Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Fakta Jalak Bali, Ikon Pariwisata Pulau Dewata

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, Burung Curik Bali atau Jalak Bali adalah ikon pariwisata di Bali bagian barat.

Menurut Sandiaga, upaya pelestarian Jalak Bali bisa menjadi salah satu daya tarik wisata yang unik.

"Saya usulkan pariwisata berbasis konservasi, berbasis ecotourism ini dapat terus diperkuat untuk menjadi daya tarik," kata Sandi dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (1/1/2023).

Fakta burung jalak bali

Berikut fakta-fakta menarik tentang jalak bali yang dihimpun oleh Kompas.com:

1. Habitat jalak bali

Dikutip dari Kompas.com (7/9/2022), pesebaran jalak bali terbanyak ada di daerah Bubunan-Buleleng hingga Gilimanuk, Bali. Burung ini memiliki habitat asli terbatas.

Burung dengan berat sekitar 107 gram ini hanya ditemui di sekitar Taman Nasional Bali Barat (TNBB), tepatnya di daerah Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung.

Jalak Bali akan berada di daerah yang memiliki ketinggian 210 hingga 1.144 meter di atas permukaan laut.

Burung yang memiliki masa mengerami telur selama 17 hari ini juga dapat dijumpa di kawasan Lampu Merah, Tegal Bunder, Teluk Brumbun, Batu Gondang, dan Batu Licin.

Biasanya, Jalak Bali berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka yang berbatasan dengan hutan rimbun dan tertutup.

2. Jalak bali sempat hampir punah

Burung yang mulai ditemukan oleh pakar satwa berkebangsaan Inggris bernama Walter Rothschild pada tahun 1910 ini, awalnya ada sebanyak 500 hingga 900 ekor di alam liar.

Angka itu didapatkan dari jurnal milik Rothschild yang sudah dipublikasikan. Namun pada 1970 populasi Jalak Bali tercatat tinggal 112 ekor.

Lebih mirisnya, pada tahun 2005 hingga 2006 diketahui Jalak Bali yang bertahan hidup hanya enam ekor di kawasan TNBB.

Penurunan populasi Jalak Balik ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya perburuan liar yang masif karena tingginya permintaan untuk koleksi.

Selain itu, harga jual burung yang melambung di pasar domestik dan internasional juga menjadi penyebab utama.

Harga Jalak Bali di pasar gelap sempat diperdagangkan hingga mencapai ratusan juta rupiah. Deforestasi habitat dengan tujuan alih fungsi lahan untuk pemukiman dan kawasan komersial pun juga menjadi penyebab penyumbang kepunahan.

Adapun pada 2005, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali mencatat ruang hunian Jalak Bali hanya tersisa 1.000 hektar.

Padahal pada tahun 1970, ruang hunian Jalak Bali masih sekitar 300.000 hektar yang terbentang dari pesisi selatan hingga utara Bali.

3. Populasi jalak bali mulai meningkat

Oleh karena itu untuk menyelamatkan Jalak Bali dari kepunahan, pemerintah mengeluarkan kebijakan perlindungan satwa liar melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970.

Perlindungan hukum lainnya adalah Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali.

Upaya peningkatan populasi juga dilakukan dengan adanya kebijakan pemerintah untuk pihak yang bersedia melakukan penangkaran.

Kebijakan itu berupa pihak yang bersedia melakukan penangkaran diwajibkan menyerahkan (restocking) minimal 10 persen dari total satwa penangkaran untuk dilepasliarkan ke habitat asli.

Upaya itu akhirnya membuahkan hasil. Pada 2015 BKSDA mencatat terdapat 75 populasi jalak bali di TNBB.

Sementara berdasarkan data terakhir, jumlah populasi Jalak Bali terus meningkat dan sudah mencapai 560 ekor.

https://travel.kompas.com/read/2023/01/02/070700427/3-fakta-jalak-bali-ikon-pariwisata-pulau-dewata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke