Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bakpia, Hasil Akulturasi Tionghoa dan Jawa di Ngampilan Yogyakarta

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bakpia, penganan kecil khas Yogyakarta, merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa karena dulunya diperkenalkan oleh masyarakat Tionghoa.

"Jadi dulu istilahnya tepung dibuat bulat diisi daging seperti bakpao. Semakin banyaknya akulturasi antara Jawa dan Tionghoa disatukan, timbul variasi bakpia berbagai macam," kata Mantri Pamong Praja Ngampilan, Endah Dwi Dinyastuti.

  • 15.000 Bakpia Diserbu Warga di Kampung Pathuk Yogyakarta
  • Bakpia, Buah Tangan Toleransi dan Akulturasi

Sebagai informasi, dulu bakpia tidak berisi kacang hijau, melainkan daging sehingga mirip seperti bakpao. Namun, bakpia berisi daging ini tidak bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di Indonesia. 

Sebagai bentuk penyesuaian, maka masyarakat Yogyakarta memodifikasi bakpia dengan isian kacang hijau. Seiring berjalannya waktu, ragam isian tersebut pun bertambah menjadi cokelat, keju, dan lainnya. 

Adapun sentra industri rumahan bakpia berada di Kampung Pathuk di Kota Yogyakarta, dengan lebih dari 100 pengusaha bakpia untuk menyuplai kebutuhan wisatawan akan penganan tersebut. 

Selama pandemi, kawasan ini sepi karena tidak ada wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta untuk mencari oleh-oleh.

Selama dua tahun pula, acara Bakpia Day yang identik dengan perebutan gunungan bakpia tidak dilaksanakan.

Saat ini pandemi Covid-19 dinilai sudah melandai dan pemerintah telah memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk beraktivitas kembali, termasuk untuk berwisata.

Acara Bakpia Day kembali digelar pada Sabtu (22/10/2022) dengan tema "Manunggal Jati Cakra Manggiling".

Ketua Panitia Bakpia Day, Kusmantoro, menjelaskan bahwa Manunggal Jati artinya bentuk bersatunya antara Jawa dengan Tionghoa, sedangkan Cakra Manggiling artinya dengan sebuah roda yang berputar untuk membawa perubahan.

"Dengan harapan kegiatan tersebut dapat menjadi spirit kebersamaan, kebangkitan dan kekuatan untuk membawa perubahan yang lebih baik dari sisi sosial, perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat," kata Kusmantoro, Sabtu (22/10/2022).

  • Belajar Bikin Jamu, Ide Wisata Anti-Mainstream di Bantul Yogyakarta
  • Pengalaman Pertama Ikut Upacara Sekaten Yogyakarta, Dapat Koin dari Sultan

Ia melanjutkan bahwa Bakpia Day tahun ini akan dilengkapi sejumlah gunungan, yakni gunungan lanang, gunungan wadhon, dan gunungan anak atau pendamping. 

"Dibuat dari total lebih kurang 15.000 bakpia atau sekitar lima kuintal bakpia, (dan) dilakukan kirab mengelilingi wilayah Ngampilan, serta dimeriahkan oleh 13 kontingen potensi masyarakat," kata dia.

Kegiatan tersebut, ujarnya, diharapkan dapat menjadi berkah dan mendatangkan rezeki yang lebih luas.

Sementara itu, Endah Dwi Dinyastuti berharap bahwa Bakpia Day tidak hanya dikenal oleh masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta saja, tapi juga seluruh Indonesia dan mancanegara. Acara ini juga diikuti oleh pelaku industri kecil di Ngampilan.

"Ini merupakan ikon paling utama di Ngampilan, saat masuk kampung sudah banyak pembuat bakpia," kata Endah.

Adapun pawai atau kirab pada Bakpia Day ini tidak hanya menampilkan budaya Jawa, tapi juga budaya Tonghoa.

"Nanti saat kirab ada juga barongsai dan naga liong, ini sebagai bentuk akulturasi budaya di Ngampilan," ujarnya.

https://travel.kompas.com/read/2022/10/22/221537027/bakpia-hasil-akulturasi-tionghoa-dan-jawa-di-ngampilan-yogyakarta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke