Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asal Mula Kain Songke Motif Mata Manuk Khas Manggarai dan Maknanya

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Selain kaya akan keindahan alam, Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki karya seni yang juga sudah dikenal luas.

Salah satunya adalah Songke, kain tenun ikat khas Manggarai. Songke di Manggarai memiliki banyak motif.

Di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, salah satu tenun ikat yang sudah sangat populer adalah motif mata manuk (mata ayam).

Motif mata manuk pertama kali dibuat oleh Maria Elisabeth C. Pranda. Ia adalah istri dari Bupati pertama Manggarai Barat, yaitu almarhum Wilfridus Fidelis Pranda.

Ia membuat itu motif mata manuk saat menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Manggarai Barat, dari 2005 hingga 2010.

Mama Maria menuturkan, pada 2007, Dinas Perindakop Provinsi NTT mendatanginya di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat. Kedatangan Dinas Perindagkop Provinsi NTT kala itu untuk menyampaikan, Kabupaten Manggarai Barat harus memiliki kain tenun khas sendiri.

"Dari situlah, muncul ide peluncuran Songke Manggarai dengan motif Mata Manuk ini," ungkap Maria saat ditemui Kompas.com, di Labuan Bajo, Sabtu (14/05/2022).

Ia menceritakan, ide motif mata manuk muncul karena ia melihat seluruh ritus adat, agama, dan penerimaan tamu-tamu di Manggarai yang selalu menggunakan ayam.

"Saya selalu mendampingi bapak Fidelis Pranda. Saya selalu melihat seluruh ritus adat, agama, penerimaan tamu-tamu selalu menggunakan ayam. Dari situ muncul ide untuk membuat motif Mata Manuk," ungkapnya.

Setelah itu, ia pun mulai membentuk kepanitiaan untuk mengadakan seminar tentang motif Mata Manuk di Manggarai Barat. Seminar pada saat itu menghadirkan seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, Muspida, organisasi wanita, kelompok perajin tenun, Ketua DPRD Mabar, Kapolres Mabar, perwakilan dari setiap kecamatan, serta para camat.

Hasil dari seminar itu, lanjut Maria, kelompok-kelompok pengrajin di desa-desa langsung membuat songke bermotif Mata Manuk.

Maria Elisabeth menjelaskan, motif mata manuk dengan model trapesium memiliki filosofi nilai budaya dan religius yang sangat tinggi bagi masyarakat Manggarai Barat.

Mata ayam yang berbentuk bulat telur, mempunyai ketajaman penglihatan dan melihat sesuatu dengan yakin dan menarik perhatian dari sesamanya.

Mata manuk dianggap lebih tajam dan peka untuk melihat musuh-musuh yang jauh.

"Mata manuk lebih tajam melihat makanan yang oleh mata manusia tidak bisa serta sebagai pengingat waktu," jelasnya.

Maria Elisabeth mengatakan, mata manuk yang diangkat sebagai motif songke khas Kabupaten Manggarai Barat berkaitan erat dengan kehidupan religius dan kehidupan sosial masyarakat Manggarai Barat.

"Manuk (ayam) sebagai sarana penyembahan kepada sang pencipta dan leluhur, alam ritus-ritus adat. Ayam juga sebagai sarana perdamaian dan persaudaraan, sebagai simbol kejantanan dan keberanian, serta sebagai penolak bala," katanya.

Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Bupati Pertama Manggarai Barat Almarhum Fidelis Pranda yang telah mendukung penuh lahirnya motif "Mata Manuk", serta sejumlah pihak lain yang terlibat, termasuk masyarakat Manggarai Barat.

Menurutnya songke Manggarai bermotif mata manuk telah terdaftar di Kementrian Hukum dan Ham (Kemenkumham) sejak Rabu 23 September 2020 lalu.

"Kami telah mendaftarkan Kain Tenun motif mata manuk ke Kemenkumham melalui Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual di Jakarta," pungkasnya.

https://travel.kompas.com/read/2022/05/15/190700727/asal-mula-kain-songke-motif-mata-manuk-khas-manggarai-dan-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke