Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masjid Gedhe Kauman, Saksi Perlawanan Agresi Militer Belanda 

KOMPAS.com - Saat mengunjungi Alun-alun Utara Yogyakarta, wisatawan akan menemukan bangunan masjid dengan corak bangunan khas Jawa. Tak salah lagi, bangunan tersebut adalah Masjid Gedhe Kauman atau Masjid Raya Yogyakarta. 

Selain menjadi tempat ibadah umat Islam, Masjid Gedhe Kauman menyimpan banyak kisah sejarah.

Masjid yang dibangun pada tahun 1773 ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kesultanan Yogyakarta, seperti dikutip dari situs web Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Yogyakarta. 

  • 7 Masjid Unik di Yogyakarta, Ada yang Usianya 249 Tahun 
  • 15 Masjid-masjid Unik di Indonesia, Ada Bentuk Kapal

Masjid Gedhe Kauman didirikan atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat selaku penghulu keraton. Sedangkan, desain bangunan masjid dirancang oleh Kiai Wiryokusumo.

Sebagai tempat ibadah, saksi perkembangan Islam sekaligus sejarah Yogyakarta, Masjid Gedhe Kauman mempunyai banyak fakta menarik.

Berikut fakta-fakta mengenai Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta seperti dirangkum oleh Kompas.com. 

Masjid Gedhe Kauman turut menjadi bagian dalam dinamika kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, bangunan pajagan atau gardu penjaga digunakan sebagai markas Asykar Perang Sabil yang membantu Tentara Nasional Indonesia melawan Agresi Militer Belanda.

Para pahlawan yang gugur dalam pertempuran tersebut, kemudian dimakamkan di sisi barat masjid ini. 

Tak berhenti sampai di situ, Masjid Gedhe Kauman terus menjadi saksi peristiwa perjuangan. Di antaranya ketika pergantian Orde Lama, serta perjuangan reformasi dalam menumbangkan Orde Baru.

Pada masa awal Kasultanan Yogyakarta, masjid ini juga dipergunakan sebagai tempat untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hukum Islam, terutama perkara perdata.

Selain sebagai tempat pengadilan agama, masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat pertemuan para alim ulama, dakwah, serta peringatan hari besar. 

Arsitektur Masjid Gedhe Kauman sangat kental dengan corak khas Jawa. Gaya bangunannya mewarisi gaya Masjid Demak yang juga merupakan pusat penyebaran agama Islam di Jawa. 

Karakteristik dari masjid ini adalah keberadaan empat pilar utama atau dikenal sebagai Saka Guru. Berdasarkan informasi dari situs web Dinas Pariwisata Yogyakarta, ciri khas lainnya adalah bagian atap masjid yang menggunakan sistem atap tumpang tiga. 

Sistem atap tumpang tiga ini memiliki makna kesempurnaan hidup melalui tiga tahapan kehidupan manusia yaitu, syariat, makrifat, dan hakikat.

Seperti bangunan masjid raya pada umumnya, Masjid Gedhe Kauman memliki satu ruang utama untuk ibadah. 

  • 16 Masjid Unik di Dunia, Ada Masjid Kristal dan Mengapung
  • Masjid Agung Demak, Salah Satu Masjid Tertua yang Dibangun Wali Songo

Ruangan salat ini dilengkapi tempat imam memimpin salat atau mihrab, maksura sebagai tempat pengamanan apabila Sultan salat berjamaah di Masjid Gedhe Kauman, dan mimbar sebagai tempat bagi khotib menyampaikan khotbah. 

Selain itu, Masjid Gedhe Kauman  juga dilengkapi dengan berbagai ruangan yang memiliki fungsi berbeda, seperti pawestren (tempat khusus bagi jamaah putri), yakihun (ruang khusus peristirahatan para ulama, khotib, dan marbot), kolam, dan serambi masjid. 

Sempat runtuh akibat gempa 

Bangunan Masjid Gedhe Kauman sempat runtuh akibat gempa pada tahun 1867. Setelah peristiwa tersebut, setidaknya dua kali Masjid Gedhe Kauman mengalami renovasi. 

Pada tahun 1917 dibangun pajagan atau gardu penjaga, dan pada tahun 1933 atas masjid dirombak atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.

Renovasi dilanjutkan pada 1936, yaitu mengganti lantai batu di ruang salat utama menjadi marmer dari Italia.

Lokasi Masjid Gedhe Kauman berada di sisi barat Alun-alun Utara Yogyakarta, dan barat daya Pasar Beringharjo. Bangunan masjid tidak jauh dari bangunan keraton. 

Secara administratif, masjid ini berada di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. 

Lokasi masjid mengikuti tata ruang pusat pemerintahan kerajaan sejak era Majapahit, yang menempatkan keraton sebagai pusat pemerintahan. Kemudian, pasar sebagai pusat ekonomi dan tempat ibadah sebagai pusat agama. 

https://travel.kompas.com/read/2022/04/07/230600127/masjid-gedhe-kauman-saksi-perlawanan-agresi-militer-belanda-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke