Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Lahir Soekarno, Telusuri 10 Tempat Jejak Sejarahnya

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, 6 Juni merupakan tanggal yang istimewa. Sebab, 121 tahun lalu tepatnya 6 Juni 1901, merupakan hari lahir Soekarno, sosok besar bagi bangsa Indonesia. 

Mengutip Kompas.com (6/6/2021), Presiden RI pertama itu lahir di Surabaya, Jawa Timur. Sebelumnya, sempat ada versi sejarah yang menyatakan bahwa Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur.  

Namun, menurut Cindy Adams dalam biografi Soekarno berjudul Soekarno Penyambung Lidah Rakyat menuliskan, Soekarno bercerita bahwa dia lahir di Surabaya.

“Karena merasa tidak disenangi di Bali, bapak kemudian mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk pindah ke Jawa. Bapak dipindah ke Surabaya dan di sanalah aku dilahirkan," ujar Bung Karno dalam Soekarno Penyambung Lidah Rakyat dikutip dari Kompas.com. 

Semasa hidupnya, bapak proklamator Indonesia itu berkeliling ke beberapa daerah di Indonesia. Berikut 10 tempat jejak sejarah Soekarno, yang dihimpun oleh Kompas.com. 

1. Kampung Peneleh, Surabaya

Tanah kelahiran Soekarno adalah Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV, Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. 

Berdasarkan informasi dari situs Bangga Surabaya milik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya, ahli waris rumah kelahiran Bung Karno, telah menyerahkannya kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. 

Penyerahan rumah bersejarah itu bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 75 Kemerdekaan RI, Senin (17/8/2020) lalu. Pemkot Surabaya berencana menjadikan rumah kelahiran Bung Karno sebagai museum. 

Selain rumah kelahiran Bung Karno, kawasan itu mempunyai tempat bersejarah lainnya, seperti Langgar Dukur Kayu di Kampung Lawang Seketeng dan Makam Mbah Pitono. 

2. Penjara Banceuy, Bandung 

Soekarno mulai mempelajari politik saat berada di Surabaya, dari gurunya H.O.S. Tjokroaminoto. Namun, "kawah candradimuka" bagi sang proklamator adalah Bandung. 

Her Suganda dalam Jejak Soekarno di Bandung, mencatat bahwa Bung Karno tinggal di Bandung selama 13 tahun, dari 1921 hingga 1934. Soekarno muda mengenyam pendidikan di Technische hoge School (THS), yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB).

Di Kota Kembang, Soekarno juga mulai menabuh genderang perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Bung Karno sempat mendekam di Penjara Banceuy dan Sukamiskin, Bandung sebelum akhirnya diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengutip situs Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Jawa Barat, Penjara Banceuy dibangun oleh arsitek Belanda pada 1877. Lokasinya berada di Jalan Banceuy Nomor 8 Kota Bandung.

Kala itu, Soekarno menempati sel nomor lima yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berisi kasur lipat serta toilet non permanen. Bung Karno beserta tiga rekannya berada di Penjara Banceuy selama kurang lebih delapan bulan.

Saat ini, lokasi Lapas Banceuy sudah dipindah, dengan tetap menggunakan nama Banceuy. Namun, sel penjara Soekarno tetap dipertahankan pada lokasi Penjara Banceuy awal. 

Bangunan sel itu menjadi situs sejarah. Saat ini, lokasi asli Penjara  Banceuy, telah berubah menjadi pusat perdagangan dan perkantoran.


3. Penjara Sukamiskin, Bandung

Penjara Sukamiskin berada di Jalan A.H. Nasution Nomor 114 Bandung. Mengutip situs Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Jawa Barat, bangunan penjara ini didirikan pada 1918 dengan gaya arsitektur Eropa rancangan CP Wolff Scjoemaker. 

Penjara Sukamiskin mulai difungsikan pada 1924, sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual yang dianggap menentang Belanda. Saat berada di Penjara Sukamiskin, Soekarno menghuni kamar Nomor 1 Blok Timur Atas.

Kini, sel penjara yang pernah ditempati Bung Karno dijadikan sebuah museum.Lapas ini juga menjadi saksi kelahiran buku karya Bung Karno berjudul Indonesia Menggugat. 

Bangunan Lapas Sukamiskin memiliki ciri khas, yaitu menyerupai arah empat mata angin yang terdiri dari empat blok. 

Secara fisik, bentuk bangunan lapas ini tidak banyak mengalami perubahan, kecuali beberapa bangunan tambahan. Pada 2010, Lapas Sukamiskin diresmikan sebagai aset bersejarah Kota Bandung atau bangunan cagar budaya (heritage).

4. Rumah pengasingan Ende, Flores, NTT

Kabupaten Ende, di Pulau Flores, NTT merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup Soekarno dan bangsa Indonesia. Ende merupakan tempat dimana Soekarno melahirkan pemikiran dan gagasan Pancasila yang akhirnya disahkan sebagai dasar negara. 

Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Soekarno diasingkan ke Ende selama empat tahun, mulai 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938.

Selama diasingkan, Bung Karno tinggal di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Ia ditemani oleh istrinya Inggit Garnasih, ibu mertuanya Amsi, dan kedua anak angkatnya Ratna Juami serta Kartika.

Pada 1951, dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Soekarno mengunjungi rumah tempat pengasingannya di Ende. Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Soekarno yang kala itu telah menjabat sebagai Presiden RI, bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyampaikan niatnya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum.

Kemudian, pada kunjungan keduanya 16 Mei 1954, Bung Karno akhirnya meresmikan rumah tersebut sebagai Rumah Museum. Berdasarkan informasi dari Kompas.com (1/6/2017), rumah pengasingan Bung Karno masih terawat dengan baik. 

Memasuki ruang tamu, pengunjung bisa melihat lukisan karya Bung Karno yang menggambarkan umat Hindu di Bali sedang bersembahyang. Ruang tamu serta perabotan ditata serupa saat rumah itu ditinggali Soekarno. 

Demikian juga ruang tidur Bung Karno di bagian tengah. Melangkahkan kaki ke ke bagian halaman belakang rumah, ada sumur, kamar mandi, dan dapur yang juga masih tertata seperti sedia kala.

Saat berkeliling di rumah pengasingan Bung Karno tersebut, pengunjung dapat melihat serta mengenang perjalanan dan perjuangan hidup Bung Karno di tengah pengasingan.

5. Taman Renungan Bung Karno, Ende, NTT 

Taman ini juga disebut sebagai Taman Renungan Pancasila. Lokasinya berada di Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. 

Tempat ini adalah lokasi Bung Karno merenung hingga akhirnya melahirkan gagasan mengenai Pancasila, sehingga diberi nama Taman Renungan Bung Karno.  

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (31/5/2020), di taman ini terdapat patung Bung Karno. Patung tersebut menggambarkan Bung Karno sedang duduk merenung di sebuah bangku di bawah pohon sukun yang bercabang lima.

Selain patung Bung Karno, adapula pohon sukun di area taman yang disebut sebagai Pohon Pancasila. Namun, pohon sukun tersebut bukanlah pohon asli ketika Bung Karno merenung. 

Sebab, pohon sukun yang asli sudah tumbang sejak 1960. Pohon sukun yang dilihat pengunjung merupakan pohon yang ditanam pada 1981. Saat ini, kawasan Taman Renungan Soekarno dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kreasi seni dan budaya, serta diskusi. 

7. Danau Kelimutu, Ende, NTT 

Tak hanya menawarkan panorama indah, ternyata Danau Kelimutu mempunyai nilai sejarah. Mengutip Kompas.com (1/6/2021), Bung Karno sering mengunjungi Danau Kelimutu selama masa pengasingan di Ende. 

Bahkan, kunjungan ke obyek wisata tersebut menghasilkan sebuah naskah drama berjudul Rahasia Kelimutu. Kabarnya, naskah ini menjadi satu dari 12 naskah drama yang ditulis oleh Bung Karno selama berada di Ende. 

Danau Kelimutu juga dikenal sebagai Danau Tiga Warna, karena mempunyai tiga buah danau kawah dengan warna air yang berbeda-beda, berdasarkan informasi dari Kompas.com (12/6/2021). Lokasinya berada di Gunung Kelimutu, tepatnya di Kecamatan Kalimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT. 

Danau berwarna biru bernama Tiwu Ata Bupu, yang artinya danau orangtua. Danau berwarna merah bernama Tiwu Ata Polo atau danau sihir. Sementara danau berwarna hijau bernama Tiwu Nuwa Muwi Kou Fai yang artinya danau muda-mudi.

8. Rumah pengasingan Bangka, Kepulauan Bangka Belitung

Setelah kemerdekaan Indonesia, Soekarno yang telah menjabat sebagai Presiden RI kembali diasingkan ke Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Sebab, ia dinilai menghalangi langkah Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. 

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (6/6/2021), Sejarawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, Bung Karno diasingkan di Bangka selama 1948-1949. Lokasi pengasingan Bung Karno berada di Pesanggrahan Menumbing, tepatnya di puncak perbukitan Menumbing, Bangka Barat. 

Kemudian, Bung Karno dipindahkan ke pusat Kota Muntok, Bangka Barat. Pasalnya, Belanda menilai Pesanggrahan Menumbing kurang layak sehingga membahayakan kesehatan Bung Karno. 

Belanda sangat berhati-hati dalam menjaga tahanan politik mereka, karena diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kini, kawasan perbukitan Menumbing serta bangunan di atasnya menjadi  cagar budaya yang dilindungi, sekaligus lokasi wisata sejarah. 


9. Istana Kepresidenan Tampaksiring, Bali 

Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Soekarno saat menjabat sebagai Presiden RI pertama. Mengutip situs Kementerian Sekretariat Negara, Bung Karno menginginkan tempat peristirahatan bagi Presiden RI beserta keluarga dan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Bali.

Tamu negara yang pertama kali menginap di istana ini adalah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, beserta permaisurinya pada 1957.

Kompleks Istana Kepresidenan Tampaksiring terdiri dari lima gedung utama dan satu pendopo. Salah satu bagian dari Istana Kepresidenan Tampaksiring, adalah Wisma Merdeka. 

Bung Karno menjadikan tempat ini untuk mencari inspirasi, merumuskan pemikiran, serta menuliskan pidato. 

Fungsi Istana Kepresidenan Tampaksiring sejak awal adalah sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden RI beserta keluarga dan bagi tamu-tamu negara. Seiring berjalannya waktu, fungsi dari Istana Kepresidenan Tampaksiring mengalami perkembangan menjadi tempat pariwisata. 

Lokasi Istana Kepresidenan Tampaksiring berada di Jalan Ir Soekarno, Manukaya, Tampaksiring, Gianyar, Bali. 

10. Museum dan makam Bung Karno, Blitar

Makam Bung Karno berada di Blitar, Jawa Timur tepatnya di Jalan Ir. Soekarno Nomor 152 Kota Blitar. Kompleks pemakaman Bung Karno ini juga dilengkapi dengan museum dan perpustakaan. 

Mengutip Kompas.com (6/6/2020), perpustakaan ini menyimpan beragam koleksi yang berkaitan dengan Bung Karno. Salah satu koleksi tersebut adalah buku-buku yang berisi kisah hidup Bung Karno dan karya-karyanya. 

Selain itu, pengunjung bisa menemukan koleksi lukisan, barang-barang, dan patung Bung Karno. Museum dan perpustakaan Bung Karno ini diresmikan pada 2004.

Wisatawan biasanya berziarah terlebih dulu ke makam Bung Karno, kemudian lanjut mengunjungi museum dan perpustakaan. 

https://travel.kompas.com/read/2022/06/06/173100727/hari-lahir-soekarno-telusuri-10-tempat-jejak-sejarahnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke