Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Makna 7 Instalasi Chiharu Shiota: The Soul Trembles di Museum MACAN

KOMPAS.com - "The Soul Trembles" merupakan pameran tunggal terbesar Chiharu Shiota, seorang perupa asal Jepang yang tinggal di Jerman. Pameran ini ditampilkan di Museum MACAN, Jakarta Barat, mulai Sabtu (26/11/2022) hingga Minggu (30/4/2023).

Berkolaborasi dengan Mori Art Museum Jepang, pameran ini memajang sekitar 100 karya Shiota berupa patung, video performance (video pertunjukan), seni gambar, dan instalasi besar.  

  • Pameran The Soul Trembles Karya Chiharu Shiota Hadir di Museum MACAN, Mulai 26 November 2022
  • Rute ke Museum MACAN Jakarta Barat, Bisa Naik Transjakarta

Karya-karya tersebut memiliki makna dan arti mendalam mengenai jiwa manusia. Ia juga mengekspresikan pemikiran dan emosi personalnya terkait isu-isu yang sulit disampaikan oleh kata-kata, seperti kematian, ketiadaan, ketakutan, mimpi, dan keheningan.

Jika penasaran, berikut beberapa bagian kecil dari instalasi yang bermakna dan bisa kamu temukan dalam pameran "Chiharu Shiota: The Soul Trembles".

Persis di bagian depan pintu masuk, terdapat karya berjudul In the Hand yang dibuat pada 2017. 

Karya seni patung ini berbentuk dua tangan yang membawa sebuah obyek abstrak. Dari informasi yang tertera, bahannya berasal dari perunggu, kuningan, kunci, kawat, dan pernis, berukuran 38x31x42 sentimeter. 

Asisten Kurator Museum MACAN Asri Winata mengatakan bahwa karya ini berada di depan karena menyimpulkan esensi keseluruhan pameran ini. 

"Dari karya ini, bisa terlihat bagaimana jiwa atau soul itu bergetar, dan sang seniman berusaha menyerap esensi dari getaran-getaran jiwa," ujar Asri saat media tour di Museum MACAN, Jakarta Barat, Kamis (24/11/2022). 

Masuk ke ruangan instalasi besar di bagian awal, Shiota menampilkan karya replika perahu yang berisi benang merah. Melalui karya ini, ia mengangkat ide tentang perjalanan kehidupan yang tidak memiliki tujuan konkret.

Jika benang merah dinilai sebagai lambang darah dan hubungan antar manusia, perahu-perahu diibaratkan sebagai media yang membawa manusia dalam perjalanan yang penuh ketidakpastian.

"Merah menyimbolkan banyak hal terkait kehidupan, darah, koneksi, dan memori. Untuk benangnya memiliki kaitan dengan kata koneksi. Sementara, kapal menggambarkan pergerakan, perjalanan, yang mengangkut memori," tutur Asri.

Berikutnya, terdapat karya perahu yang menggunakan benang warna putih. Instalasi ini menggambarkan bentuk perahu yang semakin lama semakin abstrak.

"Kapal atau perahu ini dimulai dari bawah sampai naik ke atas, menggambarkan perjalanan," ujar Asri. 

Perbedaan dari instalasi sebelumnya adalah dari segi penggunaan warna. Menurut Shiota, warna putih terkait dengan simbol kesucian yang juga menyimbolkan kematian dan awalan baru.

Bagi Shiota, warna putih sebagai blank canvas (kanvas kosong) yang bisa menggambarkan apa pun yang kita inginkan sebagai simbol awalan yang baru.

Beranjak ke ruangan selanjutnya, terdapat karya berbentuk jaring merah yang menggantung dengan potongan replika tangan dan kaki di bawahnya. 

Karya ini, kata Asri, berkaitan dengan sebuah karya tubuh manusia yang dililit oleh selang infus berwarna merah, yang diciptakan saat Shiota baru saja berhasil melawan kanker. 

"Ini terkait dengan pengalaman beliau pasca-keguguran dan kanker. Adapun penggambaran tubuh seperti ini diambil cetakannya dari suami dan anaknya," jelas Asri. 

Karya selanjutnya menggunakan benang berwarna hitam dengan piano yang sudah terbakar dan sejumlah kursi kosong.

Asri mengatakan, benang hitam ini menggambarkan sesuatu yang infinite (tak terbatas), seperti ketiadaan, keraguan, kecemasan, dan kematian.

"Piano dan sejumlah kursi-kursi kosong yang sudah terbakar sengaja disusun seperti ingin ada pertunjukan konser piano dengan penonton yang tak terlihat," ujarnya. 

Adapun Shiota mendapat inspirasi dari pengalaman masa kecilnya saat berumur sembilan tahun.

Kala itu, rumah tetangganya kebakaran dan terlihat piano yang sudah terbakar di depan rumah. Shiota mencium bau hangus dari piano dengan rasa tercekat. 

"Suatu benda atau obyek yang tadinya berfungsi untuk mengeluarkan suara sekarang sudah tidak bisa lagi mengeluarkan suara tersebut. Namun beliau merasa, justru obyek ini menjadi indah dalam kondisi yang sudah terbakar," imbuh Asri. 

Lalu, ada karya yang terbuat dari kumpulan bingkai jendela tua yang dikumpulkan oleh Shiota saat berada di Berlin, Jerman. 

Adapun sang seniman mulai mengumpulkan jendela tersebut pasca-runtuhnya Tembok Berlin, yang menyebabkan banyak puing-puing. Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal Shiota.

"Ini lebih berfokus pada konsep kulit. Baginya, kulit manusia adalah kulit pertama, pakaian yang dikenakan adalah kulit yang kedua, lalu tembok atau apa pun yang mengelilingi adalah kulit ketiga," jelas Asri. 

Kemudian, karya unik lainnya menampilkan koper-koper yang digantung dengan tali merah, ditampilkan seolah-seolah bergerak seperti sedang berjalan. 

Awalnya, kata Asri, Shiota gemar ke pasar loak untuk mencari barang-barang antik. Pada suatu hari, Shiota menemukan koper tua berisi surat kabar yang membuat ia tertarik dan perlahan gemar mengumpulkan koper. 

"Di dalam koper ini terdapat obyek yang menyimpan memori dari orang asing. Semenjak saat itu beliau mulai mengumpulkan koper ini semakin lama semakin banyak," ujar Asri.

Jika sebelumnya simbol perahu merupakan sesuatu yang mengangkut seseorang dalam sebuah perjalanan, bagi Shiota, koper merupakan perantara yang menyimpan barang-barang atau memori.

"Koper tersebut menjadi perantara manusia dan perahu, bagaimana sesorang menyimpan memori di dalam koper," tambah Asri. 

Selain ketujuh instalasi di atas, pengunjung bisa menemukan karya-karya Chiharu Shiota lainnya yang bermakna. Tiap karya juga diberi informasi tertulis sehingga memudahkan pengunjung untuk memahami maknanya.

https://travel.kompas.com/read/2022/11/27/172900127/makna-7-instalasi-chiharu-shiota--the-soul-trembles-di-museum-macan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke