Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Fakta Banda Neira, Pulau Cantik Tempat Pengasingan Bung Hatta

KOMPAS.com - Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Belum lama ini, Banda Neira menjadi perbincangan di media sosial karena seorang pengguna membagikan cerita dan potret keindahan alamnya dan diikuti beberapa pengguna lain.

  • Istana Mini di Banda Neira Maluku Diusulkan Jadi Istana Kepresidenan
  • 8 Wisata Morotai di Maluku Utara, Telusuri Peninggalan Perang Dunia II

Banda Neira memang dikenal karena keindahan dan kekayaan alamnya, terutama panorama bawah laut yang dikatakan sanggup "menghipnotis" wisatawan. 

Tempat ini pun dianggap sebagai salah satu spot snorkeling terbaik di Indonesia, bahkan dunia. Dasar laut Banda Neira menyimpan banyak terumbu karang dan ikan-ikan yang mengagumkan. 

Tak hanya itu, serpihan surga di timur Indonesia ini kian ramai didatangi turis, terutama dari Eropa, yang ingin melihat langsung sisa-sisa peninggalan sejarah kolonial.

Berikut beberapa fakta menarik tentang Banda Neira yang Kompas.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (13/20/2022).

Kota modern pulau ini didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621, dan membawa penduduk yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.

Karena pernah menjadi basis pertahanan tentara VOC, gaya bangunan khas Belanda akan banyak ditemukan di sini. 

Adapun pada awalnya, bangsa yang pertama kali mengetahui keberadaan pulau rempah ini adalah bangsa Eropa. Mereka datang ke Banda Neira hanya untuk transaksi jual beli rempah tanpa keinginan menjajah.

Berbeda dengan Belanda yang punya niat untuk menguasai wilayah, sehingga warga lokal tidak senang dengan keberadaan mereka, dilansir dari Kompas.com (05/04/2022).

Saat Inggris datang ke Banda Neira, mereka membantu penduduk lokal dengan cara membekali persenjataan dan melatih berperang. Sehingga, terjadilah perang antara Belanda dengan warga lokal yang dibantu Inggris pada 1609.

Namun, pada akhirnya, Belanda dan Inggris sama-sama ingin menguasai perdagangan dunia dengan cara menjajah Banda Neira. Perang pertama antara keduanya berlangsung pada 1652-1654, lalu perang kedua terjadi pada 1665.

Banda Neira dahulu pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia, karena Kepulauan Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19, seperti dikutip bpkp.go.id.

Pada zaman dulu, segenggam buah pala harganya setara dengan segenggam emas. Hal ini disebabkan pala diyakini hanya bisa tumbuh di daerah itu, yang memiliki tanah subur dan tidak banyak terkena hujan.

Pala menjadi daya tarik bagi bangsa Eropa seperti di antaranya Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda. 

Belanda pernah mengirim Bung Hatta ke pengasingan di Banda Neira pada 11 Februari 1936. Oleh sebab itu, pengunjung bisa melihat rumah peninggalan Bung Hatta saat diasingkan. 

Tak hanya Bung Hatta, Sutan Syahrir, dan Dr. Cipto Mangunkusumo juga pernah diasingkan di Banda Neira.

Alasan pihak kolonial Belanda sengaja mengasingkan mereka di tempat ini bertujuan agar sikap mereka melunak pada pemerintah, meski nyatanya usaha itu gagal, dikutip dari TribunTravel. 

Adapun sebelum dibawa ke Banda Neira, Bung Hatta diasingkan oleh pihak kolonial Belanda di Boven Digoel, Papua, pada tahun 1935 selama setahun.

Tempat dengan kekayaan dan keindahan bawah ini merupakan wisata snorkeling yang populer bagi pengunjung lokal maupun mancanegara.

Selain itu, dengan kejernihan air laut yang dapat memantulkan sinar matahari, Banda Neira menjadi tujuan wisata yang tepat untuk melihat sunset.

Tidak hanya wisata alam, pengunjung juga bisa melihat adanya benteng-benteng pertahanan bangsa Eropa di Banda Neira.

Salah satunya adalah benteng Belgica. Benteng ini dibangun oleh Portugis, sebelum akhirnya digunakan oleh bangsa Belanda yaitu VOC untuk mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda. 

Benteng-benteng lainnya yang kemudian digunakan sebagai tembok pertananan Belanda adalah Benteng Nassau, Benteng Revengie, Benteng Hollandia, dan Benteng Concordia, dikutip dari Bobo.grid.id. 

Keindahan pulau ini tidak hanya diabadikan di berbagai cerita, tetapi juga uang Rupiah, tepatnya uang kertas pecahan Rp 1.000 emisi 2016, dikutip dari bi.go.id. 

Pada uang kertas tersebut, gambar terletak di bagian belakang, bersama dengan gambar Tari Tifa dan Bunga anggrek Larat yang juga menjadi identitas dari wilayah Maluku.

Dari tulisan Tana Banda karya Muhammad Farid pada 2021, diketahui bahwa Kepulauan Banda pernah akan ditukar dengan Manhattan, seperti dikutip Kompas.com.

Hal itu bermula dari serangkaian perang antara Inggris dan Belanda yang baru berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Breda pada 31 Juli 1667.

Salah satu isi traktat itu adalah Inggris harus pergi dari Pulau Run, Kepulauan Banda, sehingga pulau ini jatuh ke tangan Belanda.

Sebagai gantinya, pulau ini ditukar dengan koloni Belanda, yaitu Nieuw Amsterdam di Amerika Utara, yang diserahkan untuk Inggris. Kota tersebut berganti nama menjadi Manhattan, yang kini merupakan kota bisnis terbesar di dunia.

Sedangkan Pulau Run yang ditukar dengan pulau tersebut, saat ini berubah menjadi pulau yang berkembang sangat pelan seiring dengan redupnya eksistensi pala di dunia. 

https://travel.kompas.com/read/2022/10/13/180015727/6-fakta-banda-neira-pulau-cantik-tempat-pengasingan-bung-hatta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke