Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Usai Pandemi, Jalan-jalan Semakin Jadi Gaya Hidup

KOMPAS.com - Jalan-jalan kini semakin dipandang sebagai gaya hidup.

Apalagi, setelah dua tahun pandemi Covid-19, budaya bekerja dari mana saja alias work from anywhere semakin lazim diterapkan.

Pelonggaran aturan perjalanan juga membuat semakin banyak orang kembali melakukan perjalanan.

Bahkan, menurut data salah satu online travel agent (OTA) Nusatrip, perjalanan wisata atau traveling telah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang.

“Semua orang suka traveling. Sekarang bisa kerja di mana aja, hidup dimana saja. So, travel becomes part of lifestyle,” kata CEO Nusatrip, Johanes (Joe) Chang di Kantor Society Pass Indonesia, Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Berdasarkan data Nusatrip, kurva pariwisata dari tahun 2019 sangat tinggi.

Angkanya sempat mengalami penurunan drastis selama pandemi, namun kembali meningkat pada 2022 dan diperkirakan terus naik hingga beberapa tahun mendatang.

"Kita lihat dari tahun ini saja, demand-nya sangat baik. Bahkan dalam dua bulan terakhir, kami bisa grow sekian digit month on month,” imbuh dia.

Joe meyakini saat ini merupakan momentum tepat untuk kebangkitan pariwisata. Sebab, pertumbuhan industri perjalanan menunjukkan angka yang positif.

Angka ini juga dibuktikan dari prediksi tingginya minat pengguna digital di Indonesia untuk bepergian pada tahun 2022 dan 2023 mendatang.

"Online travel terus selalu positif angkanya, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang trennya cukup tinggi, mencapai 31 persen,” tutur Joe.

Fenomena revenge travel

Lebih lanjut, Joe menjelaskan bahwa banyak wisatawan yang melakukan revenge travel.

Revenge travel atau revenge tourism merupakan fenomena "jalan-jalan balas dendam" atau saat masyarakat berbondong-bondong melakukan perjalanan setelah terhambat untuk melakukannya selama beberapa waktu, dalam konteks ini selama masa pandemi.

"Ada yang bilang revenge travel, orang-orang setelah pandemi itu sudah enggak sabar, begitu (pembatasan) buka, langsung mau liburan,” terang Joe.

Dari data yang ia miliki, hotel-hotel dan bandara juga sudah mulai dipenuhi wisatawan atau pelaku perjalanan.

Hal ini terjadi baik di dalam maupun luar negeri.

"Kalau kita lihat Jepang sudah buka, Korea buka, bahkan event juga sudah mulai banyak,” tutur dia.

Kerja sama Nusatrip dan Society Pass

Melihat data tingginya minat pariwisata tersebut, Joe mengatakan pihaknya terus berupaya memberikan jasa pelayanan perjalanan terbaik untuk pengguna.

"Visi kami untuk menjadi the most reliable travel and tourism product. Jadi tujuannya menyediakan layanan dan jasa yang lebih relevan,” kata Joe.

Sebab, ia menilai salah satu tantangan di industri perjalanan adalah menawarkan jasa perjalanan yang relevan.

Tidak hanya menekan harga, tapi juga memprioritaskan kebutuhan serta karakteristik wisatawan sebagai pengguna platform.

Adapun Society Pass (SoPa) dan Nusatrip akan meluncurkan aplikasi pada 2023 untuk memudahkan transaksi melalui platform digital di sejumlah pilar.

Untuk diketahui, Society Pass (SoPa) merupakan perusahaan induk e-commerce yang berfokus pada akuisisi dan beroperasi di enam bisnis (loyalty, gaya hidup, makanan minuman, telekomunikasi, media digital, dan perjalanan) di Asia Tenggara.

Sehingga, reward yang didapatkan bisa digunakan untuk lintas industri.

"Misalnya beli baju di mana, kumpulin poin, nanti reedem poinnya bisa dipakai misalnya untuk tiket,” kata Country Manager Society Pass Indonesia, Patrick Soetanto.

Sistem penukaran poin dan penawaran seperti promo lainnya, kata dia, akan bisa digunakan di sejumlah mitra SoPa yang tersebar di Asia Tenggara.

https://travel.kompas.com/read/2022/11/09/193629227/usai-pandemi-jalan-jalan-semakin-jadi-gaya-hidup

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke