Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Panduan Wisata ke Teluk Kabola: Melihat Mawar, Dugong Jantan yang Langka

KOMPAS.com - Kehadiran Mawar, dugong jantan penghuni Teluk Kabola di kawasan SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi daya tarik alam bawah laut yang kian memesona.

Mawar bisa dikunjungi oleh wisatawan menggunakan perahu nelayan yang terparkir di tepi pantai.

  • Menyapa Mawar, Dugong Jantan Penghuni Selat Pantar Alor NTT
  • Melihat Lebih Dekat Kehidupan Suku Abui di Desa Adat Takpala Alor, NTT

Sebelum itu, agaknya penting untuk mengetahui sejumlah panduan berikut ini supaya perjalanan lancar melihat Mawar di habitatnya berjalan lancar.

Panduan wisata melihat dugong di Teluk Kabola

Berikut ini adalah panduan wisata melihat dugung di Teluk Kabola di kawasan SAP Selat Pantar, Alor, NTT:

1. Akses dan transportasi

Untuk mencapai kawasan Pantai Mali, wisatawan bisa menyewa mobil dengan harga mulai dari Rp 500.000 per hari atau bernegosiasi harga dengan pengendara ojek di bandara. Jaraknya hanya sekitar 1,5 kilometer saja dari Bandara Mali, Alor, NTT.

Sesampainya di Pantai Mali, wisatawan bisa bertanya langsung dengan nelayan lokal, agar diantarkan ke lokasi dugong berada.

Wisatawan yang ingin bertemu dengan mawar bisa membayar biaya kontribusi, sesuai dengan peraturan yang disepakati pihak pengelola dengan pemda setempat.

Masyarakat lokal Alor dikenakan tarif Rp 100.000 per orang. Sementara masyarakat dari luar Alor Rp 150.000 per orang dan wisatawan asing sebesar Rp 200.000 per orang.

Satu kapal bisa diisi lima sampai tujuh orang tamu, dengan dua orang nelayan yang akan memanggil Mawar sesampainya di tengah laut nanti.

2. Larangan saat melihat dugong

Ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi wisatawan saat melihat Mawar, sebagai berikut:

  • Jangan menyentuh dugong

Meski dulu wisatawan diperbolehkan menyentuh Mawar, saat ini aturan tersebut sudah dicabut.

"Jangan menyentuh Dugong, tidak boleh. Nanti dugong bisa menarik badan kita ke laut," kata perintis konservasi sekaligus mitra WWF Indonesia di Alor, One Simuslaa kepada Kompas.com, Sabtu (27/8/2022).

  • Jangan menggunakan flash saat memotret

Wisatawan boleh mengambil gambar Mawar, tetapi tidak diperkenankan menggunakan flash kamera atau cahaya sejenisnya, sebab ini akan mengganggu ketenangan dugong.

  • Jangan bertindak agresif

One mengatakan bahwa Mawar adalah sosok Dugong yang sedikit sensitif dan mudah tersinggung.

"Kita mungkin bilang dia lucu karena dia muncul dan mendekat, tapi dia itu akan tersinggung dan tidak mau lagi mendekat ke arah kapal, jadi mudah tersinggung," terangnya.

Maka dari itu, wisatawan diminta untuk tenang saja di atas kapal dan tidak berisik saat Mawar muncul.

  • Jangan membuang apa pun di laut

Laut tentunya menjadi habitat bagi banyak makhluk hidup, termasuk dugong di Teluk Kabola ini. Ada ekosistem lamun (ladang rumput laut) yang menjadi makanan dugong.

Maka dari itu, One berpesan kepada wisatawan agar jangan membuang apa pun ke laut, termasuk sampah yang bisa mencemari ekosistem. Cukup nikmati saja pemandangannya.

3. Waktu melihat dugong

Pagi hari sekitar pukul 08.00 WITA menjadi waktu pas untuk melihat Mawar. Selain panas matahari yang tidak begitu terik, gelombang laut pun masih surut, sehingga memudahkan untuk naik ke atas perahu.

Maka jangan lupa menggunakan topi, kacamata hitam dan tabir surya, sebab pemandangan di tengah laut akan cukup menyilaukan dari pantulan sinar matahari dan jernihnya air laut.

https://travel.kompas.com/read/2022/08/30/143100327/panduan-wisata-ke-teluk-kabola--melihat-mawar-dugong-jantan-yang-langka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke