Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rangkaian Perayaan Hari Raya Kuningan untuk Umat Hindu

KOMPAS.com – Hari Raya Kuningan dirayakan 10 hari setelah Hari Suci Galungan. Tahun ini, Hari Raya Kuningan jatuh pada hari Sabtu (13/1/2023).

Jika Galungan diperingati untuk merayakan kedatangan para dewa dan leluhur ke bumi, Kuningan diperingati sebagai momen kembalinya para dewa dan leluhur ke surga. 

  • Makna Hari Raya Kuningan yang Masih Serangkaian dengan Galungan
  • Kapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023? 

"Kalau Kuningan, dewa-dewa (dan) leluhur kembali ke surga. Puncaknya tetap di Galungan. Kuningan itu mereka sudah kembali," kata Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali I Gede Pitana. dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/4/2021). 

Oleh sebab itu, dalam memperingati Hari Raya Kuningan, umumnya umat Hindu di Bali akan merayakannya secara sederhana. 

"Kuningan itu kecil. Biasalah, misalnya seperti kita upacara di kantor, dibuka oleh menteri, ditutup pak lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja," tuturnya.

Kegiatan saat Hari Raya Kuningan

Dilansir dari laman Dinas Perumahan Buleleng, nama lain dari Hari Raya Kuningan adalah Tumpek Kuning. Berdasarkan perhitungan kalender Bali, Tumpek Kuning biasanya jatuh pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan.

Dalam merayakan Hari Raya Kuningan, umat Hindu akan membuat sesajen untuk dipersembahkan ke sejumlah palinggih atau pelinggih (tempat pemujaan). 

Isi sesajen di palinggih utama ada tebog (alas sesajen yang dibuat dari janur), canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi. 

Lalu, di palinggih yang lebih kecil, sesajennya berupa nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi. 

Bagian kamar suci (tempat membuat sesajen atau paruman), sesajennya berisi nasi kuning, lauk pauk, dan daging bebek. 

Sementara itu, untuk palinggih di seluruh bangunan (pelangkiran) akan diisi dengan gantung-gantungan, tamiang, dan kolem. 

Kemudian, untuk setiap keluarga yang merayakan Kuningan akan membuat dapetan, dengan isi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek atau ayam.

Tebog yang sudah dibuat juga akan diisi dengan nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan wayang-wayangan dari bahan pepaya atau mentimun. 

Bagian dasar tebog dibuat memakai taledan yang diisi dengan ketupat nasi,  dan dua buah sampiannya yang disebut kepet-kepetan. 

Bagi keluarga yang tidak bisa membuat tebog, bisa menggantinya dengan piring.

Sebagai informasi, saat Kuningan ada juga sejumlah perlengkapan yang khas, misalnya endongan sebagai simbol persembahan kepada Sang Hyang Widhi.

Lalu, ada tamiang yang punya simbol sebagai penolak malabahaya dan kolem yang menggambarkan tempat peristirahatan Sang Hyang Widhi atau para dewa dan leluhur.

Tujuan peringatan Hari Raya Kuningan 

Hari Raya Kuningan diperingati atas dasar pemujaan kepada Pitara. Umat Hindu umumnya akan berdoa memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin.

Umat Hindu percaya saat para dewa turun ke bumi bersama para leluhur, waktunya hanya sampai tengah hari.

Oleh karena itu, saat perayaan Kuningan umat Hindu akan bersembahyang dan melakukan upacara hanya sampai siang, umumnya pukul 12.00 siang.

Kemudian, pada Rabu Kliwon, Wuku Pahang atau disebut dengan Hari Pegat Wakan yang merupakan hari terakhir dari semua rangkaian Galungan dan Kuningan.

Sesajen yang diberikan pada hari tersebut ada sesayut dirgayusa, panyeneng yang tatebus (dilunasi atau ditebus) ke kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.                    

Setelah acara tersebut selesai, berakhir pula seluruh rangkaian Galungan dan Kuningan yang selama 42 hari. Seluruh rangkaian perayaan tersebut dihitung sejak hari Sugimanek Jawa.

https://travel.kompas.com/read/2022/06/18/194643927/rangkaian-perayaan-hari-raya-kuningan-untuk-umat-hindu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke