Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wayang Topeng Malang yang Unik, Pertunjukan Tanpa Adegan Kekerasan

KOMPAS.com - Pulau Jawa memiliki keaneragaman seni dan budaya yang kaya, termasuk salah satunya kesenian wayang topeng dengan ciri khasnya tersendiri. 

Sebagai informasi, kesenian ini dinamakan wayang karena ada dalang sebagai pemimpin pertunjukan.

Sementara, pemain atau wayangnya adalah seseorang yang mengenakan topeng dan mengikuti alur cerita sang dalang dengan diiringi musik.

Adapun wayang topeng Malang memiliki keunikan karena mengandung nilai-nilai kehidupan, salah satunya tidak menyajikan adegan kekerasan. 

"Hampir dari seluruh kesenian tradisional yang tidak menampilkan adegan pembunuhan atau pertumpahan darah itu hanya wayang topeng," kata penari senior dari Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun, Hery Budianto kepada Kompas.com, Minggu (20/11/2022).

Ia membagikan sedikit kisah mengenai wayang topeng Malang, saat ditemui usai pergelaran Wayang Topeng Malang bertajuk "Umbul-Umbul Mojopuro".

Pertunjukan ini dibawakan Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Minggu (20/11/2022). 

"Umbul-Umbul Mojopuro" berkisah tentang Sang Panji Asmorobangun, putra pertama seorang Raja Jenggala yang berhak menggantikan sang ayah menjadi raja. Namun, ia harus melalui ujian atau sayembara terlebih dahulu.

Nilai dan sejarah wayang topeng Malang

Lebih lanjut, laki-laki yang sudah menari sejak tahun 1993 ini menyampaikan bahwa, selain anti kekerasan, wayang topeng juga termasuk kesenian yang sangat menghargai perempuan. 

"Kalau di kesenian lain misalnya Dewi Shinta diseret sama Rahwana, di wayang topeng itu enggak ada. Tokoh antagonisnya kalau mau menculik putri, putrinya itu diambil atau disihir, dimasukkan ke mahkotanya," terang Hery. 

Hery menyebut, nilai-nilai yang ada dalam wayang topeng Malang merupakan perwujudan dari prinsip kehidupan nenek noyang di Jawa sejak zaman dahulu. 

Dikutip dari laman Kemendikbud, kesenian topeng sudah dikenal dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di pelosok Nusantara dalam kurun waktu yang telah lama.

Topeng dipandang bukan hanya sekedar benda seni, melainkan awalnya dibuat sebagai penggambaran simbolis untuk menghormati roh nenek moyang.

"Kalau sejarahnya, topeng itu ada sejak jaman Kerajaan Kanjuruhan, Raja Gajayana. Sebelum Majapahit dan Singasari sudah ada. Lalu berkembang ke zaman Majapahit, digambarkan Hayam Wuruk juga seorang penari yang memakai topeng," kata Hery. 

Pada masa itu, topeng pertama dikatakan terbuat dari emas dan dikenal dengan istilah Puspo Sariro yang berarti bunga dari hati yang paling dalam. Topeng di zaman lampau juga merupakan tradisi kultural dan religiusitas.


Ciri khas topeng Malang

Selain memiliki ciri khas anti-kekerasan dan menghargai perempuan, Hery menjelaskan bahwa komunitas wayang topeng di Malang masing-masing mempunyai ciri khas kedaerahannya tersendiri. 

"Antara topeng di wilayah selatan dengan wilayah timur itu agak berbeda. Kami bagian selatan, kecenderungannya gerakan lebih dinamis, karakter gagah lebih ditonjolkan. Kalau di Malang timur itu gerakannya lebih halus," tutur Hery. 

Selain itu, sambung dia, wayang topeng juga tersebar di sejumlah daerah Jawa Timur seperti Sumenep, Jombang, dan Situbondo. Bahkan, Malaysia dikatakan juga memiliki cerita tentang Panji yang ditampilkan dalam bentuk tari dan topeng. 

Topeng Malang atau Malangan memiliki ciri-ciri tersendiri, seperti dikutip dari kebudayaan.kemdikbud. Ciri khasnya pada pemaknaan bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng dan ukiran.

  • Pentas Wayang Orang untuk Rayakan Pariwisata yang Bangkit Kembali
  • Boneka Sigale-gale di Museum Wayang, Konon Bisa Bergerak Sendiri

Untuk warna, topeng Malang memiliki lima warna dasar, yaitu merah, putih, hijau, kuning, dan hitam. Tiap-tiap warna ini berfungsi sebagai simbol dari karakter topeng atau tokoh yang diperankan. 

Adapun pengukir topeng Malangan pada umumnya adalah seniman yang memiliki kepiawaian tidak hanya sebagai pengukir topeng, melainkan juga penari topeng, bahkan ada juga sebagai dalang.

Fungsi dan harapan wayang topeng Malang

Fungsi sosial dari topeng Malang juga ketika digunakan dalam wayang topeng untuk memeriahkan sebuah hajatan yang bersifat kekerabatan, gotong-royong, dan kebersamaan.

Selain berfungsi sebagai hiburan, kesenian ini sarat dengan nilai-nilai luhur dari nenek moyang yang merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan, kata Hery. 

"Kami akan tetap menjadi museum tradisional seperti ini, tapi kami juga melakukan pengemasan. Misalnya durasi, lalu penata tari, diberi koreografi agar semakin menarik, meskipun tidak meninggalkan nilai utama," tuturnya. 

Hery juga menyampaikan harapannya melalui pergelaran topeng wayang, selain untuk pelestarian, masyarakat bisa belajar lebih banyak dari nilai-nilai yang terkandung. 

"Ketika orang-orang merisaukan tontonan yang penuh kekerasan, wayang topeng ini dari nenek moyang dicontohkan bahwa tidak selalu ada kekerasan dan pelecehan wanita," ujar Hery.

https://travel.kompas.com/read/2022/11/23/203100727/wayang-topeng-malang-yang-unik-pertunjukan-tanpa-adegan-kekerasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke