Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seharian Keliling di Dufan Ancol Bersama Penyandang Disabilitas

KOMPAS.com - Dalam rangka Hari Disabilitas Internasional yang diperingati Sabtu (3/12/2022), para penyandang disabilitas Jabodetabek merayakannya dengan berwisata ke Dunia Fantasi (Dufan) di Ancol, Jakarta Utara.

Acara yang digagas oleh komunitas Wisata Kreatif Jakarta ini kembali diadakan setelah terakhir diselenggarakan dua tahun lalu, tepatnya 2019.

Kompas.com pun berkesempatan mengikuti agenda Trip to Dufan bersama para penyandang disabilitas mulai pagi hingga sore hari, pada Kamis (22/12/2022).

  • Wisata di Dufan Bersama Teman Penyandang Disabilitas, Perhatikan Hal Berikut
  • Promo Tahun Baru Ancol, Rp 280.000 Nikmati Semua Unit Rekreasi

Kali ini, terdapat sekitar 50 peserta yang berpartisipasi, terdiri dari 40 penyandang disabilitas dengan kebutuhan khusus berbeda dan 10 pendamping serta relawan.

Sebagian besar peserta mengalami tuli, meski ada juga yang autis, tunadaksa, multiple handicap, epilepsi, dan jenis disabilitas lainnya.

Menurut pendiri Wisata Kreatif Jakarta sekaligus ketua kegiatan Ira Lathief, kegiatan ini ditujukan untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional sekaligus agar mereka saling mengenal satu sama lain. 

"Harapannya, pertama untuk teman-teman disabilitas agar senang dan terhibur, sesuai dengan Hari Disabilitas Internasional," ujar Ira kepada Kompas.com. 

Selain itu, sambung dia, acara juga ditujukan agar mereka bisa bergaul dengan teman sesama disabilitas yang kebutuhannya berbeda

Briefing sebelum mulai perjalanan

Memakai pakaian bernuansa merah, rombongan perjalanan berkumpul di area depan pintu masuk barat Ancol sekitar pukul 09.30 WIB.

Sebelum mulai, relawan dari Wisata Kreatif Jakarta membagi rombongan dalam lima kelompok berisi 7-9 orang per grup. Berada di kelompok dengan mayoritas peserta tuli, Kompas.com melihat uniknya cara teman-teman menggunakan bahasa isyarat. 

Untuk mempermudah kegiatan, beberapa relawan juga menggunakan papan elektronik dan kertas untuk berkomunikasi bersama teman-teman.

Sementara itu, mereka juga tak jarang menggunakan fitur status Whatsapp untuk berkomunikasi dengan relawan yang belum memahami bahasa isyarat sepenuhnya. 

"Saat 2019 kegiatan ini diadakan, status WA sepertinya belum ada. Jadi kami terkesan juga teknologi bisa dimanfaatkan untuk mempermudah komunikasi," kata Ira. 

Ia menjelaskan, fitur Whatsapp banyak membantu karena tulisan menjadi lebih besar dan mudah dibaca, sehingga lebih nyaman jika dibandingkan dengan note (catatan) di ponsel yang berukuran kecil. 

Selama persiapan, para relawan memberikan beberapa arahan kepada peserta seperti untuk tetap berada dalam grup, fokus, tidak bepergian sendiri, izin saat mau pergi, dan mengkomunikasikan semua kebutuhan. 


Berkeliling di Dufan

Beranjak menuju area dalam, tiap kelompok berkeliling sesuai dengan arahan relawan masing-masing. 

Di depan wahana komedi putar bernama Turangga-rangga, rombongan berfoto di depan tulisan Merry Xmast & Happy Newyear dengan hiasan boneka salju yang cantik. Spot tersebut memang merupakan salah satu yang ikonik di Dufan. 

Sebagian besar peserta juga sepakat mencoba komedi putar. Sebab, wahana ini menjadi salah satu yang paling ramah untuk anak-anak hingga dewasa, termasuk para penyandang disabilitas. 

Selanjutnya, rombongan kelompok Kompas.com melanjutkan perjalanan ke wahana Hysteria. Meski terlihat ekstrem, wahana ini aman untuk penyandang disabilitas tertentu, seperti tuli.

Sebab, wahana ini tidak akan menghambat pergerakan penyandang tuli selama bermain. Berbeda halnya dengan penyandang tunadaksa (kelainan fisik seperti lumpuh) atau epilepsi yang dikhawatirkan bisa histeris atau kehilangan kendali di tengah permainan. 

Sebelum bermain, relawan maupun pendamping kembali memberikan arahan menggunakan bahasa isyarat untuk peserta agar memahami aturan dan teknis selama bermain wahana ekstrem.

Usai Hysteria, para peserta tampak belum lelah dan malah makin semangat berkeliling mencoba wahana. Kendati antrean cukup panjang, waktu tunggu rata-rata satu jam setengah. Mereka pun tetap sabar dan ceria menunggu. 

Berikutnya, peserta juga menaiki wahana yang cukup ramah yaitu Alap-Alap atau roller coaster mini. Meski lumayan memompa adrenalin dan diakui beberapa peserta membuat pusing, mereka tetap senang bisa menaiki wahana tersebut. 

Wahana yang ramah untuk disabilitas

Wahana lain yang turut dicoba adalah Istana Boneka. Walaupun tidak menjadi favorit beberapa peserta karena dianggap kurang menantang, wahana ini menjadi salah satu opsi yang ramah bagi semua penyandang jenis disabilitas. 

Istana Boneka juga menjadi wahana yang dapat menenangkan ketegangan, setelah bermain beberapa wahana esktrem sebelumnya. Melihat boneka-boneka bergerak dengan kostum menggemaskan diiringi lagu menjadi hiburan tersendiri. 

Pilihan hiburan berikutnya adalah atraksi Dinoland Show di teater panggung yang tidak terlalu jauh dari Hysteria. Pertunjukan Dinoland cukup menarik karena menampilkan beberapa jenis dinosaurus seperti triseratop dan Tyranosaurus Rex atau biasa disebut dengan T-Rex.

Tidak hanya menyajikan pertunjukan teatrikal yang menghibur, pihak Dufan ikut menyelipkan edukasi berupa informasi sederhana mengenai dinosaurus yang ditampilkan, cocok untuk dicerna anak-anak. 

Siang menuju sore hari, sebagian besar peserta masih tampak semangat dan melanjutkan perjalanan menuju wahana Ice Age atau Arung Jeram. Kendati mulai hujan dan dingin, permainan Arung Jeram menjadi lebih seru dan menantang.

Terkait wahana yang ramah bagi penyandang disabilitas, Ira mengatakan bahwa hal itu tergantung dengan kebutuhan khusus yang dimiliki.

Untuk permainan ekstrem tertentu, katanya, memang ada beberapa yang tidak bisa dinaiki penyandang tunadaksa, jantung, atau epilepsi. 


"Pihak Dufan memang menyampaikan, ada tiga wahana yang memang bisa dinikmati secara nyaman untuk semua disabilitas, seperti Turangga-rangga, Bianglala, dan Istana Boneka, itu secara fisik bisa untuk yang pakai kursi roda atau tunadaksa lainnya," ujar Ira. 

Namun, ia menambahkan, untuk penyandang tertentu seperti misalnya tunagrahita dan tuli, lebih banyak pilihan permainan ekstrem yang bisa dinaiki. 

Oleh karena itu, ia juga menyampaikan bahwa relawan atau pendamping juga berperan sangat besar saat para penyandang disabilitas berwisata ke taman bermain seperti Dufan. Komunikasi dan pengawasan sangat dibutuhkan, jelas dia. 

Puas bermain 

Ica, penyandang tuli yang masih duduk di bangku kelas 11 SMK mengaku senang karena bisa kembali bermain di Dufan setelah sekian tahun lamanya. 

"Udah lama (enggak ke Dufan) dari kelas 2 SD, menurut aku merasa senang bisa bermain Dufan lagi soalnya udah lama enggak main di Dufan," kata Ica. 

Sebagai penyandang tuli wicara, ia menjelaskan bahwa tidak ada kesulitan yang terlalu berarti saat menaiki wahana-wahana ekstrem Dufan. Hanya sakedar perasaan seperti pusing, deg-degan, atau rasa tegang saja. 

"Wahana paling seru itu Tornado, itu juga yang paling seram," terangnya dalam catatan tertulis. 

Adapun dari pagi hingga sore hari, ia berhasil menaiki beberapa wahana di antaranya Alap-Alap, Tornado, Istana Boneka, Bianglala, Turangga-rangga, dan Arung Jeram. 

Dari berbagai permainan, sebenarnya masih banyak lagi wahana menarik yang bisa dicoba di Dufan. Sayangnya, hujan sempat turun cukup deras dan beberapa wahana terpaksa berhenti beroperasi. 

Akhirnya setelah menonton Parade Natal di Panggung Hysteria, acara satu hari bermain di Dunia Fantasi Ancol bersama para penyandang disabilitas berakhir sekitar pukul 17.00 WIB.

Kendati lelah, para peserta nampak senang dan puas bisa mencoba aneka permainan di Dufan bersama teman-teman mereka. 

Adapun dari pantauan Kompas.com, terdapat beberapa fasilitas jalur khusus kursi roda di beberapa wahana. Artinya penyandang disabilitas diperbolehkan naik wahana tersebut.

Papan informasi berupa ketentuan pengunjung yang tidak diizinkan untuk menaiki wahana terpajang jelas di depan masing-masing wahana. Secara umum, petugas Dufan juga cukup ramah dan membantu siapa saja yang membutuhkan informasi. 

Namun, bagi penyandang disabilitas terutama dengan kondisi fisik yang membutuhkan bantuan, memang sebaiknya tetap selalu ditemani pendamping untuk menginformasikan aturan-aturan di wahana sekaligus mengawasi keselamatan mereka. 

https://travel.kompas.com/read/2022/12/23/195659027/seharian-keliling-di-dufan-ancol-bersama-penyandang-disabilitas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke