BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Salin Artikel

Mengenal Sustainable Tourism, Konsep Wisata dengan Memperhatikan Aspek Keberlanjutan Lingkungan

KOMPAS.com – Wisata ramah lingkungan yang mendukung aspek keberlanjutan tengah menjadi tren di kalangan wisatawan. Konsep ini dinilai dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan, selain kesenangan semata.

#DiIndonesiaAja, konsep wisata berkelanjutan bukan hal baru. Banyak destinasi wisata berbasis sustainable tourism sudah dibangun di negeri ini. Pengembangannya pun terus dioptimalkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui empat pilar.

Pilar tersebut terdiri dari pengelolaan destinasi pariwisata secara berkelanjutan (sustainability management), pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal (social-economy), pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung (sustainable culture), serta pelestarian lingkungan (environment sustainability).

Lantas, destinasi wisata mana saja yang mengusung sustainable tourism di Indonesia? Berikut ulasannya.

Salah satu bukti penerapan sustainable tourism di Indonesia terlihat di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Beragam jenis flora dan fauna hidup serta tumbuh di taman seluas 122.956 hektare (ha) ini.

Selain itu, taman nasional yang berada di ujung barat Pulau Jawa tersebut juga menjadi rumah bagi hewan langka berstatus kritis, yakni badak jawa. Perlu diketahui, populasi spesies ini hingga Agustus 2020 hanya berjumlah 74 individu. Angka ini terdiri dari 40 jantan dan 34 betina.

Dikutip dari The Conversation, Jumat (24/9/2021), jumlah populasi tersebut tergolong kecil untuk total populasi global suatu spesien. Karena itu, pelestarian badak jawa masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi Indonesia.

Tak sekadar melestarikan hewan dan tumbuhan, keberadaan Taman Nasional Ujung Kulon juga mampu menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar karena fungsinya sebagai destinasi wisata.

Ada banyak kegiatan seru bisa dijajal oleh pelancong ketika berkunjung ke sana. Sebut saja, snorkeling di Pulau Peucang, hiking ke Karang Copong, berselancar di Pulau Panaita, trekking ke Gunung Honje, bersantai di Padang Rumput Cidaon, menyaksikan owa jawa di Curug Cikacang, menikmati kekayaan alam di Kepulauan Handeuleum, serta berkano di Pulau Pamanggangan.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak lahan pertanian. Area-area itu pun diberkahi dengan pemandangan luar biasa. Salah satu contohnya terlihat pada persawahan di Taman Sari Buwana yang terletak di Banjar Beng Utara, Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan, Bali.

Menariknya, sistem pertanian di sana masih menggunakan cara-cara tradisional, baik dari segi alat maupun metode bertani. Hal ini terlihat dari keberadaan subak dan aktivitas metekap, yakni membajak sawah menggunakan dua ekor sapi.

Kawasan tersebut menawarkan konsep farming tour kepada wisatawan. Meski begitu, bukan berarti kegiatan di Taman Sari Buwana terbatas pada kegiatan bercocok tanam. Sebaliknya, banyak aktivitas seru bisa dilakukan di sini. Contohnya, trekking dengan rute Subak Kelasem hingga Subak Babakan.

Selain itu, wisatawan juga bisa belajar membuat canang sari (terbuat dari janur dan bunga) dan ceper (wadah berbentuk kotak dari daun kelapa dan pinang) yang merupakan perlengkapan ibadah umat Hindu di Bali.

Dilansir dari situs web resmi Taman Sari Buwana www.balivillagelife.com, aktivitas wisata di destinasi ini pada dasarnya adalah kegiatan semisosial yang dikembangkan untuk tujuan keberlanjutan. Jadi, retribusi yang masuk ke pengelola akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di Desa Tunjuk.

Sebagai informasi, setiap Minggu, anak-anak di desa tersebut berkumpul di salah satu rumah warga untuk belajar tentang komputer, bahasa Inggris, dan aritmatika China, serta cara membangun mentalitas positif.

Jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan ditambah lanskap alam yang begitu menawan membuat Raja Ampat menjadi salah satu tujuan wisata favorit pelancong domestik dan mancanegara.

Daya tarik utama Raja Ampat terletak pada perairannya yang begitu kaya akan biota laut. Sebanyak 699 jenis moluska, 5 jenis penyu, dan 16 jenis mamalia laut hidup di sana.

Selain itu, Raja Ampat juga menjadi rumah bagi 70 persen spesies karang dunia, dengan rincian 553 terumbu karang dan 1.505 jenis ikan karang, sebagaimana dikutip dari Kompas.id, Selasa (12/10/2021).

Dengan segala kekayaan bahari tersebut ditambah kondisi laut yang masih terjaga, tak heran bahwa Raja Ampat mendapat julukan surga bawah laut.

Untuk diketahui, kawasan Raja Ampat memiliki sekitar 113 titik penyelaman. Beberapa spot menyelam terbaik dan paling terkenal adalah Kabui Passage, di sekitar Dermaga Pulau Arborek, Sauwandarek, Yenbuba, dan Dinding Friwen.

Tak sekadar menjadi tempat konservasi biota, Raja Ampat juga berfungsi sebagai sumber mata pencarian bagi masyarakat sekitar.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Engelbert Wader mengungkapkan, cukup banyak profesi dan bisnis pariwisata bermunculan seiring geliat wisata di kawasan Raja Ampat. Contohnya, usaha rental mobil, pemandu wisata, dan penginapan.

Mengukur jejak karbon

Agar berwisata di tiga destinasi tersebut ramah terhadap kelestarian lingkungan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak pelancong untuk memperhatikan jejak karbon (carbon footprint).

Adapun jejak karbon adalah total emisi yang dihasilkan dari aktivitas individu, peristiwa, organisasi, atau produk dan didefinisikan dalam karbon dioksida ekuivalen.

Pasalnya, hasil riset Nature Climate Change menunjukkan bahwa industri pariwisata berkontribusi pada emisi karbon dunia. Jumlahnya mencapai 8 persen yang berasal dari aktivitas transportasi, belanja, dan makanan.

"Keberlanjutan ekonomi, kelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan adalah satu kaitan nada. Ini sesuai dengan tren pariwisata personalized, customized, localize, dan smallest impact," ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat (7/1/2022).

Untuk memudahkan wisatawan mengukur jejak karbon selama berwisata, Kemenparekraf meluncurkan Carbon Footprint Calculator dan Offsetting (CFPC).

Selain memperhatikan jejak karbon, Kemenparekraf juga mengimbau agar wisatawan mematuhi segala aturan perjalanan yang berlaku demi keamanan bersama. Salah satunya, vaksinasi lengkap.

Protokol kesehatan (prokes) 6M juga wajib diterapkan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, hingga menghindari makan bersama.

Pastikan juga spot-spot wisata yang dikunjungi di Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Sari Buwana, dan Raja Ampat sudah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kemenparekraf.

Sebagai informasi, CHSE diberikan kepada pelaku industri pariwisata, seperti hotel, restoran, dan wahana rekreasi yang mampu memberikan jaminan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan kepada wisatawan.

Agar tidak ketinggalan berita menarik seputar pariwisata #WonderfulIndonesia, jangan lupa follow akun Instagram @pesona.indonesia dan akun TikTok @pesonaindonesia. Selain itu, kamu juga bisa mengikuti kuis berhadiah Pesona Punya Kuis (PUKIS).

Persyaratan untuk mengikuti kuis itu tidaklah sulit. Peserta hanya perlu menjawab pertanyaan yang diberikan di kedua akun media sosial tersebut, serta tag tiga orang teman.

https://travel.kompas.com/read/2022/03/25/104410527/mengenal-sustainable-tourism-konsep-wisata-dengan-memperhatikan-aspek

Bagikan artikel ini melalui
Oke