Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramadhan di Turki, Lebih Bebas Saat Kasus Pandemi Melandai

KOMPAS.com - Setelah sekitar dua tahun pandemi, pembatasan kegiatan selama bulan Ramadhan mulai melonggar di banyak negara, termasuk salah satunya di Turki.

Kelonggaran itu juga dirasakan oleh beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang melaksanakan studi di negara yang berada di kawasan Eurasia (Eropa-Asia) tersebut.

"Dua tahun pas puasa itu lockdown, baru sekarang ini kembali ke seperti ini. Dulu tarawih sama bukber (buka bersama) dilarang, sholat jamaah dan termasuk sholat Ied juga (dilarang)," jelas Alinda Putri Dewanti atau akrab disapa Alin kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2022). 

Alin, mahasiswi S1 Jurnalistik di AHBV Universitesi, Ankara, menjelaskan dirinya sudah datang ke Turki sejak 2017, serta merasakan puasa pertama kali di Turki sejak tahun 2018.

Senada dengan Alin, Tezar Aditya Rahman, yang kini juga tengah melanjutkan pendidikan di Turki, mengakui bahwa saat ini umat Islam di Turki lebih bebas melakukan ibadah Ramadhan.

Ia sendiri telah menjalani tahun ketiga puasa di Turki selama menjadi mahasiswa S2 Jurnalistik di Selcuk University, Konya.

"Ketika aku di sini, Ramadhan pertama sudah pandemi dan tahun lalu juga. Tahun pertama ketat karena awal pandemi jadi di asrama. Itu ketat banget bahkan enggak boleh ada iftar di asrama".

"Jadi kalau mau berkerumun, dalam jumlah yang kecil, maksimal 10 orang. Nah, tahun ini berbeda, udah enggak ada pelarangan, kami sudah bisa ngumpul-ngumpul di taman, jalan-jalan, buka bareng," jelas Tezar, Minggu (10/4/2022). 

Lebih lanjut, Alin menjelaskan, protokol kesehatan seperti yang diterapkan di Indonesia, seperti kewajiban memakai masker dan menggunakan aplikasi layaknya PeduliLindungi, juga sudah dilonggarkan.

"Sebelumnya sempat ada namanya Hes (seperti PeduliLindungi). Tapi sudah dicabut sejak bulan lalu, dulu pakai itu nunjukkin kode ke mal, kampus, naik transportasi. Sekarang masker cuma wajib di ruangan tertutup, transportasi umum juga," jelas Alin.

Oleh karena itu, menurutnya, kegiatan beribadah dan berbuka puasa juga telah diperbolehkan dalam skala lebih besar.

"Di sini (kasusnya) udah cukup melandai, tingkat vaksinnya juga cukup tinggi," tambahnya.

Baik Alin maupun Tezar mengakui bahwa selama berada di Turki tidak menemukan kesulitan yang sangat berarti dalam menjalani puasa Ramadhan.

Adapun untuk durasinya, saat ini mereka waktu shalat subuh sekitar pukul 05.00 dan magrib pukul 07.30 atau sekitar 14-15 jam berpuasa.

Alin, misalnya, yang selama ini tinggal di asrama mahasiswa, merasa tak mengalami kesulitan, terutama karena lingkungan sekitarnya mayoritas penduduk adalah muslim.

"Kesulitan enggak juga sih, karena tinggal di asrama. Jadi ada programnya (sahur dan buka selama puasa), jadi lebih mudah. Bedanya enggak seheboh dan semeriah di Indonesia aja," terang Alin.

Kendati mayoritas berpenduduk agama Islam, berbeda dengan sebagian restoran di Indonesia yang memiliki budaya menutup tirai saat waktu puasa, Turki tidak demikian.

Menurut Alin, saat waktu makan siang, sejumlah restoran masih buka seperti biasa dan masih banyak juga pengunjung yang makan di tempat.

Namun, menurutnya hal tersebut tidak menjadi masalah. Sebab, nuansa Ramadhan masih cukup terasa.

Banyak juga tempat-tempat yang menyediakan buka bersama atau iftar gratis, mulai dari masjid, kantor pemerintah daerah, lembaga pelajar, maupun kafe-kafe.

Makanan halal maupun makanan Indonesia juga cukup mudah ditemukan di Turki dengan harga yang relatif terjangkau.

"Makanan biasa kayak kebab sekitar Rp 25.000, makan kenyang misalnya nasi kisaran Rp 35.000 sampai Rp 50.000," tutur Alin.

Bahkan, katanya, ada suatu yayasan di Ankara yang rutin membagi-bagikan sembako setiap bulan bagi mahasiswa atau pelajar asing. Hal ini menurutnya sangat membantu persediaan sahur dan berbuka bagi mahasiswa yang berpuasa.

Sementara Tezar mengatakan bahwa kesulitan yang terkadang dirasakannya saat berpuasa hanya karena perubahaan waktu yang signifikan setiap harinya.

"Paling (waktu) magrib kadang-kadang yang agak lupa, kami masak, makanannya belum jadi, eh udah buka puasa (dengar) adzan," kata Tezar.

Ia juga menjelaskan bahwa suasana Ramadhan di Turki tidak semeriah di Indonesia, termasuk jelang Lebaran dan ketika Idul Fitri.

"Ramadhan tidak semeriah di Indonesia, Idul Fitrinya juga. Jadi di sini Idul Fitri is not a big deal, liburnya cuma dua-tiga hari, enggak ada cuti bersama juga," ujarnya.

  • Sepinya Suasana Ramadhan di Turki Selama Pandemi Covid-19
  • 4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Berwisata ke Turki untuk Pemula

Jika di Indonesia masyarakat familiar dengan suara ngaji bersama ataupun tradisi ngabuburit dengan membeli takjil, hal itu ternyata tidak terjadi di Turki.

"Soal semaraknya beda jauh sih sama Indonesia, banyak orang ngaji, sore bisa beli takjil, kemeriahannya terasa. Kalau di sini enggak, enggak serame itu," jelas dia.

Sementara pada momen lebaran, suasanaya juga terasa sangat berbeda dengan di Indonesia.

Di Jakarta, misqlnya, jalan menjadi lebih kosong karena banyak masyarakat yang mudik.

Sementara, Tezar melihat orang-orang Turki banyak yang tidak bepergian saat Lebaran.

Kendati demikian, dirinya bersyukur karena saat ini pandemi Covid-19 sudah semakin melandai di Turki. Sehingga, suasana berpuasa bisa terasa lebih leluasa dan menyenangkan.

"Tapi karena dua tahun (sebelumnya) lebih terbatas, apalagi lockdown, sekarang lebih menyenangkan lah. Karena bisa kumpul bareng, buka puasa bareng tanpa dibatasi, pokoknya lebih seru aja tahun ini," pungkas Tezar.

https://travel.kompas.com/read/2022/04/14/120300127/ramadhan-di-turki-lebih-bebas-saat-kasus-pandemi-melandai

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke