Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wisata Cuntel: Mau Glamping, Agrowisata, atau Sekadar Cuci Mata di Lereng Merbabu, Bisa!

CUNTEL. Nama ini dalam bahasa Jawa berarti ujung, akhir, atau penghabisan. Di lereng utara Gunung Merbabu, Cuntel adalah nama sebuah kampung atau dusun. Lokasi tepatnya ada di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Sesuai arti nama Cuntel, tak ada lagi jalan setelah kampung ini. Sesudah Cuntel hanya ada jalan setapak menuju puncak Damalung, nama kuno Gunung Merbabu. Betul, Cuntel adalah salah satu jalur dan pos pendakian Gunung Merbabu.

Foto ciamik berlatar puncak-puncak gunung di Jawa Tengah buat diunggah di dunia maya tentu bisa juga diambil di sini.

Bila datang di waktu yang tepat dan beruntung dengan cuaca, wisatawan setidaknya bisa sekaligus melihat puncak Gunung Slamet, Sumbing, Sindoro, Telamaya, dan Andong, selain puncak Gunung Merbabu itu sendiri.

Tak hanya menyediakan banyak pilihan aktivitas wisata, Cuntel juga diingini memiliki konsep pengembangan yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat sekaligus berkelanjutan.

Segelondong visi dan rencana pun masih ingin diwujudkan Panjul—panggilan Joko Susilo—untuk pengembangan wisata Cuntel.

"Satu hal, saya tidak ingin pariwisata menjauhkan kami dari pertanian, apalagi menyingkirkan pertanian sebagai sumber utama penghidupan kami. Pertanian harus tetap menjadi diri kami, (sementara) pariwisata memberi nilai tambah," tutur Joko yang sebelum menjadi kepala dusun pada 2020 sudah lebih dulu malang melintang di dunia pendakian Gunung Merbabu.

Dari sekian hal yang sudah dilakukan dan berjalan di Cuntel, ada konsep pengembangan bisnis wisata berbasis bagi hasil dan pemberdayaan.

Konsep bagi hasil menempatkan dana investor untuk membangun lokasi, sementara tanah tetap milik warga setempat. Pendapatan usaha dibagi di antara mereka berdasarkan kesepakatan bersama.

Lalu, sudah dimulai juga tempat usaha di Cuntel yang sepenuhnya menggunakan sebanyak-banyaknya sumberdaya setempat, mulai dari tenaga kerja sampai pasokan kebutuhan dapur termasuk susu dan sayuran untuk sajian tamu. 

"Kalaupun harus beli produk yang bukan produk lokal, kami beli dari warung di sini, sekalipun sebenarnya barang itu bisa didapat bahkan langsung dari distributor dengan harga lebih murah. Silakan pasok barang ke warung di sini, kami beli dari warung itu," tutur Nugroho, kru di Merbabu View & Cafe, salah satu usaha yang memelopori dan menerapkan konsep pemberdayaan di Cuntel, Rabu (18/5/2022).

Di luar itu, tarif masuk ke Cuntel hanya untuk parkir. Satu kali bayar untuk semua lokasi yang dituju di Cuntel. Pengelolanya, Karang Taruna. Uangnya terutama dipakai untuk penataan kampung. Dengan pembagian tugas ini, perangkat kampung tinggal mengupayakan pembenahan infrastruktur.

"Dengan begini, ketika tamu memuncak di akhir pekan atau liburan, semua warga saling bantu untuk mengatur parkir di seluruh area kampung, tak hanya di lokasi tujuan tamu," ujar Joko. 

Selain itu, warga dan pengelola usaha pun saling bantu mengenalkan produk lokal dan layanan wisata yang ada di Cuntel. Misal, ada tamu yang ingin ikut memanen sayuran, warga dan pengelola usaha di Cuntel bisa membantu memberi informasi bahkan mengantar tamu ke lokasi lahan sayuran yang dimau.

"Dari obrolan dengan pengunjung, yang membedakan Cuntel dengan lokasi wisata lain adalah udara dan keramahan warga. Itu yang kami jaga dan saling ingatkan, jangan sampai surut apalagi hilang," ungkap Joko.

Untuk memastikan kemacetan tak terjadi di hari-hari padat pengunjung sekaligus mendorong wisatawan mengitari seluruh Cuntel dan potensi wisata lereng utara Gunung Merbabu, Joko berkoordinasi dengan para pemangku kebijakan untuk membuat jalur tembus ke Dusun Deles, Desa Jogonayan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

"Masuk lewat pertigaan Umbul Songo, keluar di Deles. Satu arah. Semua potensi wisata lereng utara Merbabu ini dilintasi wisatawan. Semoga terealisasi pada 2023," ungkap Joko.

Pilihan rute menuju Cuntel

Berlokasi di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Cuntel bisa didatangi dari arah Kota Salatiga serta Kota dan Kabupaten Magelang.

Pengguna tol Trans-Jawa dari arah barat bisa keluar di Pintu Tol Bawen. Belok ke kiri mengarah ke Kota Salatiga, belok saja ke Jalan Lingkar Salatiga (JLS) begitu tampak gerbang masuk kota itu. Susuri JLS hingga bertemu petunjuk arah untuk berbelok ke kanan menuju Kopeng. 

Sebaliknya bila pengguna tol datang dari arah timur, keluar saja di Pintu Tol Salatiga di kawasan Tingkir. Dari pintu tol itu, ikuti petunjuk arah menuju Kota Salatiga, hingga bertemu pertigaan jalan Salatiga-Solo. Dari situ belok kiri, ikuti petunjuk untuk belok kanan memasuki JLS. Susuri JLS hingga bertemu petunjuk untuk belok kiri ke arah Kopeng.

Memasuki jalur ke Kopeng, perjalanan akan melewati kawasan penghasil susu sapi dan kopi, Salib Putih. Susuri saja Jalan Raya Getasan itu menuju Kopeng hingga bertemu semacam tugu di tengah jalan. Kantor Koramil Getasan ada di sisi selatan tugu, di kiri jalan untuk rute ini, di pojok barat persimpangan menuju jalur pendakian Tekelan.

Belok saja ke kanan, lanjutkan sedikit lagi perjalanan ke arah Kopeng. Tak sampai 500 meter, ada pertigaan ke kiri. Di peta akan terbaca jalan menuju Umbul Songo. Kalau ini terlewat, tak sampai 100 meter ada gerbang Taman Wisata Kopeng.

Sejatinya, tiga jalan itu—Tekelan, Umbul Songo, dan Taman Wisata—bisa tembus juga ke Cuntel. Kalau harus memilih, saya memilih yang tengah. Namun, ini pilihan bebas saja. Terlebih lagi, pilihan dan kebablasan pun tipis saja bedanya.

Jalan tengah dan pintu taman wisata akan bertemu di Kampung Bunga, Dusun Dukuh, bila tujuannya adalah Cuntel. Pencinta kembang dan tanaman hias boleh berpuas-puas diri di sini.

Kembali ke rute, Cuntel juga bisa didatangi dari arah Magelang. Patokan paling gampang adalah Terminal Bus Magelang.

Dari arah terminal tersebut, lanjutkan perjalanan ke arah selatan, hingga bertemu pertigaan mengarah ke Kopeng. Antara lain melewati kawasan Tegalrejo, ikuti saja petunjuk arah ke Kopeng.

Selebihnya sama seperti perjalanan dari arah melalui Kota Salatiga tadi.

Apa yang ditemui?

Memasuki jalur menuju Cuntel, yang pertama didapati adalah Taman Nasional Gunung Merbabu di sisi kiri jalan. Ada air terjun di dalamnya. Itu, Umbul Songo. 

Melintasi jalan selebar empat meter, berselang-seling antara jalur beton rapi dan aspal berlubang, deretan lokasi wisata akan gampang saja dijumpai. Di antaranya ada Embun Merbabu, Latar Merbabu, Merbabu View & Cafe, Merbabu Sae, Merbabu Park, Bukit Harapan Cuntel, Pinus Cuntel, dan Awan Putih.

"Sejak tahun lalu, camping dan glamping jadi tren," ujar Joko.

Pilihan untuk dua tren itu berserak di lereng utara Merbabu. Sudah jauh-jauh hari, kawasan ini telah menjadi lokasi berkemah bahkan kegiatan live in siswa dari sekolah-sekolah tertentu di Kota Salatiga. Sebut saja pilihannya antara lain Awan Putih, Pinus Cuntel, dan Bukit Harapan Cuntel. 

Untuk menyaksikan pesona semesta dari ketinggian lereng Merbabu, bila tak mau keluar biaya pun ada gardu pandang Kopeng. Bahkan, berpose dengan motor diparkir di tengah lajur jalan yang diapit kebun-kebun sayuran warga berlatar Gunung Merbabu sudah bisa menjadi lokasi untuk foto-foto instragamable. 

Adapun jika hendak menikmati pesona semesta berteman kopi, Merbabu View & Cafe bisa jadi salah satu pilihan relatif paling anyar saat ini. Tersedia lokasi-lokasi untuk berfoto dengan rancangan menempatkan puncak empat gunung di kejauhan sebagai latar. Memotret punggung Gunung Merbabu dari sini juga ciamik.

Butuh tempat menginap selain tenda, kawasan ini menyediakan ragam pilihan dari losmen sampai kabin yang memang disewakan. Ingin berenang, ada kolam renang di Taman Wisata Kopeng, selain di air terjun Umbul Songo di dalam Taman Nasional Gunung Merbabu. 

Kuliner? Apa pun makanannya, pilihannya hanya dua, yaitu enak dan enak banget. Sudah begitu, terutama buat orang kota, murah harganya. 

Wisata Cuntel boleh dibilang merupakan secercah berkah tak terduga dari pandemi. Meski alamnya tak berubah, penggarapan serius kawasan ini untuk menjadi objek wisata beririsan waktu dengan pandemi.

Sebelumnya, Kopeng memang sudah menjadi kawasan wisata. Berdasarkan penelusuran arsip Kompas, kawasan ini mulai digagas menjadi lokasi wisata sejak 1979. Pengerjaannya sebagai penyangga wisata dimulai pada 1980. 

Namun, seperti kata Joko, Kopeng lebih dirasa sebagai tempat mampir semata pada waktu-waktu lalu.

Lokasinya yang menjadi jalur alternatif menuju Yogyakarta lewat Magelang, adalah salah satu sebab. Selebihnya, Kopeng termasuk Cuntel cenderung diakrabi oleh para pendaki, penikmat wisata luar ruangan, warga lokal, serta bakul sayur dan kembang saja. 

Cuntel masih punya banyak cerita dan sisi lain. Tak dapat dimungkiri, Cuntel tetaplah bagian dari Gunung Merbabu, salah satu gunung api aktif yang lama tidur nyenyak.

Tak hanya itu, Gunung Merbabu pun masih menyimpan misteri. Salah satunya terkait naskah kuno yang dikenal sebagai Naskah Merapi Merbabu.

Naskah Merapi Merbabu masih teramat minim diteliti apalagi terpublikasi. Naskah ini diyakini merupakan mata rantai yang hilang sekaligus penting dari sejarah Jawa.

Pun, di punggung utara gunung yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Boyolali ini ada desa-desa yang mayoritas warganya beragama Buddha, ketika jejak Hindu tinggal berupa artefak.

Kisah Cuntel, Kopeng, dan lereng Gunung Merbabu belumlah tamat di tulisan ini.

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

https://travel.kompas.com/read/2022/05/24/142213427/wisata-cuntel-mau-glamping-agrowisata-atau-sekadar-cuci-mata-di-lereng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke