penuh. Informasi tersebut telah dikonfirmasi langsung oleh Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Taufan Yudhistira.

"Hari Kamis, tanggal 3 Maret 2022 dimulai dari pukul 06.00 WITA sampai hari Jumat tanggal 4 Maret 2022 pukul 06.00 WITA, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali tutup secara operasional," kata Taufan Yudhistira kepada Kompas.com.

Taufan menambahkan, penutupan operasional tersebut akan berlaku untuk operasional bandara dan penerbangan. Namun, kebijakan dikecualikan untuk penerbangan darurat termasuk evakuasi medis (medical evacuation flight).

5. Listrik mati

Sejalan dengan pantangan amati geni atau tidak menyalakan api, maka umat Hindu juga mematikan listrik selama Hari Raya Nyepi.

“Tidak ada orang menyalakan listrik dan sebagainya karena dilarang menghidupkan api, amati ageni. Jadi, suasananya betul-betul sepi,” ujar Pitana.

Namun, PT PLN (Persero) memastikan tidak ada pemadaman listrik sehingga aliran listrik di Bali tetap menyala.

Mengutip Kompas TV, Jumat (26/02/2022), PLN di wilayah Bali mengatakan terus bersiaga mengantisipasi gangguan listrik di rumah pelanggan. Khususnya di lokasi darurat, seperti rumah sakit.

Jika terjadi gangguan aliran listrik, para pelanggan diimbau melapor kepada aparat adat sehingga penanganan dapat dilakukan dengan pengawalan pecalang.

Sementara khusus di Pulau Nusa Penida, pemadaman listrik dilakukan selama 24 jam, sesuai kesepakatan pemerintah setempat. Hal ini karena listrik di Nusa Penida memiliki pembangkit sendiri yang dikhawatirkan mengganggu Catur Brata Penyepian

Meski tidak ada pemadaman listrik dari PLN, namun umat Hindu secara mandiri mematikan listrik di kediaman masing-masing untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian. 

6. Udara Bali lebih bersih

Setelah sehari Bali bebas polusi kendaraan maupun penggunaan listrik, maka udara di Bali sehari setelah perayaan Nyepi pada umumnya menjadi sangat bersih dan segar.

Pitana menuturkan, secara ilmiah pelaksanaan Catur Brata Penyepian memberikan waktu istirahat kepada alam selama 24 jam.

“Dari segi ilmiahnya, Hari Suci Nyepi itu merupakan kesempatan untuk memberikan alam ini istirahat 24 jam tanpa polusi, tanpa pengunaan BBM, batu bara, listrik, mesin-mesin dan sebagainya. Sehingga, kalau kita lihat udara pagi hari setelah Nyepi pasti sangat amat jernih,” ujarnya.

Untuk menjaga ketertiban dan keamanaan perayaan Nyepi, maka sejumlah polisi tradisional yang disebut pecalang akan bersiaga. Mereka bersiaga di jalan-jalan utama, fasilitas publik, hingga keliling ke kediaman warga.

“Untuk menjaga ketertiban dan keamanan secara tradisional, ada polisi tradisional yang disebut dengan pecalang yang melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Hari Suci Nyepi,” ujar Pitana.

8. Simbol toleransi agama

Pitana menuturkan, pelaksanaan Nyepi di Bali merupakan simbol toleransi beragama. Sebab, meskipun merupakan hari raya umat Hindu, namun penganut keyakinan lainnya tetap menghormati pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Misalnya, tak ada orang keluar rumah di lokasi-lokasi yang didominasi umat Islam. Serupa, umat Kristiani pun melaksanakan ibadah dengan menjaga ketenangan Hari Raya Nyepi.

“Jadi, itu yang patut kita hargai, bagaimana toleransi di Bali dan ini perlu dipelajari teman-teman di daerah lain ketika kita bicara kebhinnekaan. Kami tidak paksakan kehendak, tapi atas kesadaran sendiri teman-teman non Hindu ikut menghargai apa yang kami rayakan,” ucapnya.

https://travel.kompas.com/read/2022/03/01/191400227/suasana-di-bali-saat-nyepi-2022-jalanan-kosong-dan-listrik-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke