Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Jokowi dan Pemimpin Negara Naik Kereta ke Ukraina?

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dan Iriana Jokowi pergi ke Ukraina menggunakan kereta luar biasa (KLB) dari Stasiun Przemysl Głowny di Polandia, Rabu (29/06/2022) menuju Kyiv.

Jokowi tiba di Stasiun Central Kyiv pukul 08.50 waktu setempat setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 11 jam.

Adapun kereta yang ditumpangi Jokowi dan Iriana telah disiapkan oleh Pemerintah Ukraina untuk mengantar para pemimpin negara yang akan berkunjung ke ibu kota Ukraina.

Lantas, mengapa Presiden Jokowi dan pemimpin negara lainnya harus naik kereta ke Ukraina pada malam hari?

Salah satu alasannya adalah faktor keamanan.

Mengutip DW, Kamis (16/06/2022), Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki dan wakilnya Jaroslaw Kaczynski, pimpinan partai penguasa di Polanda, serta pemimpin Slovenia dan Ceko Janez Jansa dan Petr Fiala, misalnya, juga menaiki kereta malam menuju Kyiv.

Mereka kemudian bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di sebuah bunker yang terletak di bawah rumah dinasnya. Disebutkan pula, penting untuk merahasiakan perjalanan para pemimpin, mengingat potensi bahaya bahwa mereka bisa saja menjadi korban atas serangan Rusia.

Setelah para pemimpin Uni Eropa tersebut, beberapa pemimpin negara lain pun mengunjungi Ukraina menggunakan kereta api.

Termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, PM Inggris Boris Johnson, PM Kanada Justin Trudeau, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Sebab, wilayah udara Ukraina bahkan telah ditutup sejak invasi 24 Februari. Banyak jalan masih sulit diakses karena pertempuran yang sengit.

Maka, dengan kondisi tersebut, kereta api menjadi sarana terbaik untuk mengangkut para politisi dan tamu penting negara yang datang dari seluruh dunia, menuju Kyiv.

Walau pertempuran telah bergeser ke Ukraina timur, namun perjalanan ke Kyiv dengan kereta api tetap berisiko.

Serangan rudal Rusia terus menghujani rel, jembatan, dan stasiun kereta api provinsi, terutama untuk mengganggu pasokan senjata.

Meski demikian, delegasi biasanya didampingi oleh personel keamanan nasionalnya sendiri, ditambah dengan personel keamanan dari Ukraina.

Namun di lapangan, hal itu rupanya tak selalu bisa dilakukan.

Misalnya, kunjungan Menteri Luar Negeri AS Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada April lalu baru diumumkan setelah kunjungan, karena khawatir adanya serangan rudal Rusia.

Namun, tim keamanan Ukraina dan Polandia pasti tak akan senang jika kunjungan diumumkan mendadak. Seperti kunjungan PM Polandia Morawiecki yang mengumumkan kunjungannya saat sudah berada dalam perjalanan ke Kyiv.

Ketua Perkeretaapian Ukraina, Oleksandr Kamyshin sempat mengatakan kepada penyiar CNN Amerika bahwa aksi solidaritas itu disambut baik, namun agak terburu-buru.

Sejak invasi, ia dan rekan-rekannya telah mengoperasikan kereta yang terus-menerus mengubah lokasinya.

Menurut Kamyshin, ia bahkan tak bisa mengatakan kepada anak-anaknya dan juga menyarankan mereka untuk tidak membeberkan lokasinya.

"Semua seharusnya memahami ini situasi perang. Tapi saya tidak bisa menginstruksikan para perdana menteri," ucapnya, dikutip DW.

Setelah itu, presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga baru mengumumkan lawatannya melalui Twitter. Padahal, pada hari yang sama terjadi serangan rudal Rusia terhadap stasiun kereta api di Kota Kramatorsk, di timur Ukraina, yang menewaskan lebih dari 50 orang.

Sementara kunjungan PM Inggris Boris Johnson juga berlangsung nyaris bersamaan. Lawatan itu sudah direncanakan selama berminggu-minggu, namun tertunda beberapa kali karena alasan keamanan.

Informasi itu juga seharusnya tidak dipublikasikan hingga setelah kunjungan berlangsung. Namun, kedutaan Ukraina di London malah mengunggah foto Johnson ketika masih di Kyiv bersama Zelenskyy.

https://travel.kompas.com/read/2022/06/30/090411827/mengapa-jokowi-dan-pemimpin-negara-naik-kereta-ke-ukraina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke