Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Shirakawa Go, Desa Tradisional di Jepang yang Jadi Warisan Budaya UNESCO

KOMPAS.com - Jepang memiliki beragam destinasi mulai dari kota hingga desa yang sayang untuk dilewatkan.

Salah satunya ada Shirakawa go, desa bersejarah di Jepang yang berisi rumah-rumah tua berusia ratusan tahun.

  • Syarat ke Jepang per Januari 2023, Wajib Vaksin Dosis Ketiga
  • April Jadi Bulan Favorit Turis Asing ke Jepang, Apa Alasannya?

Executive Director Japan National Tourism (JNTO) Tamaki Hatakenaka mengatakan bahwa destinasi tersebut cukup populer di kalangan para wisatawan. 

"Pada suka Hokkaido dan juga Shirakawa go, (itu) tempat rumah-rumah tua ratusan tahun di Jepang yang terkenal," kata Tamaki Hatakenaka saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Kendati Jepang merupakan negara dengan budaya maju yang mengedepankan teknologi, nyatanya mereka masih melestarikan peninggalan tradisional. 

Shirakawa-go, salah satu desa di Prefektur Gifu, menjadi salah satu bukti bangunan asli nan unik ratusan tahun yang masih dipelihara hingga kini, seperti dikutip dari Kompas.com (1/6/2013).

Keunikan atap dan bangunan

Dilansir dari Visit Gifu, Minggu (29/1/2023), keunikan dari desa di Shirakawa go salah satunya adalah dari bentuk rumah segitiga sama kaki yang dibuat dari jalinan jerami yang ditumpuk hingga tebal. Atap model seperti ini disebut gassho-zukuri. 

Meski asal muasal sesungguhnya dari gassho-zukuri masih belum dapat dipastikan, para sejarawan mengestimasi bahwa rumah-rumah beratap jerami ini dibangun sekitar 250 – 300 tahun silam.

Masyarakat Shirakawa go dikatakan berhasil bertahan dengan menanam pepohonan murbei dan membangun atap-atap perumahan gassho-zukuri yang kini sangat terkenal dan memiliki beberapa kegunaan penting.

Lantas, apa arti dari gassho-zukuri? Dalam Bahasa Jepang, istilah gassho berarti tangan-tangan yang berdoa, sedangkan -zukuri merupakan sebuah akhiran yang diambil dari kata kerja ‘tsukuru‘ yang berarti ‘membangun’ atau ‘membuat’. 

Jika keduanya digabungkan, nama ini menjadi rujukan bagi atap-atap tinggi rumah yang menyerupai tangan-tangan biksu Buddha yang sedang berdoa.

Bukan sekadar untuk keindahan, pembangunan atap dengan model tersebut juga ditujukan untuk menghadapi iklim keras di daerah itu.


Kaitan bangunan dan iklim

Terletak di lembah Sungai Shogawa dan dikelilingi pegunungan, Shirakawa go selalu mengalami musim dingin dengan hujan salju yang hebat.

Dengan atap yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat itu, tumpukan salju pun lebih cepat runtuh.

Perancang rumah gassho-zukuri di masa lampau rasanya memang memikirkan bentuk rumah dengan kondisi alam sekitar. 

Tidak hanya bentuk, semua atap rumah di desa itu menghadap ke timur dan barat. Hal ini bertujuan agar salju yang menumpuk segera bisa mencair ketika terkena matahari.

Selain itu karena atap menghadap arah matahari, semua ventilasi yang terletak di loteng mengarah ke selatan dan utara. Aliran udara dan angin pun bebas keluar masuk, sehingga menciptakan sistem ventilasi yang terbaik.

Seperti kebanyakan rumah tradisional Jepang lainnya, rumah gassho-zukuri menggunakan kayu.

Uniknya, tidak ada satupun paku yang dipakai untuk untuk menyatukan antara bagian satu dengan yang lainnya.

Semua disatukan dengan tali dari jerami yang dijalin atau neso, istilah untuk menyebut cabang pohon yang dilunakkan.

Jadi warisan budaya UNESCO

Desa ini juga memiliki keunikan lain. Terdapat proses penggantian atap yang biasanya dilakukan setiap 20 atau 30 tahun sekali, menjadi tradisi tersendiri yang disebut yui.

Pemilik rumah tidak bekerja sendiri untuk mengganti atap karena setiap ada penggantian atap, seluruh penduduk desa ikut berpartisipasi.

Proses penggantian atap menjadi hal yang diminati wisatawan yang tidak hanya menonton, tetapi juga ikut membantu proses tersebut, seperti dikutip Kompas.com (16/3/2017). 

Bagi warga Shirakawa-go, tradisi yui menggambarkan kebersamaan dan gotong royong yang menjadi salah satu alasan desa itu masih bertahan hingga kini.

Oleh karena itu, sawasan Shirakawa-go dijadikan kawasan konservasi dan sudah diakui oleh UNESCO World Heritage Site. Wajar jika berbagai bangunan yang ada di Shirakawa-go memang sengaja dirawat dan dipertahankan keasliannya.


Tempat wisata populer

Hingga saat ini, rumah-rumah tua di Shirakawa-go tidak hanya dijadikan sebagai pajangan, melainkan betul-betul dihuni.

Adapun beberapa rumah tersebut di antaranya beralih fungsi menjadi minshuku atau penginapan tradisional yang dikelola oleh keluarga. 

Meski sebagian besar umumnya berkunjung hanya dalam satu hari dan pulang sebelum sore, penduduk setempat sangat menyarankan para tamu untuk menginap di salah satu rumah gassho-zukuri yang otentik. 

  • Jepang Akan Buka Surga Belanja Baru untuk Fans Anime dan Manga
  • Mau Liburan ke Jepang, Segini Kisaran Biayanya

Sebab, selain bisa memberi pemasukan langsung bagi desa, pengunjung juga bisa merasakan pengalaman asli kehidupan masyarakat Shirakawa-go.

Mulai dari makan malam rumahan, mandi air panas, hingga menginap di rumah tua, wisatawan bisa menikmati pengalaman klasik nan otentik ala Jepang.

https://travel.kompas.com/read/2023/01/29/154648927/shirakawa-go-desa-tradisional-di-jepang-yang-jadi-warisan-budaya-unesco

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke