Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemulihan Ekonomi Pariwisata

Pandemi membuat sektor pariwisata mendadak redup karena pemerintah harus memberikan prioritas pada kebijakan-kebijakan yang berlawanan dengan logika pariwisata.

Atas nama protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran virus Covid-19, mobilitas masyarakat harus dibatasi. Sementara itu, sektor pariwisata sangat bergantung pada kebijakan pro-mobilitas.

Untuk itu, pemerintah juga harus belajar banyak dari bencana pandemi ini, terutama terkait ambisi sektor pariwisata.

Pandemi memberikan pesan secara jelas bahwa sektor pariwisata, dengan segala kemilau ekonominya, juga memiliki kelemahan yang justru sangat merugikan jika tidak dipahami dengan benar.

Sektor pariwisata sangat bergantung pada waktu (season) dan mobilitas masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun global.

Artinya, sektor pariwisata yang sangat ditentukan oleh tingkat kunjungan wisatawan bisa mendadak mati suri karena pembatasan pergerakan penduduk yang diterapkan pemerintah atau atas keputusan otonom masyarakat.

Dengan kata lain, setelah pandemik berlangsung kurang lebih dua tahun, semuanya menjadi jelas bahwa sektor pariwisata yang digadang-gadang oleh pemerintah sebagai sektor masa depan justru terdisrupsi sedemikian rupa.

Fokus pemulihan ekonomi

Namun sepanjang tahun 2021, secara sektoral pemerintah nampaknya salah fokus. Pemerintah, sebagaimana pernah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, di saat pandemi sektor pariwisata harus diselamatkan dan digenjot lebih masif lagi.

Padahal sektor pariwisata hanya bisa diandalkan saat kondisi ekonomi normal dan pendapatan masyarakat untuk kebutuhan dasar tidak terancam oleh ketidakpastian hari esok.

Faktanya di saat pandemi, masyarakat justru sedang fokus pada pendapatan dan pengamanan pemasukan untuk menjamin kepastian kebutuhan dasar, bukan untuk "leisure."

Sementara di sisi lain, tingkat ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi membuat kelas menengah menahan diri untuk mengonsumsi produk-produk berjenis "leisure."

Dengan fakta itu, pemerintah semestinya tidak meletakan sektor pariwisata sebagai sektor prioritas penyelamatan, tapi memikirkan bagaimana cara untuk mempercepat normalisasi ekonomi agar kemudian sektor pariwisata bisa didorong untuk bangkit kembali.

Jika pemerintah justru memilih sektor pariwisata sebagai prioritas normalisasi, tapi lamban dalam menormalisasi ekonomi rakyat, terutama daya beli masyarakat Indonesia, pemerintah justru seperti memasang penyaring air di hilir alias bukan menghilangkan sumber pencemaran airnya.

Tentu hasilnya akan sangat sulit dicapai. Dalam konstelasi interaksi kebijakan yang demikian, sektor pariwisata tentu akan kebal (netral) terhadap berbagai intervensi selama keadaan ekonomi belum normal.

Jadi menurut saya, pemerintah semestinya harus sangat fokus terlebih dahulu pada kebijakan countercylical yang akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi nasional kembali ke irama prapandemik, bukan hanya sekadar menahan risiko pelemahan lebih lanjut.

Kebijakan dan program-program yang berpotensi meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat, memperbaiki iklim investasi di sektor riil, dan mendorong kinerja ekspor, harus didahulukan.

Setelah situasi ekonomi benar-benar menunjukan sinyal prospektif, baru kemudian sektor pariwisata baru bisa dimasifkan kembali.

Karena jika pemerintah justru memberi prioritas pada sisi hilir, sementara hulunya tak benar-benar diperhatikan, angka pertumbuhan progresif untuk keluar dari tekanan pandemi akan semakin lama diraih di satu sisi dan daya tahan ekonomi masyarakat akan semakin rentan di sisi lain.

Walhasil, sektor pariwisata akan semakin lama untuk pulih. Dan berbagai terobosan ekonomi pariwisata akan semakin tumpul terhadap prospek pertumbuhan sektor pariwisata.

Sementara dari sisi lain, saat pemerintah fokus pada normalisasi performa ekonomi dan pemulihan daya beli beli masyarakat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan lembaga terkait baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah (dinas-dinas pariwisata), harus aktif-agresif membenahi destinasi-destinasi unggulan di segala sisi (terutama 3A/Aksesbillitas, Amenitas, dan Atraksi).

Harapannya saat ekonomi mulai pulih, saat pendapatan dan daya beli kelas menengah mulai kembali seperti masa prapandemik, dan saat segala protokol ketat mobilitas spasial mulai longgar, destinasi-destinasi tersebut sudah siap mereaksi peningkatan permintaan. Semoga.

https://travel.kompas.com/read/2022/07/07/131532127/pemulihan-ekonomi-pariwisata

Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke