Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan asing, memang penting. Namun yang lebih penting ialah bagaimana memastikan momen kebangkitan pariwisata ini diikuti pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno rutin membagikan kabar baik tentang pariwisata Indonesia melalui kanal media sosialnya.

Di akun Instagramnya, Sandiaga mengabarkan bahwa pada Januari-Maret 2022, kunjungan wisatawan mancanegara meningkat 225 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sandiaga meyakini, jika pandemi Covid-19 terus terkendali, maka jumlah kedatangan wisatawan asing akan tumbuh 1,2 persen hingga 2,4 persen atau sebesar 3,6 juta orang.

Unggahan Sandiaga tentu membawa angin segar, tidak hanya bagi 8,6 juta pengikutnya di Instagram, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia, terutama pelaku industri pariwisata. Mereka sangat merasakan dampak buruk pandemi dalam dua tahun terakhir.

Akibat pandemi Covid-19, setidaknya 1.139 hotel dan 286 usaha restoran, tempat wisata, dan hiburan tutup, menurut laporan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

Kita patut bersyukur peningkatan jumlah kedatangan wisman di Indonesia, tetapi kita tidak boleh lengah.

Peningkatan jumlah kunjungan wisman memang mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi pertanyaan selanjutnya ialah apakah manfaat ekonomi ini akan menjamin keberlanjutan ekologis dan keberlanjutan sosial budaya, -- dua elemen penting dalam pariwisata berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan vs konvensional

Di dalam pariwisata berkelanjutan, keberlanjutan ekologis dan sosial budaya sama pentingnya dengan keberlanjutan ekonomi.

Hal inilah yang membedakan pariwisata berkelanjutan dengan pariwisata konvensional.

Dalam pariwisata konvensional, pariwisata hanya dipandang sebagai industri, dan karena itu, pariwisata hanya digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan perekonomian.

Sebaliknya, dalam pariwisata berkelanjutan, pariwisata dipandang sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Dalam pariwisata berkelanjutan, tujuan dari pariwisata ialah lebih dari sekadar memberikan manfaat ekonomi. Pariwisata berkelanjutan bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Oleh karena itu, pariwisata berkelanjutan tidak hanya berfokus pada bagaimana memajukan ekonomi, tetapi juga bagaimana membangun perdamaian dan menegakkan hak asasi manusia.

Dalam pariwisata berkelanjutan, indikator keberhasilannya ialah kualitas interaksi antara wisatawan dan masyarakat, bukan jumlah wisatawan dan pengeluaran wisatawan seperti dalam pariwisata konvensional.

Karena jumlah wisatawan dan pengeluaran wisatawan merupakan indikator keberhasilan dalam pariwisata konvensional.

Namun, alam dan manusia dieksploitasi. Warisan alam dan keanekaragaman hayati diabaikan demi keuntungan ekonomi semata.

Dalam pariwisata berkelanjutan, menjaga proses ekologi dan melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati adalah keharusan.

Budaya tuan rumah wajib dihormati dan nilai-nilai tradisional mereka wajib dilestarikan. Tujuannya ialah membangun toleransi budaya antara wisatawan dan masyarakat tuan rumah.

Karena bertujuan mengurangi kemiskinan, pariwisata berkelanjutan juga mengharuskan distribusi manfaat-manfaat ekonomi secara adil, mulai dari lapangan kerja hingga layanan sosial, bagi seluruh anggota masyarakat.

Pariwisata berkelanjutan memastikan bahwa operasi ekonomi yang layak berjalan dalam jangka panjang.

Tur operator dan biro perjalanan wisata, misalnya, mulai mendapatkan tamu mancanegara. Salah satunya ialah Horas Tours di Medan, Sumatera Utara.

Menurut manajer turnya, Christine Kowandi, tamu-tamu dari Perancis dan Jerman telah kembali berdatangan ke Medan sejak 12 Mei 2022.

Juga mulai terisi hotel-hotel dan rumah-rumah penginapan, terutama di destinasi-destinasi pariwisata prioritas seperti Bali dan Yogyakarta.

Deddy Pranowo, ketua PHRI Yogyakarta, mengatakan, rata-rata okupansi hotel-hotel di Yogyakarta meningkat tajam dari yang sebelumnya selalu kurang dari 30 persen pada 2020 dan 2021 menjadi 90,8 persen pada saat libur Lebaran di awal Mei 2022.

Pelonggaran syarat perjalanan memang telah memberi manfaat ekonomi untuk masyarakat, terutama mereka yang bekerja di sektor pariwisata. Namun sayangnya produksi sampah di destinasi-destinasi wisata kian meningkat seiring membludaknya kunjungan wisatawan.

Pada libur Lebaran awal Mei 2022, volume sampah meningkat, tidak hanya di Bali, tetapi juga destinasi-destinasi wisata lainnya, seperti obyek wisata Waduk Cirata di Purwakarta, Jawa Barat, dan pantai Tanjung Bira, Sulawesi Selatan, menurut laporan berita dari berbagai media.

Produksi sampah yang tinggi ini tidak hanya merusak tatanan lingkungan, tetapi juga mengganggu ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati.

Berbagai laporan berita tentang sampah tersebut tidak boleh dipandang sepele karena jika permasalahan sampah terus diabaikan, destinasi-destinasi wisata akan terus dibanjiri sampah, terutama di musim liburan. Dampaknya, pariwisata berkelanjutan akan semakin sulit diwujudkan di Indonesia.

Sebelum pandemi, jumlah sampah di Bali mencapai 4.281 ton setiap hari dan 1,5 juta ton setiap tahun, menurut penelitian dari Bali Partnership pada Januari-Mei 2019. Dari jumlah tersebut, 11 persen di antaranya mengalir ke laut.

Sekitar 60 persen dari total sampah di Bali berjenis sampah organik. Sisanya adalah sampah plastik (20 persen) dan sampah kertas (11 persen). Dari jumlah itu, 52 persen sampah belum dikelola dengan baik.

Tingginya produksi sampah yang terjadi sebelum masa pandemi tidak boleh terjadi lagi setelah pelonggaran syarat perjalanan.

Harus diupayakan agar momen kebangkitan industri pariwisata di Indonesia diikuti dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan, bukan pariwisata konvensional.

Perlu diingat bahwa persoalan kebersihan dan ketahanan lingkungan yang selama ini menjadi kelemahan pariwisata Indonesia, menurut laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) Daya Saing Pariwisata.

Dari segi ketahanan lingkungan, Indonesia berada di peringkat ke-135 di antara 140 negara. Indonesia berada di belakang Korea, Singapura, dan Malaysia, yang masing-masing berada di peringkat ke-27, 61, dan 105.

Kolaborasi

Sinergi dan kerja sama adalah kunci utama untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Salah satu contoh baik dari hasil kolaborasi ialah program kalkulasi jejak karbon, Carbon Footprint Calculation and Offsetting, yang merupakan hasil kerja sama pemerintah dengan Gojek dan Jejak.In.

Melalui program tersebut, masyarakat didorong untuk menghitung jejak emisi karbon yang mereka tinggalkan dari perjalanan yang mereka lakukan.

Penghitungannya menggunakan aplikasi Gojek. Emisi yang dihasilkan akan dikalkulasikan dan kemudian dikonversikan dalam nilai satuan pohon.

Pelaku perjalanan diajak menanam pohon melalui donasi yang mereka bisa salurkan dengan menggunakan aplikasi Gojek.

Berapa banyak pohon yang mereka harus tanam dan berapa besar donasi yang mereka harus keluarkan untuk pembelian bibit pohon disesuaikan dengan berapa besar emisi karbon yang mereka produksi selama perjalanan.

Program kalkulasi jejak karbon layak mendapat apresiasi karena berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat bahwa perjalanan wisata juga menghasilkan polusi.

Pelaku perjalanan wisata seharusnya menyadari hal itu dan memitigasi dampaknya dengan menanam pohon.

Carbon Footprint Calculation and Offsetting adalah contoh baik kolaborasi, tetapi sayangnya inovasi ini belum disosialisasikan ke masyarakat secara maksimal dan belum diikuti dengan mekanisme penegakan aturan yang ketat dan tegas.

Berkolaborasi dengan Gojek dan Jejak.In adalah langkah tepat, tetapi akan lebih baik jika pemerintah juga meningkatkan sinergi dan kerja sama dengan aktor-aktor non-negara lainnya, termasuk masyarakat adat.

Dalam pariwisata berkelanjutan, semua elemen masyarakat wajib dilibatkan, baik dalam pengelolaan maupun pengembangan pariwisata.

Kearifan lokal merupakan kekuatan masyarakat adat yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Di desa adat Padangtegal di Ubud, Bali, misalnya, keputusan desa adat mewajibkan setiap warga desa dan pengunjung desa adat untuk menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk upaya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Kembalinya wisman ke Indonesia menjadi tanda bangkitnya kembali pariwisata Indonesia. Akan tetapi, kita tidak boleh lengah dan terbuai dengan angka kunjungan wisata dan nilai belanja wisatawan.

Pariwisata Indonesia yang terlahir kembali ini harus menjadi pariwisata yang berkelanjutan, bukan pariwisata konvensional. Peningkatan kolaborasi merupakan kunci untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

https://travel.kompas.com/read/2022/05/31/110117527/mewujudkan-pariwisata-berkelanjutan-di-indonesia

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke