Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rencana Gunung di Bali Jadi Kawasan Suci, Aktivitas Wisata Mungkin Dibatasi

KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Bali mengkaji kembali aturan pendakian gunung. Hal ini menyusul rencana penetapan gunung sebagai kawasan suci.

"Ada Gunung Agung, Gunung Batur, dan lainnya. Artinya akan diatur penggunaan kegiatannya, sedang dihitung, dikaji, untuk pendakian. Kalau yang pasti untuk upacara ritual boleh, penanganan bencana boleh," ujar Gubernur Bali Wayan Koster di Denpasar, Rabu (1/2/2023), seperti dikutip Antara.

  • 4 Maskapai Disebut Ajukan Penerbangan Langsung China-Bali
  • 10 Tempat Beli Oleh-oleh di Bali, Tawarkan Produk Lengkap 

Ia menambahkan, gunung akan tetap bisa digunakan untuk aktivitas sembahyang. Namun, demi menjaga kesuciannya, pemanfaatan area gunung untuk wisata akan dikaji.

Meski begitu, aktivitas pariwisata di sekitarnya tetap berjalan.

"Pariwisata tetap berjalan, tapi para sulinggih sudah memutuskan secara sosiologis dan kosmologis, ada keputusan supaya gunung dan danau itu dijadikan kawasan suci. Memang sudah suci, tetapi ditetapkan sekarang jadi kawasan suci," katanya.

Terkait usaha pariwisata yang dapat terdampak karena aturan ini, Koster mengatakan bahwa usaha pariwisata tidak hanya bisa dilakukan di satu tempat saja.

"Usaha kan tidak satu di situ, terbuka yang lain, banyak," tuturnya.

  • Dianggap Melecehkan Air Suci Bali, Dua Turis Asing Dihukum Adat
  • Kejadian Turis Asing Tak Senonoh di Tempat Sakral Bali Terus Berulang, Ini Kata Ahli

Sebelumnya, rencana penetapan gunung sebagai kawasan suci telah dikemukakan dalam rapat paripurna mengenai rancangan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali tahun 2023-2043 pada Senin (30/1/2023).

Hal itu tercetus menyusul adanya sejumlah pelanggaran batas kesucian di kawasan gunung, danau, maupun pura di Bali.

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali Nyoman Kenak, sebelumnya sudah ada RTRW kawasan suci dan secara praktik, kawasan tersebut juga sudah disucikan melalui upacara.

Namun, regulasi akan membantu memperkuatnya.

"Hadirnya regulasi ini, tentu memperkuat perlindungan kesucian kawasan," ucap dia.

Rencana penetapan gunung sebagai kawasan suci dapat berdampak pada pelaku wisata setempat jika jadi diberlakukan.

Apalagi, jika aktivitas wisata nantinya dilarang di kawasan tersebut.

Tidak sedikit yang khawatir kehilangan pekerjaan.

  • 10 Tempat Terbaik Melihat Sunrise, Ada Candi Borobudur dan Gunung Batur
  • Main ke Oculus Bali, Bisa Foto Berlatar Danau dan Gunung Batur

Dikutip dari Tribun Bali, Ketua Perkumpulan Kaldera Jeep Adventure (KAJA) Gunung Batur Kintamani, Mangku Juliawan, berpendapat, kegiatan agama idealnya bisa berkolaborasi dengan aktivitas pariwisata.

Bahkan, aktivitas suci menurutnya bisa menambah nilai kegiatan pariwisata dan akan berdampak positif terhadap daerah.

"Kalau kolaborasinya bagus, penataannya bagus, harusnya bisa berjalan berbarengan. Toh juga di Bali ini dikenal karena budaya. Kalau ditutup sepihak begitu, saya rasa itu tidak ideal," ucapnya, Selasa (31/1/2023), seperti dikutip Tribun Bali.

Ia mencontohkan, salah satu pelaku wisata yang bakal terdampak adalah pengendara jip di kaki Gunung Batur yang jumlahnya mencapai sekitar 300 orang.

"Itu baru driver-nya saja, belum termasuk marketing, belum multiplier effect yang lain. Kan banyak mata pencaharian masyarakat di situ."

"Apakah mau di-cut begitu aja masyarakat yang mata pencahariannya di sektor itu? Enggak bisa dong. Semua juga berkepentingan," ujarnya.

Sekalipun nantinya akan diberlakukan, ia berharap pemandu, yang juga merupakan warga sekitar gunung, bisa tetap dilibatkan.

"Harapan saya guide tetap dilibatkan jika ada wisatawan dan pemedek yang hendak melakukan persembahyangan ke puncak Gunung Agung."

"Kalau seandainya tidak dilibatkan, banyak warga menganggur dan tidak punya pekerjaan," ucapnya.

https://travel.kompas.com/read/2023/02/01/160300427/rencana-gunung-di-bali-jadi-kawasan-suci-aktivitas-wisata-mungkin-dibatasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke