Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang

KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan, yakni dengan menggelar dugderan. Acara ini merupakan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Dugderan bukan sekadar perayaan semata, namun sarat makna dan sejarah. Berikut fakta-fakta dugderan di Kota Semarang yang telah dirangkum oleh Kompas.com.

Sejarah dugderan

Apa itu dugderan?

Asal mula tradisi dugderan diperkirakan pada masa kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat atau Bupati Purbaningrat pada 1881, seperti dikutip dari situs Center Of Excellence (CoE) Budaya Jawa, perpustakaan dan informasi tentang budaya lokal Jawa Tengah (14/12/2016).

Latar belakang acara ini adalah perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai awal bulan suci Ramadhan.

Kala itu, Indonesia masih berada pada zaman kolonial Belanda, sehingga masyarakat Kota Semarang terbagi menjadi empat golongan, yaitu pecinan (etnis Tionghoa), pakojan (etnis Arab), kampung Melayu (warga perantauan dari luar Jawa), dan orang Jawa asli.

  • Mengenal Padusan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Menyambut Ramadhan
  • 7 Tradisi Unik Saat Bulan Ramadhan di Berbagai Negara

Oleh sebab itu, pemerintahan Bupati Purbaningrat menetapkan, untuk menyamakan persepsi penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman serta menyalakan meriam di halaman kabupaten.

Baik bedug dan meriam dibunyikan masing-masing tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman awal bulan Ramadhan di masjid. Saat itu, perayaan dugderan berpusat di Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (kini Masjid Kauman) yang berada di dekat Pasar Johar.

Berdasarkan informasi dari situs Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kota Semarang (24/02/2020), nama dugderan diambil dari suara bedug yang berbunyi ‘dug dug dug’ dan suara meriam yakni ‘der der der’.

Seperti disampaikan sebelumnya, bedug dan meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali, sebagai penanda awal bulan Ramadhan.

Tujuan dari penyelenggaraan dugderan adalah melebur perbedaan yang terjadi antarwarga Kota Semarang pada zaman kolonial. Secara khusus, Bupati Purbaningrat ingin menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal bulan Ramadan.

Hingga saat ini, tradisi dugderan masih menjadi alat pemersatu antarwarga Semarang. Banyak warga turun ke jalan pada saat perayaan untuk berbaur, tegur sapa, dan saling menghormati sesama tanpa memandang perbedaan.

Perayaan dugderan

Sebelum pandemi Covid-19, perayaan dugderan diselenggarakan secara meriah sekaligus sakral. Berdasarkan informasi dari situs PPID Kota Semarang, acara dimulai di Balai Kota Semarang.

Walikota Semarang memimpin langsung acara tersebut lengkap dengan busana adat Jawa Tengah. Pembukaan acara dugderan diawali dengan upacara dan penampilan para penari.

Penampilan para penari disusul oleh atraksi warak ngendog. Selanjutnya, rombongan penari, atraksi warak ngendog, dan para warga mengikuti karnaval dengan berjalan kaki menuju Masjid Kauman Semarang, yang merupakan masjid tertua di Kota Atlas.

Di Masjid Kauman, Gubernur Provinsi Jawa sudah menanti kedatangan Walikota beserta rombongan karnaval.

Selanjutnya, Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Semarang menyampaikan pidato serta ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dalam bahasa Jawa.

Dalam beberapa kesempatan, dugderan juga diselenggarakan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Berdasarkan informasi dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, perayaan dugderan 1440 hijriah bertepatan dengan 2018, berlangsung di MAJT.

Saat itu, Walikota Semarang Hendrar Prihadi melakukan halaqah atau diskusi dengan ulama di Masjid Agung Kauman untuk menetapkan awal pelaksanaan ibadah puasa.

Hasil halaqah kemudian diarak bersama dengan warga Semarang dari Masjid Agung Kauman menuju MAJT, untuk diserahkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Selanjutnya, Ganjar mengumumkan hasil halaqah tersebut kepada masyarakat sebagai penanda awal bulan suci Ramadhan.

Menutup pengumuman, Ganjar lantas memukul bedug di MAJT secara berulang-ulang, yang diikuti bunyi petasan. Sorak sorai dan tepuk tangan masyarakat langsung menggema di pelataran masjid berpayung raksasa itu.

Warak ngendhog

Salah satu ikon dalam acara dugderan adalah warak ngendhog. Mengutip situs situs Perpustakaan dan Informasi Tentang Budaya Lokal Jawa Tengah (14/12/2016), warak ngendog adalah mainan anak-anak yang dulu sangat populer di Kota Semarang dan sekitarnya.

Bentuk fisik warak ngendog mewakili suku-suku yang hidup di Kota Semarang, meliputi Jawa, Tionghoa, dan Arab. Unsur suku Jawa diwakili oleh postur warak yang menyerupai kambing.

Sementara, unsur etnis Tionghoa yakni kepala warak yang mirip dengan naga. Sedangkan, unsur suku Arab diwakili dengan bulu-bulu warak.

  • 15 Wisata Semarang yang Wajib Dikunjungi
  • Jadwal Kereta Jurusan Semarang - Jakarta Terbaru dan Harga Tiketnya

Warak ngendog hanyalah makhluk rekaan yang merupakan simbol persatuan dari berbagai etnis di Kota Semarang tersebut. Sementara itu, nama ngendog adalah bahasa Jawa yang berarti bertelur.

Hal ini menyimbolkan pahala yang didapat seseorang setelah menjalani proses penyucian. Secara harfiah, warak ngendog bisa diartikan sebagai individu yang menjaga kesucian di bulan Ramadhan, kelak akan mendapatkan pahala di hari Lebaran.

Dugderan 2022

Lantas, bagaimana perayaan dugderan tahun ini? Berdasarkan informasi dari Tribun Jateng (8/03/2022), tradisi dugderan tetap akan digelar pada tiga atau dua hari sebelum Ramadhan tiba.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, Pemerintah Kota Semarang belum berani membuat event atau kegiatan secara spektakuler. Namun, dugderan akan tetap digelar karena sudah menjadi budaya masyarakat Kota Semarang.

  • Museum Kota Lama Semarang Dibuka, Tiket Masuknya Masih Gratis
  • Jadwal KA Jurusan Jakarta-Semarang Terbaru dan Harga Tiketnya

Serupa dengan tahun lalu, dugderan akan digelar secara sederhana untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, semua warga yang datang harus menerapkan protokol kesehatan ketat. 

"Beberapa kawan OPD menanyakan ke saya terkait dugderan. Kalau lihat kondisi hari ini, dugder akan tetap diadakan tapi belum semeriah seperti tahun-tahun sebelum ada Covid-19," terang Hendi, seperti dikutip Kompas.com dari Tribun Jateng.

Terkait konsep acara, Hendi belum dapat membeberkan secara detail. Hanya saja, konsepnya tentu tidak jauh berbeda dengan dugderan tahun lalu yang digelar secara sederhana.

Rencananya, dugderan tahun ini akan dipusatkan di dua titik yaitu halaman Balaikota Semarang dan di Kauman. Sementara pelaksaan dugderan di MAJT, masih menunggu petunjuk Gubernur Jawa Tengah.

https://travel.kompas.com/read/2022/03/27/090300227/mengenal-dugderan-tradisi-sambut-ramadhan-di-kota-semarang

Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke