Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Fakta Soal Pinandita, Rohaniwan dalam Agama Hindu

KOMPAS.com - Saat menyaksikan umat Hindu yang tengah bersembahyang di tempat suci, mungkin wisatawan pernah melihat sosok berpakaian serba putih yang umumnya duduk di depan umat. Sosok tersebut dikenal sebagai pinandita atau pemangku.

Pinandita dikenal sebagai rohaniwan dalam agama Hindu yang berperan dalam melaksanakan upacara persembahyangan. 

Lantas, apa itu pinandita dan siapa yang bisa menjadi pinandita? Simak faktanya berikut ini:

Fakta seputar pinandita 

1. Apa bedanya pandita dengan pinandita?

Dikutip dari laman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), kata "pinandita" berasal dari kata "pandita" dengan sisipan "-in", serta bermakna orang yang disiapkan menjadi pandita.

Sementara itu, kata "pandita" bersumber dari bahasa Sansekerta yang diartikan sebagai pendeta atau brahmana. 

Peran pinandita kerap dikaitkan dengan pandita, namun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan.

Dilansir dari Kompas.com, Minggu (13/11/2022), berdasarkan ketetapan PHDI tahun 1968, pinandita bertugas membantu serta mewakili pandita. 

Perbedaan keduanya adalah dari segi skala upacara. Pinandita umumnya melaksanakan upacara yang berskala kecil, serta tidak menggunakan alat pemujaan yang seperti yang digunakan oleh pandita. 

2. Siapa yang bisa menjadi pinandita?

Menurut Ketua PHDI Provinsi Banten, Ida Bagus Alit Wiratmaja, seseorang yang ingin menjadi pinandita harus sehat secara jasmani dan rohani.

“Orang yang (ingin menjadi pinandita harus) memiliki jiwa pengabdian yang tulus ikhlas, berbudi luhur, bermoral baik, memiliki mental yang tinggi, serta memiliki jiwa yang tulus untuk selalu siap bekerja tanpa mengharapkan imbalan,” jelasnya kepada Kompas.com, Jumat (11/11/2022).

Seorang pinandita juga diwajibkan untuk membebaskan diri dari tujuh perilaku kegelapan menurut kepercayaan dalam agama Hindu yang disebut Sapta Timira, berikut selengkapnya:

1. Dhana: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh kekayaan.

2. Guna: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh kepandaian.

3. Kasuran: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh kemenangan atau keberanian.

4. Kulina: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh keturunan atau kebangsawanan.

5. Sura: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh minuman keras seperti arak, bir, tuak, dan minuman beralkohol lainnya.

6. Surupa: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh keindahan rupa.

7. Yowana: Sifat manusia yang cenderung mabuk karena kegelapan pikiran akibat pengaruh keremajaan, atau karena usianya yang masih muda.

Menurut Ida, seseorang yang memiliki sifat-sifat tersebut tidak pantas untuk ditunjuk sebagai seorang pinandita.

“Sebab seseorang yang pantas menjadi pemangku atau pinandita adalah mereka yang telah mencapai keadaan rohani dan bebas dari kemabukan atau mahardhika, yaitu bebas dari kemabukan, bijaksana, suci dan berbudi luhur,” pungkasnya.

https://travel.kompas.com/read/2022/11/15/181407127/3-fakta-soal-pinandita-rohaniwan-dalam-agama-hindu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke