Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Tren dan Preferensi Pariwisata 2022 di Asia Tenggara

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama dua tahun terakhir menyebabkan banyak aspek kehidupan berubah, termasuk dalam bidang pariwisata dan preferensi wisatawan. 

Informasi ini disampaikan oleh Asia Pacific Travel Lead for Google, Hermione Joye, dalam diskusi virtual Southeast Asia Travel Roundtable yang digelar Selasa (26/042022).

Beberapa tren dan preferensi wisatawan ini, menurutnya, muncul dalam beberapa waktu terakhir setelah menyesuaikan diri dan beradaptasi selama pandemi Covid-19. 

Berikut beberapa tren dan preferensi pariwisata pada masyarakat di negara-negara Asia Tenggara, yang ditemukan dalam penelusuran Google. 

Menurut Hermione, tren perjalanan yang paling terlihat saat dan sesudah pandemi Covid-19 adalah penggunaan teknologi digital.

"Selama pandemi, penggunaan digital tidak hanya meningkat, tetapi juga cukup menciptakan interdependensi (ketergantungan) di masyarakat Asia Tenggara yang sudah mengenal internet," ujar Hermione.

Hal ini, ia mengatakan, terlihat dalam proses merancang perjalanan hingga pelaksanaannya.

Mulai dari mencari ide wisata dari ponsel, meriset dan merencanakan perjalanan, meluangkan waktu untuk mencari promo, hingga melakukan pemesanan perjalanan melalui online.

"Memang masih ada orang yang memesan trip secara offline. Tapi proses menuju ke sana biasanya akan memanfaatkan digital juga. Misalnya mencari website, review, rating travel agent, dan lain-lain," jelas Hermione.

Lebih lanjut, teknologi digital juga digunakan dalam mengorganisir perlengkapan perjalanan, menavigasi perjalanan, hingga berbagi pengalaman bersama keluarga atau teman.

Hermione juga menyebutkan, saat ini, tidak hanya generasi muda yang bergantung pada digital, tetapi juga generasi yang lebih tua karena harus memenuhi kebutuhan mereka.

Selanjutnya, Hermione mengatakan bahwa perencanaan perjalanan saat pandemi terasa lebih rinci.

"Misalnya saat ini wisatawan harus tau persyaratan lengkap keluar dan masuk suatu negara," terangnya.

Selain itu, karena traveling di kala pandemi menjadi sesuatu yang sangat berharga, seseorang biasanya akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merancang perjalanan secara hati-hati.

Ia menjelaskan, beberapa buktinya yakni 12 kali peningkatan penelusuran dengan kata kunci "travel requirements" di sejumlah negara di Asia Tenggara.

Lalu, peningkatan penelusuran hingga 523 persen dengan kata kunci "travel insurance", dan 17 persen peningkatan penelusuran terhadap durasi perencanaan yang lebih lama saat liburan ke luar negeri.

3. Durasi perjalanan lebih lama

Kesempatan bepergian yang jarang terjadi menyebabkan banyak wisatawan merasa perlu menghabiskan waktu lebih lama saat melakukan perjalanan.

"Orang-orang lebih menikmati perjalanan berdurasi lama. Misalnya rata-rata menginap wisatawan Singapura naik menjadi delapan hari, wisatawan Australia jadi 14 hari, dan lainnya," kata Hermione.

Hal ini menurutnya terjadi karena beberapa alasan. Pertama, mereka ingin meminimalisasi kompleksitas karena tidak perlu berpindah-pindah tempat.

Kedua, ingin menjadikan waktu perjalanan sebagai momen yang berharga dan berkualitas.

Hermione mengatakan, salah satu buktinya adalah pertumbuhan permintaan terhadap "vacation rentals", yang menandakan durasi menginap yang lebih lama.

Misalnya, vacation rental di Indonesia naik hingga 315 persen pada Maret 2022 dibandingkan tahun 2019.

Begitupun peningkatan terhadap "vacation rentals" di negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand dan Filipina.

Menurut Hermione, wisatawan di kala pandemi cenderung memilih penginapan yang lebih mewah dibandingkan saat sebelum pandemi.

Hal ini dilakukan karena para wisatawan ingin merawat diri (self-care) dan lebih memprioritaskan kesejahteraan (wellness) mereka. 

"Beberapa alasan lainnya adalah karena orang-orang ingin mencari lingkungan yang lebih bersih, dan menjadikan momen traveling dengan sebaik dan se-enjoy mungkin," terangnya. 

Kendati demikian, Hermione mengatakan preferensi ini bukan berarti tidak ada kesempatan bagi penginapan-penginapan kecil atau low budget.

Namun, ia berpesan agar penginapan sederhana dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan, keamanan, dan kebersihan mereka sehingga dapat semakin bernilai di mata wisatawan. 

5. Kesadaran akan wisata berkelanjutan

Sejak pandemi Covid-19, kata Hermione, semakin banyak wisatawan yang sadar akan pentingnya pariwisata berkelanjutan. 

"Orang-orang lebih peduli terhadap isu keberlanjutan (sustainability). Misalnya penggunaan energi, konsumsi ramah lingkungan, dan lain-lain," ujarnya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa penelusuran masyarakat Asia Tenggara terhadap kata kunci "sustainability" naik hingga 45 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2019.

Beberapa cara berpartisipasi dalam pariwisata berkelanjutan, kata Hermione, misalnya memilih penerbangan dengan karbon emisi yang lebih rendah atau menginap di hotel dengan sertifikasi ramah lingkungan. 

https://travel.kompas.com/read/2022/04/27/112908027/5-tren-dan-preferensi-pariwisata-2022-di-asia-tenggara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke