Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Cuma Bawa Bekal Mi Instan Saat Mendaki Gunung, Ini Alasannya

KOMPAS.com - Aktivitas mendaki gunung membutuhkan persiapa lengkap dan maksimal. Salah satu yang hal terpenting yang harus diperhatikan adalah urusan bekal makanan.

Pendaki senior sekaligus anggota Eiger Adventure Service Team (EAST), Galih Donikara, mengatakan bahwa saat naik gunung, sebaiknya pendaki membawa bekal yang praktis, mudah diolah, dan memenuhi kebutuhan kalori. 

Salah satu pesan dari Galih, usahakan tidak hanya membawa mi instan atau menjadikannya bekal utama. 

"Apalagi (pendaki) pemula itu, jangan hanya bawa mi instan. Mi instan itu butuh proses, merebus air, menunggu air mendidih, memasukkan mi, itu perlu proses. Kalau bawa roti, ada selai, telur, sayuran juga, kan jadi kenyang dan lebih sehat," ujar Galih dalam Travel Talk: Tips Mendaki Gunung bagi Pemula yang disiarkan di media sosial dan YouTube Kompas.com, Rabu (31/8/2022).

Menurutnya, selain tidak sesehat makanan lain yang berprotein tinggi, mi instan juga sebenarnya tidak terlalu praktis untuk dibawa dan berpotensi menjadi sampah.

Selain itu, mi instan membutuhkan air yang cukup banyak, padahal pendaki gunung sebaiknya menghemat air di sepanjang perjalanan. 

"Soalnya identik naik gunung harus bawa mi instan. Padahal jangan kemudian dibatasi naik gunung itu dengan makanan yang enggak benar," ujarnya.

Mi instan tidak disarankan sebagai bekal makanan pendakian gunung juga karena beberapa alasan lain. Menurut Ahli Gizi Komunitas, dr Tan Shot Yen, mi instan memiliki kadar garam yang tinggi dan membuat seseorang bisa cepat haus.

"Kandungan garam yang tinggi membuat lekas haus dan malah bisa menimbulkan dehidrasi. Dalam satu bungkus mi instan memiliki kandungan garam 37 persen," kata dia, dikutip dari Kompas.com pada Selasa (22/9/2020).

Selain mengandung kadar garam tinggi, mi instan juga merupakan tepung minim nutrisi, kurang tepat sebagai sumber energi yang dibutuhkan pendaki, hingga tidak mencukup kebutuhan kalori. 

Rekomendasi bekal makanan untuk naik gunung

Oleh karena itu, jenis makanan yang disarankan oleh Galih, di antaranya makanan yang tinggi karbohidrat dan protein, seperti nasi, roti, atau telur. Bisa juga makanan yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral seperti buah-buahan.

"Rekomendasi saya, makanan yang siap makan sebetulanya, tinggal bagaimana kita mengkombinasikan selera dengan kebutuhan kalori," tutur Galih. 

Ia berpesan agar para pendaki, khususnya pemula, untuk tidak menyulitkan diri sendiri dengan tidak membawa makanan yang cukup atau kurang tepat. 

Untuk preferensi pribadi, Galih menjelaskan, ia biasa membawa menu makanan favorit namun tetap lengkap.

Untuk pagi dan malam, ia akan memasukkan unsur nasi, sedangkan untuk siang hari baru mengonsumsi makanan instan atau buah-buahan. 

"Makanan favorit saya hotdog, burger, atau sandwich karena itu mudah membuatnya. Tidak perlu air atau api, kalau pun ada air atau api, itu makanan tumisan yang berupa sayur," terangnya. 

Selain praktis, makanan tanpa plastik juga dapat meminimalisasi kemungkinan sampah yang merusak lingkungan pegunungan. 

"Makanan instan itu juga harus dikemas dengan kemasan yang bagus. Saran saya cari semacam box Tupperware atau box lain, paketin dalam lunch box kecil. Berisi makan pagi, siang, malam, tandain saja, jadi tiap hari itu jelas berbeda," ujarnya. 

Pada intinya, Galih berpesan, agar para pendaki sebelum berangkat bisa menyiapkan jumlah bekal dan isinya dengan sebaik mungkin.

Hal ini karena bekal makanan menjadi salah satu hal paling penting yang sangat memengaruhi kelancaran pendakian, sekaligus untuk kelestarian lingkungan dan alam sekitar. 

  • 4 Cara Mencegah Sakit Telinga Usai Naik Gunung
  • 5 Tips Buang Air Saat Naik Gunung, Jangan di Botol Plastik

https://travel.kompas.com/read/2022/09/01/070600127/jangan-cuma-bawa-bekal-mi-instan-saat-mendaki-gunung-ini-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke